Korupsi di Indonesia Korupsi

2. Perempuan dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, wanita bukanlah musuh atau lawan kaum laki-laki. Sebaliknya wanita adalah bagian dari laki-laki demikian pula laki-laki adalah bagian dari wanita, keduanya bersifat saling melengkapi. QS. Al- Imran 3 : 195. Di sisi lain, banyak para filosofis yang menganggap wanita sebagai penyebab terjadinya berbagai bentuk bencana dan tindak kriminalitas di dunia. Negara hancur karena wanita. Seorang pangeran bahkan ada yang rela menanggalkan mahkota kerajaannya karena wanita. Pertikaian muncul akibat perebutan wanita. Bahkan muncul permasalahan dari kaum agama bahwa wanitalah yang menyebabkan Nabi Adam as turun ke bumi. Wanita dianggap penyebab terjadinya dosa. Pada dasarnya, wanita dan laki-laki diciptakan dengan potensi yang berbeda-beda, tetapi dalam agama Islam, wanita adalah makmum dari kaum pria. Namun, banyak yang menilai, bahwa sejak munculnya emansipasi wanita, para wanita bebas melakukan apa yang laki-laki lakukan, sehingga kepempimpinan pun menjadi salah satu pekerjaan wanita pada saat ini. Sebagai contoh, pada zaman Nabi, Ummul Mukminin Aisyah menjadi perempuan yang terkenal dengan kebijaksanaan dan ketajaman dalam membaca situasi.Padazaman modern, beberapa Negara yang dipimpin oleh wanita seperti Swiss, Finlandia, Denmark, dan Belgia. Banyaknya jabatan yang dipegang perempuan di eksekutif, yudikatif, dan legislatif menjadi faktor penting yang mengantarkan Negara-negara ini menjadi Negara maju. Peran media massa khususnya majalah Noor terhadap perempuan sangatbesar, karena majalah Noor adalah majalah wanita yang berlandaskan Islam. Dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa perempuan ditempatkan pada posisi sederajat dengan laki-laki dalam aktivitas kehidupan di dalam bermasyarakat. Namun pada realitanya, sebuah data menyebutkan bahwa perempuan di Indonesia yang menjadi kepala keluarga, 1 dari 10 kepala keluarga miskin adalah kepala keluarga perempuan yang jumlahnya diperkirakan sekitar 1,2-1,5 juta jiwa dan rata-rata berpendidikan tidak tamat SD. Hal ini juga pernah ditegaskan oleh data dari Badan Pusat Statistik tahun 1999, sebagaimana dilaporkan dalam harian umum Media Indonesia, bahwa 13,2 rumah tangga di Indonesia dikepalai oleh perempuan. Soal kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih menjadi sebuah kontroversi yang menimbulkan perdebatan menarik, baik kepemimpinan di keluarga maupun di area publik. Karena sebuah kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat dan bernegara. 63 Sedangkan dalam Islam sejak masa Rasul SAW, perempuan sudah banyak tampil sebagai sosok yang dinamis. Hal tersebut didorong oleh semangat kitab suci Al- Qur‟an yang memberikan jaminan pada perempuan 63 Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: El-Kahfi, 2008, hal.93 untuk ikut berpartisipasi dan berkiprah dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya peran publik sebagai pemimpin. 64 Setiap muslim dalam ajaran Islam wajib melakukan amar ma‟ruf nahi munkar sebagai tanggung jawab dan amanah bersama dalam rangka memperbaiki kehidupan sosial. Sehingga berkiprah di politik juga merupakan implementasi dari tugas manusia laki-laki atau perempuan sebagai khalifah fil ardl. Karena perempuan dan laki-laki memiliki tugas untuk saling bekerja sama dalam kebaikan. Allah SWT menegaskan dalam surat At Taubah ayat 71 mengenai ajaran amar ma‟ruf nahi munkar baik laki-laki maupun perempuan. Ajaran amar ma‟ruf nahi munkar dapat disebut sebagai salah satu bentuk aktivitas politik. Ayat ini mempertegas bahwa sebagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban dan mempunyai hak melakukan hal yang baik untuk publik. 65 Terbukti dalam ayat tersebut, baik laki-laki maupun perempuan berhak menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar, mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa. Bidang politik merupakan bagian dari pergaulan sosial kemasyarakatan, maka perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki., tidak terdapat diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin. Tetapi pada realitanya, perempuan dianggap 64 Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: El-Kahfi, 2008, hal.95 65 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan; Relasi Jender menurut Tafsir Al- Sya‟rawi, Jakarta : Teraju, 2004, hal.182-183