97 Bom rakitan dibungkus wadah plat baja meledak di restoran Mc Donald’s
dilantai dasar Mal Sari, jalan Sam ratulangi, Makassar. Akibat ledakan tersebut, tiga orang tewas dan 11 orang luka-luka. Pelaku diduga terkait
jaringan Moro, yang pernah berlatih di Filipina.
5 Agustus 2003 Bom berkekuatan tinggi meledak di depan Hotel J.W Marriots, ledakan
bom menghancurkan sebagian hotel dan gedung restoran Syailendra. Tiga mobil yang berada di lobi hotel hancur, ledakan juga mengakibatkan 11
orang meninggal dan 15 orang lainnya luka-luka.
9 September 2004 Ledakan di jalan HR Rasuna Said di depan Kedutaan Besar Australia.
Sedikitnya 8 orang tewas dan 161 orang luka-luka. Selain menimbulkan korban jiwa, ledakan tersebut juga mengakibatkan kerusakan beberapa
gedung disekitarnya, seperti: Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. Beberapa kendaraan, seperti truk yang biasa terjaga di depan
gedung Kedutaan Besar Australia dan 3 sepeda motor, juga hancur akibat ledakan.
Beberapa peristiwa diatas, diduga merupakan aksi terorisme yang menggunakan aksi peledakan bom yang juga mengganggu kehidupan masyarakat
Indonesia.
4.4 Faktor yang Menyebabkan Terorisme Berkembang di Indonesia
Secara geografis Indonesia terletak diposisi silang dunia diantara dua benua yakni Benua Asia dan Benua Australia dan dua samudra yakni Samudera
Universitas Sumatera Utara
98 Hindia dan Samudera Pasifik, hal tersebut menjadikan Indonesia pada posisi
strategis, dan juga menjadikan Indonesia sebagai sarana pertarungan elit politik, baik dunia maupun elit politik lokal yang akhirnya memicu potensi permasalahan
antara lain: masalah kerawanan suku, agama, ras dan etnis golongan serta tempat peredaran narkoba, peredaran senjata ilegal dan penyusupan teroris internasional.
Hal ini jika tidak ditangani secara serius, akan dapat mempengaruhi dan berdampak pada tingkat ketahanan nasional. Di sisi lain, kondisi geografis dan
posisi Indonesia yang strategis juga menyimpan kekayaan alam yang melimpah, dan merupakan aset bangsa dan negara yang sangat berharga, hal tersebut dapat
memberikan prospek masa depan bagi kerjasama di bidang ekonomi antar bangsa. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai fokus dalam berbagai hal baik
dalam bidang pariwisata, perekonomian dan bidang lainnya. Selain itu ada tiga alasan mengapa teroris memilih beraksi di Indonesia.
Indonesia, yakni:
93
lemahnya hukum,, rendahnya pendidikan dan suburnya kemiskinan. Secara logika, kita sebagai warga negara pantas sangat emosional
dengan kejahatan terorisme di Indonesia yang didalangi Dr Azahari dan Noordin M Top. Mereka tidak mungkin dapat dengan leluasa beroperasi di Indonesia tanpa
berbagai kemudahan. Berbagai kemudahan itulah yang harus menjadi pelajaran atas kejahatan yang diotaki dua warga Malaysia itu. Pendidikan yang rendah dan
tingkat kemiskinan yang tinggi, jelas merupakan ladang yang empuk bagi siapapun untuk berjualan ideologi, keyakinan atau bahkan mimpi-mimpi. Lalu
alasan hukum, fakta menunjukkan setelah Undang-Undang No 11PNPS1963 tentang Tindak Pidana Subversi UU Subversi dicabut, Indonesia menjadi
93
Bambang Sumarno, Peran Aparat Intelijen Dalam Mengatasi Aksi Terorisme di Indonesia, Dapat Diakses di:
http:www.buletinbalitbangdephan.go.id , Diakses tanggal: 2 Oktober 2007,
pukul 10: 49 am
Universitas Sumatera Utara
99 sasaran empuk para teroris. Sejak bom malam natal pada tahun 2000, bom seakan
tidak berhenti menjadi horor di Indonesia, antara lain Bom Bali I 2002, Bom JW Marriot 2004, Bom Bali II 2005.
94
Pelaku teroris di Indonesia memiliki sifat dan ciri tersendiri. Aksi teroris dianggap sebagai perjuangan menegakkan aqidah,
perang jihad melawan negara-negara kafir dengan menggunakan sel terputus. Ketika selesai melakukan aksinya tidak berani secara terbuka untuk mengklaim
bahwa dialah sebagai pelakunya seperti halnya pelaku teror di luar negeri. Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sering digunakan
sebagai kedok untuk melakukan perjuangannya dengan berbaur bersama masyarakat dalam rangka penyamaran sehingga pelaku teroris sulit ditangkap dan
terkadang dilindungi oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berpaham sama. Hal lain yang dilakukan kelompok teroris ini adalah dengan sengaja menggunakan
tameng Islam agar terjadi benturan antar negara. Negara barat akan menuduh pelaku teror adalah kelompok Islam sehingga disaat demikian akan muncul
solidaritas Islam di seluruh dunia untuk melakukan perlawanan dalam bentuk apapun terhadap negara-negara barat. Di Indonesia sendiri, hal ini menjadi
polemik di kalangan masyarakat yang pada akhirnya masyarakat menjadi kurang bahu-membahu untuk turut serta dalam memberantas dan mencegah aksi
terorisme. Dengan kondisi tersebut yang dijadikan faktor berkembangnya aksi terorisme di Indonesia.
94
Luqman Hakim, Log. Cit
Universitas Sumatera Utara
100
4.5 Implementasi UU Nomor 15 Tahun 2003 Dalam Upaya Mengatasi Aksi