Pendekatan penelitian Metodologi Penelitian

3. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif model Analisis Wacana Kritis. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori milik Teun A. Van Dijk, dimana teks memiliki ideologi dan kecenderungan tertentu terhadap suatu pemberitaan. Dalam menganalisis menggunakan Analisis Wacana Kritis model Van Dijk diperlukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. 13 Analisis wacana berfokus pada pencarian makna terhadap suatu pesan yang sifatnya tersembunyi latent. Dalam perangkat wacana milik Van Dijk, jika ada suatu teks yang memarjinalkan wanita, dibutuhkan suatu penelitian lebih dalam untuk melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks itu memarjinalkan wanita. Dan penelitian ini sangat khas Van Dijk karena melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. 14

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut: 13 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 201 14 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 221.

a. Observasi Non Partisipan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan. Observasi berupa pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang akan diteliti yaitu teks berita mengenai fenomena koruptor perempuan pada rubrik Topik Kita di Majalah Noor edisi Desember 2013. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian non partisipan dimana peneliti mengobservasi tanpa bantuan dari partisipan. 15

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. 16 Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam kepada narasumber terkait yaitu Jetti Rosilla Hadi Pemimpin Redaksi Majalah Noor dan Badriyah Fayumi Penulis dan Redaktur rubrik Topik Kita. Wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur wawancara secara mendalam. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya telah ditetapkan sebelumnya dan telah disediakan pilihan jawabannya, sedangkan wawancara tak terstruktur disebut 15 John W. Creswell, Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h. 268. 16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bhineka Cipta, 1996, cet ke-10, h.72. sebagai wawancara mendalam intensif yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk informasi dari semua responden yang disesuaikan dengan cirri-ciri setiap responden. 17 Wawancara dalam penelitian kualitatif berlangsung dari alur umum ke alur khusus. Wawancara pada tahap pertama biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi dan orientasi awal periset perihal masalah dan subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada wawancara berikutnya, dan demikian seterusnya hingga mencapai titik jenuh. Periset kualitatif dalam melakukan wawancara dapat melakukan loncatan materi wawancara kepada responden yang secara natural memiliki informasi yang lebih banyak dan menjadi informan yang lebih penting. 18

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa data tertulis yang berisikan keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang bersifat aktual. 19 Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto, arsip, dokumen, dan catatan-catatan yang terdapat di majalah Noor.

d. Studi Pustaka

17 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Rosda Karya, 2001, h. 103. 18 Agus Salim MS, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 17. 19 Kunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, h. 77.