Cincin Pengaku sebagai Penahan Angin Atas Cincin Pengaku sebagai Penahan Angin Bagian Tengah

menahan beban mati dan juga beban hidup, tetapi jarak ini tidak boleh melebihi 24 kali lebar flens tekan luar.

2.4.7.6. Cincin Pengaku sebagai Penahan Angin Atas

1 Section modulus minimum perlu dari cincin pengaku harus ditentukan dari rumus di bawah : dimana : Z = section modulus minimum perlu, dalam cm 3 D = diameter nominal tangki, dalam m H 2 = tinggi badan tangki, dalam m, termasuk freeboard lambung bebas minimum di atas ketinggian pengisian maksimum sebagai panduan untuk atap melayang floating roof V = kecepatan angin rencana kmjam 2 Section modulus cincin pengaku harus didasarkan pada sifat bagian struktur yang ada dan bisa meliputi sebagian cangkang tangki sampai pada jarak 16 ketebalan pelat di bawahnya. Ketika sudut melengkung dipasang pada tepi puncak cincin cangkang dengan las-tumpu, jarak ini harus dikurangi dengan lebar kaki vertikal sudut. lihat Gambar 2.14 dan Tabel 2.5. 3 Ketika bukaan tangga dipasang melalui cincin pengaku, section modulus dari bagian cincin di bagian luar bukaan, termasuk juga bagian transisi, harus memenuhi persyaratan pada subbab 2.3.7.61. Cangkang yang berada berbatasan pada bukaan harus diperkaku dengan suatu sudut Universitas Sumatera Utara angle atau tulangan, dengan bagian yang lebar dipasang pada bidang horizontal. Sisi yang lain dari bukaan juga harus diperkaku dengan sudut angle atau tulangan, dengan bagian yang lebar dipasang pada bidang vertikal. Tabel 2.5 – Section Modulus cm 3 Cincin Pengaku pada Badan Tangki API Standard 650, 2005: 3-47 4 Bagian struktur pengaku harus diperpanjang melewati ujung bukaan dengan jarak lebih besar dari atau sama dengan kedalaman bagian cincin biasa. Bagian ujung cincin pengaku harus dipasang pada sisi bagian Universitas Sumatera Utara struktur pengaku, dan bagian ujung dan sisi cincin pengaku harus saling berhubungan supaya kekuatan maksimum cincin tercapai.

