dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita.
8
Dalam pandangan kritis, realitas merupakan kenyataan semu yang telah terbentuk
oleh proses kekuatan sosial, politik, dan ekonomi. Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
9
Analisis wacana kritis tidak dipusatkan pada benar atau tidaknya struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis
konstruktivisme, karena pada paradigma kritis kelompok dominan sangat berperan dan terlihat ingin menunjukan diri mereka dengan mengemas
sebuah wacana untuk selanjutnya dilemparkan ke publik sehingga dianggap sebagai nilai yang dapat diterima bersama oleh khalayak.
2. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum
yang mendasari suatu perwujudan makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.
10
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan analisis yang bersifat non-kuantitatif.
Karena dalam
melakukan penelitian
kualitatif adalah
dengan menggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.
Dalam melakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, terdapat beberapa kriteria, diantaranya ialah kredibilitas yang digunakan
8
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 31.
9
Eriyanto, Analisis Wacana, h.48
10
Eriyanto, Analisis Wacana, h.302.
untuk mendeskripsikanmemahami fenomena yang menarik perhatian dari suatu sudut pandang. Kedua, transferabilitas yang merujuk pada tingkat
kemampuan hasil penelitian kualitatif yang dapat masuk akal. Ketiga, dependabilitas yang secara esensial berhubungan dengan kemungkinan
memperoleh hasil yang sama sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Keempat, konfirmabilitas yang berasumsi bahwa setiap peneliti membawa
perspektif yang unik ke dalam penelitian.
11
Selain kriteria, hal yang juga sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah objek analisis.
Objek analisis dalam pendekatan kualitatif ialah makna dari gejala- gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari
masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.
Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif,
penulis menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang dikemukakan Teun A.
Van Dijk. Analisis wacana diartikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Terdapat perbedaan antara analisis wacana dengan analisis isi kualitatif yaitu analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana how dari suatu
pesan atau teks komunikasi, sedangkan analisis isi lebih menekankan pada pernyataan apa what dalam sebuah teks.
12
11
Prof. Dr. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data Jakarta: Raja Grafindo, 2009, h.
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing Bandung: Rosdakarya, 2001, h.68.
3. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif model Analisis Wacana Kritis. Dalam penelitian ini,
teori yang digunakan adalah teori milik Teun A. Van Dijk, dimana teks memiliki ideologi dan kecenderungan tertentu terhadap suatu pemberitaan.
Dalam menganalisis menggunakan Analisis Wacana Kritis model Van Dijk diperlukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana
tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
13
Analisis wacana berfokus pada pencarian makna terhadap suatu pesan yang sifatnya tersembunyi latent. Dalam perangkat wacana milik
Van Dijk, jika ada suatu teks yang memarjinalkan wanita, dibutuhkan suatu penelitian lebih dalam untuk melihat bagaimana produksi teks itu
bekerja, kenapa teks itu memarjinalkan wanita. Dan penelitian ini sangat khas Van Dijk karena melibatkan suatu proses yang disebut sebagai
kognisi sosial.
14
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 201
14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 221.
a. Observasi Non Partisipan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan. Observasi berupa pengamatan langsung dilakukan
kepada teks yang akan diteliti yaitu teks berita mengenai fenomena koruptor perempuan pada rubrik Topik Kita di Majalah Noor edisi
Desember 2013. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian non partisipan dimana peneliti mengobservasi tanpa
bantuan dari partisipan.
15
b. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan
masalah tertentu yang sesuai dengan data.
16
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam
kepada narasumber terkait yaitu Jetti Rosilla Hadi Pemimpin Redaksi Majalah Noor dan Badriyah Fayumi Penulis dan
Redaktur rubrik Topik Kita. Wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tak terstruktur wawancara secara mendalam. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pertanyaannya telah ditetapkan sebelumnya dan telah disediakan pilihan jawabannya, sedangkan wawancara tak terstruktur disebut
15
John W. Creswell, Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h. 268.
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bhineka Cipta, 1996, cet ke-10, h.72.
sebagai wawancara mendalam intensif yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk informasi dari semua responden yang
disesuaikan dengan cirri-ciri setiap responden.
17
Wawancara dalam penelitian kualitatif berlangsung dari alur umum ke alur khusus. Wawancara pada tahap pertama
biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi dan orientasi awal periset perihal masalah dan subjek yang dikaji.
