Konvensi Internasional Tentang Terorisme yang Telah Diratifikasi Oleh

84 BAB IV UPAYA INDONESIA MENGATASI AKSI TERORISME

4.1 Konvensi Internasional Tentang Terorisme yang Telah Diratifikasi Oleh

Indonesia. Aksi terorisme yang melanda seluruh dunia kembali merebak setelah peristiwa hancurnya gedung World Trade Center. Hal ini membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah terjadinya tragedi kemanusiaan lainnya oleh aksi terorisme. PBB mengeluarkan Resolusi DK PBB Nomor 5 Res 1373 yang diputuskan sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 September 2001. Resolusi ini secara tegas tersirat bahwa upaya untuk memerangi terorisme internasional perlu melibatkan PBB. Pada ayat 3d Resolusi Nomor 5 Res1373 menghimbau agar seluruh Negara anggota PBB sesegera mungkin menjadi pihak dengan meratifikasi konvensi internasional dan protokol yang relevan tentang terorisme. 84 Sehubungan dengan resolusi itu, Komite pemberantasan terorisme PBB UN CTC telah menetapkan batas akhir penyerahan laporan pelaksanaan resolusi DK PBB Nomor 1373 tahun 2001 mengenai pemberantasan terorisme di Negara angota masing-masing pada tanggal 27 Oktober 2001, dimana hal ini sesuai dengan paragraf enam resolusi itu yang meminta semua Negara anggota PBB menyampaikan laporan penanganan pemberantasan terorisme di Negara masing- masing paling lambat 90 hari setelah dikeluarkannya resolusi tersebut. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB secara penuh dengan menyerahkan laporan mengenai 84 Azyumardi Azra, Momok Terorisme Internasional, Harian Kompas, Jakarta, Edisi 14 Oktober 2004., Hal. 4 Universitas Sumatera Utara 85 penanganan pemberantasan terorisme di Indonesia kepada Ketua Komite yaitu Duta besar Inggris pada saat itu yakni Jeremy Greenstock pada tanggal 21 Desember 2001, untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB, maka laporan itu disusun oleh kelompok interdepartemen dibawah koordinasi Departemen Luar Negeri bekerjasama dengan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Menteri Koperasi dan Ekonomi, Departemen Pertahanan, Markas Besar TNI, Departemen Kehakiman dan HAM, Jaksa Agung, Departemen Keuangan, Departemen Perhubungan, Bank Indonesia, dan juga Badan Intelijen Negara. Dalam laporan itu ada dua komponen penting dalam memerangi terorisme, yaitu: penguatan infrastruktur hukum dan pengembangan kapasitas institusi, dan setidaknya Indonesia telah membentuk UU anti terorisme Nomor 15 tahun 2003 dan meningkatkan kemampuan elemen bangsa untuk mencegah dan mengatasi aksi terorisme di Indonesia. Untuk mendukung usaha pencegahan dan pemberantasan terorisme internasional, Indonesia dalam memperkuat infrastruktur Negara telah menjadi pihak pada beberapa konvensi dibidang terorisme internasional dengan meratifikasi enam buah konvensi, yaitu: 85 1. Convention on Offences and Certain Other Acts Commited on Board Aircraft, Tokyo, 1963. 2. Convention for The Suppression of Unlawful Seizure of Civil Aviation, The Haque, 1970. 85 United Nation, Report of The Policy Working Groups on The United Nation and Terrorism, Dapat diakses di: http:www.appendiks.comtheunitednationtocommbattingterrorismun189.html , Diakses tanggal 15 November 2007 Universitas Sumatera Utara 86 3. Convention for The Suppression of Unlawful Acts Against The Savety of Civil Aviation, Montreal, 1971 4. Convention on the Physical of Nuclear Material, Vienna, 1980. 5. Protocol on The Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airport Serving International Civil Aviation, Suplementary to The Convention for The Suppression of Unkawful Acts Against The Safety of Civil Aviation, Montreal, 1988. 6. International Convention For The Suppression of The Financing of Terrorism, New York, 1999. Dengan demikian, Negara Indonesia memiliki kewajiban moral untuk ikut membantu dunia internasional dalam mengatasi aksi terorisme. Melalui hal ini, Supaya pemerintah Indonesia jangan lagi bersikap menunggu akan tetapi harus aktif untuk mengambil tindakan yang nyata dan segera, supaya terorisme tidak berkembang dan menjadi suatu budaya baru bagi bangsa Indonesia.

4.2 Kerjasama Internasional Dalam Mengatasi Aksi Terorisme.