2.4.7.7. Cincin Pengaku sebagai Penahan Angin Bagian Tengah

1 Tinggi maksimum dari badan tangki shell yang tidak diperkaku harus dihitung seperti di bawah ini : dimana : H 1 = jarak vertikal, dalam m, antara penahan angin bagian tengah dan sudut puncak cangakang atau penahan angin atas untuk tangki terbuka t = tebal yang dipesan, kecuali disebutkan sebaliknya, dari lapisan puncak cangkang, dalam mm D = diameter nominal tangki, dalam m V = kecepatan angin rencana, dalam kmjam Catatan : Rumus ini dimaksudkan untuk tangki terbuka dan juga tangki tertutup dan didasarkan pada beberapa faktor sebagai tekanan akibat kecepatan angin, tekanan angin itu sendiri, dan sebagainya untuk latar belakang dari faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada ASCE 7 dan R.V. McGrath’s “Stabilitas API Standar 650 Cangkang Tangki” 2 Setelah tinggi maksimum cangkang yang tidak diperkaku, H 1 , telah ditentukan, tinggi dari cangkang yang ditransformasi harus diperhitungkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Dengan persamaan sebagai berikut, ubah lebar sebenarnya dari setiap lapisan course cangkang menjadi lebar yang di-transpose dari setiap lapisan course cangkang menghasilkan tebal cangkang puncak sebagai berikut : dimana : W tr = lebar yang telah di-transpose dari setiap lempeng badan tangki, dalam mm W = lebar sebenarnya dari setiap lempeng badan tangki, dalam mm t seragam = ketebalan yang telah direncanakan, kecuali disebutkan sebaliknya, dari lempeng puncak badan tangki, dalam mm t aktual = ketebalan yang telah direncanakan, kecuali disebutkan sebaliknya, dari lempeng badan tangki untuk setiap lebar yang di-transpose yang akan diperhitungkan, dalam mm b. Tambahkan lebar yang di-transpose dari lapisan-lapisan courses. Jumlah lebar yang di-transpose dari setiap lapisan course akan memberikan ketinggian cangkang yang ditransormasi. 3 Jika tinggi cangkang yang ditransformasi lebih besar dari tinggi maksimum H 1 , maka penahan angin bagian tengah diperlukan. Universitas Sumatera Utara 4 Untuk keseimbangan yang sama antara bagian atas dan bagian bawah penahan angin tengah, penahan angin tersebut harus ditempatkan pada tinggi pertengahan dari cangkang yang ditransformasi. Lokasi penahan angin pada cangkang yang sebenarnya harus berada pada lapisan course yang sama dan posisi relatif yang sama seperti pada lokasi penahan angin dari cangkang yang ditransformasi, dengan menggunakan hubungan ketebalan di subbab 2.4.7.71. 5 Lokasi yang lain untuk penahan angin bagian tengah bisa digunakan selama tinggi cangkang yang tidak diperkaku tidak melebihi H 1 . 6 Jika setengah tinggi cangkang yang ditransformasi melebihi tinggi maksimum H 1 , penahan angin bagian tengah kedua harus digunakan untuk mengurangi tinggi cangkang yang tidak diperkaku menjadi tinggi yang lebih kecil dari maksimum. 7 Cincin pengaku sebagai penahan angin bagian tengah tidak boleh dipasang pada jarak kurang dari 150 mm dari sambungan horizontal cangkang. Ketika lokasi sambungan permulaan penahan angin ada di dalam jarak 150 mm dari sambungan horizontal, penahan angin lebih baik ditempatkan pada jarak 150 mm di bawah sambungan; bagaimanapun, tinggi maksimum cangkang tidak diperkaku tidak boleh dilampaui. 8 Section modulus minimum perlu dari cincin pengaku tersebut harus ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : dimana : Universitas Sumatera Utara Z = section modulus minimum yang diperlukan, dalam cm 2 D = diameter nominal tangki, dalam m H 1 = jarak vertikal, dalam m, antara penahan angin bagian tengah dan sudut puncak cangkang atau cincin pengaku penahan angin atas pada tangki terbuka V = kecepatan angin rencana, dalam kmjam 9 Section modulus dari cincin pengaku sebagai penahan angin bagian tengah harus berdasarkan sifat dari bagian struktur yang terpasang dan mungkin meliputi bagian dari cangkang tangki untuk jarak ke atas dan ke bawah bagian pelengkap tangki, dalam mm, dari: dimana : D = diameter nominal tangki , dalam m t = ketebalan cangkang pada lokasi terpasangnya penahan angin bagian tengah, dalam mm 2.4.8. Atap 2.4.8.1. Definisi

Dokumen yang terkait

Analisa Kekakuan Sambungan Pada Konsole Dengan Baut Mutu Tinggi dibandingkan dengan Baut Mutu Biasa pada Struktur Baja

3 106 94

Perencanaan Portal Baja 4 Lantai Dengan Metode Plastisitas Dan Dibandingkan Dengan Metode LRFD

6 66 354

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

5 58 150

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 18

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 1

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 7

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah singkat Kelapa Sawit - Perubahan Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Dari CPO Pada Tangki CST Dibandingkan Dengan CPO Setelah Mengalami Pemurnian Melalui Oil Purifier dan Vakum Drier Pada Tangki Minyak

0 1 29

PERUBAHAN KANDUNGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR DARI CPO PADA TANGKI CST DIBANDINGKAN DENGAN CPO SETELAH MENGALAMI PEMURNIAN MELALUI OIL PURIFIER DAN VAKUM DRIER PADA TANGKI MINYAK PRODUKSI DI PABRIK PKS PTP.NUSANTARA IV PABATU TEBING TINGG

0 0 13

ANALISA KEKAKUAN SAMBUNGAN PADA KONSOLE DENGAN BAUT MUTU TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN BAUT MUTU BIASA PADA STRUKTUR BAJA

0 0 20