Tema-tema yang muncul kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada wawancara berikutnya, dan demikian seterusnya hingga
mencapai titik jenuh. Periset kualitatif dalam melakukan wawancara dapat melakukan loncatan materi wawancara kepada
responden yang secara natural memiliki informasi yang lebih banyak dan menjadi informan yang lebih penting.
18
c. Dokumentasi
Dokumentasi berupa data tertulis yang berisikan keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang bersifat
aktual.
19
Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto, arsip, dokumen, dan catatan-catatan yang terdapat di majalah Noor.
d. Studi Pustaka
17
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Rosda Karya, 2001, h. 103.
18
Agus Salim MS, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 17.
19
Kunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, h. 77.
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari beberapa buku, jurnal, kamus, dan artikel media lain yang
berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik analisis data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Analisis wacana oleh Van Dijk digambarkan
sebagai analisis yang mempunyai tiga dimensi didalamnya, yaitu: level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kesimpulan dari analisis ini adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks
dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang di masyarakat dalam
suatu masalah.
20
Setelah data terkumpul secara rapi dan lengkap, data yang didapatkan adalah hasil dari wawancara, arsip-arsip serta dokumentasi
majalah Noor yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklasifikasikannya dengan kerangka teori dan dibuat kesimpulan.
6. Subjek dan objek penelitian
20
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 224.
Subjek yang diteliti adalah pihak redaksi majalah Noor, sedangkan objek penelitiannya adalah
teks berita dengan judul “Menyingkap Fenomena Koruptor Perempuan
” dan “Agar Perempuan Tak Rentan” pada rubrik topik kita edisi Vol X th. XI2013 di majalah Noor.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kantor Majalah Noor yang terletak di Jalan Karang Pola VI No. 7A, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
dan waktu penelitian dilaksanakan pada 07 Mei – 16 Juni 2014.
8. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA Centre for Quality Development and Assurance Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
9. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengdakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang berada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan dari hasil pencarian, penulis belum menemukan judul yang sama
persis dengan judul yang akan diteliti. Hanya terdapat beberapa judul yang hampir sama dengan menemukan persamaan dan perbedaan yang terdapat
di dalamnya. Skripsi yang dimaksud diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Analisis Wacana Citra Perempuan dalam Tabloid Nova Edisi
Khusus Kecantikan Tanggal 21-27 November 2011 yang ditulis oleh Tiara Mustika mahasiswa Jurusan Konsentrasi Jurnalistik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012. Pada skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan analisis
teks yang sama yaitu analisis wacana dengan model analisis wacana Teun A. Van Djik. Dan perbedaan yang terdapat di
dalamnya adalah teori yang digunakan yaitu teori labeling, dan skripsi ini menggunakan tabloid Nova sebagai subjek dalam
penelitiannya. b.
Analisis Wacana Karakteristik Islam Rubrik Mutiara Dakwah pada majalah Ummi Edisi Maret-Juni 2009 yang ditulis oleh
Erma Mulyana mahasiswa Jurusan konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2004. Pada skripsi ini tidak dijelaskan paradigma apa yang digunakan penulis, apakah
paradigm positivis, konstruktivisme, ataupun kritis. Selain itu, media yang digunakan dalam penelitian adalah majalah UMMI
dan lebih menekankan kepada penelitian karakteristik keislamannya.
Dari beberapa skripsi tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti judul skripsi Analisis Wacana
Teun A. Van Dijk pada rubrik topik kita mengenai fenomena koruptor perempuan di majalah Noor.
F. Sistematika Penulisan
Agar penelitian skripsi ini lebih sistematis, penulisan ini disusun dengan lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
BAB I
Penulis akan menjabarkan tentang Latar Belakang Masalah , Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Penulis akan menjelaskan pengertian umum tentang Teori Feminisme, Feminisme Liberal, Analisis Wacana, Analisis Wacana
Kritis Van Dijk, Korupsi, Media Massa, serta perempuan dalam pandangan Islam.
BAB III
Menggambarkan secara umum tentang profil majalah Noor, sekilas tentang rubrik topik kita yang didapat dalam wawancara
dengan tim redaksi.
BAB IV
Bab ini berisi hasil temuan dari hasil penelitian yang diperoleh penulis pada saat penelitian.
BAB V
Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisis penelitian juga kritik dan saran dari permasalahan yang diangkat disertai dengan
beberapa lampiran yang didapat.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teori
1. Feminisme
Feminisme merupakan istilah yang digunakan oleh para kaum feminis kultural untuk mendeskripsikan ideologi superioritas wanita. Secara umum,
istilah „feminisme‟ merujuk pada pengertian ideologi pembebasan wanita, karena yang melekat dalam semua pendekatannya ialah bentuk keyakinan
bahwa wanita mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.
21
Feminisme pada umumnya adalah tentang bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat, serta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di sektor domestik dan publik.
Rosmarie Putnam Tong dalam bukunya yang berjudul Feminist Thought menyebutkan bahwa teori feminisme terbagi menjadi beberapa jenis,
di antaranya adalah feminisme liberal, feminisme radikal libertarian dan radikal kultural, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan
gender, feminisme
ektensialis, feminisme
postmodern, feminisme
multikultural dan global, serta feminisme ekofeminisme.
22
Feminisme radikal menekankan bahwa budaya patriarkal ditandai oleh adanya kuasa, dominasi, hirarki, dan kompetisi.
23
Laki-laki hanya diizinkan untuk
menunjukkan karakteristik
maskulin, sedangkan
perempuan
21
Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Wanita dalam Iklan, Yogyakarta: T.pn., 2008, h. 73.
22
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra, 2004, h. 1-10.
23
karakteristiknya hanya feminin saja. Maka feminisme radikal-liberal berfokus pada seks, gender, reproduksi. Seks, gender, dan reproduksi yang dimaksud
Tong disini adalah jenis kelamin, sifat maskulinfeminin, dan apa yang dihasilkan perempuan dan laki-laki. Seperti, laki-laki tidak bisa melahirkan,
menyusui layaknya seorang perempuan.
24
Berbeda dengan Feminisme radikal-libertarian, feminisme radikal- kultural bersifat ekslusifitas seksual di mana laki-laki dan perempuan tidak
bisa dipersatukan. Dalam pandangan Tong, ekslusif seksual adalah perempuan termasuk dalam golongan yang tidak diizinkan untuk menikah dengan laki-
laki. Bahkan untuk bekerja di ruang publik sekalipun, tidak diperbolehkan. Hal yang ingin diperjuangkan dalam gerakan feminisme ini adalah
mengembalikan hak-hak kebebasan perempuan yang sangat mendasar.
25
Gerakan feminisme marxis dan sosialis terbentuk karena adanya tuntutan ekonomi sehingga perempuan terpaksa terjun ke ranah publik untuk
menghasilkan uang dan akhirnya hanya menguntungkan pihak laki-laki. Tujuan dari gerakan feminisme marxis dan sosialis adalah agar ada kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan sehingga kepentingan laki-laki tidak terlalu diutamakan atas kepentingan perempuan.
26
Berbeda dengan feminisme marxis dan sosialis, dalam feminisme psikoanalisis dan gender, laki-laki menganggap bahwa dirinya sebagai
24
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra, 2004, h. 3.
25
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 5.
26
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra, 2004, h. 188.
maskulin dan perempuan menganggap bahwa dirinya sebagai feminin. Padahal dalam realitanya, laki-laki juga memiliki sifat feminin dalam dirinya,
hal tersebut terbukti dari tingkat emosional yang laki-laki miliki. Sementara perempuan juga memiliki sifat pemberani dalam dirinya seperti laki-laki.
Tujuan gerakan feminisme ini adalah untuk menuju masyarakat yang androgini, yaitu perempuan memiliki kedua sifat tersebut, feminin dan
maskulin.
27
Contohnya, laki-laki juga bisa menangis saat kehilangan seseorang yang disayang. Sedangkan perempuan single parent yang mampu
menghidupi anak, baik sebagai ibu maupun sebagai seorang ayah, yaitu mengasuh anak dan mencari nafkah yang seharusnya menjadi tugas suami.
Aliran feminisme yang lain yaitu, feminisme eksistensialis. Menurut Beauvoir, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan perempuan dalam
mencapai suatu perubahan. Pertama, perempuan bisa bekerja di lingkungan yang kebanyakan adalah laki-laki. Kedua, perempuan bisa membuat
perubahan dengan cara pandangannya sendiri dalam suatu pekerjaan. Ketiga, perempuan dapat bekerja untuk mencapai perubahan sosial khususnya di
masyarakat.
28
Gerakan selanjutnya yaitu feminisme posmodern yang ditujukan untuk mencapai kebebasan perempuan dari perbedaan ras, kelas, kecenderungan
seksual, etnisitas, kebudayaan, umur, agama, dan sebagainya. Feminisme posmodern berkaitan dengan pemikiran posmodernisme yang secara garis
27
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra, 2004, h. 190.
28
Rosemarie Putnam tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, h. 274-275.