Membran, Pelat dan Cangkang Parameter Model Element Shell

perilaku struktur sampai kondisi pasca runtuh dan hasilnya dapat bersaing dengan hasil eksperimen di laboratorium. Adanya kemampuan simulasi numerik yang mendekati hasil eksperimen tentu berguna sekali karena akan mengurangi biaya secara signifikan khususnya yang berkaitan dengan jumlah model struktur real yang akan diuji eksperimen. Bahkan untuk model yang terbukti sudah sering digunakan, tidak perlu diuji eksperimen lagi karena uji eksperimen umumnya hanya diperlukan sebagai verifikasi atau validasi hasil simulasi numerik saja.

2.3.1.2. Membran, Pelat dan Cangkang

Seperti halnya element Frame, yang dapat digolongkan menjadi element-element lain yang lebih sederhana, yaitu element Truss, Grid, dan sebagainya berdasarkan gaya-gaya atau momen yang dapat diwakilinya, maka element Shell dapat diserhanakan menjadi element membran dan element pelat. Element membran hanya memperhitungkan gaya-gaya sebidang atau momen drilling momen yang berputar pada sumbu yang tegak lurus bidangnya. Momen drilling akan diantisipasi oleh gaya-gaya kopel pada bidang element. Element pelat hanya memperhitungkan momen dan gaya transversal yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus bidang element tersebut. Dan yang disebut element Shell adalah element yeng mempunyai kemampuan element membran dan pelat sekaligus. Universitas Sumatera Utara Jika dianalogikan dengan element satu dimensi, elemen membran yang menjadi fokus pembahasan ini adalah identik dengan element truss gaya aksial saja, suatu element yang paling sederhana untuk kelompok element satu dimensi. Jadi, element membran adalah element paling sederhana untuk kelompok element dua dimensi. Ketebalan pada element membran tidak terlalu berpengaruh dibandingkan element pelat, yang perilakunya seperti balok sehingga dapat dianalogikan seperti pelat tipis dan pelat tebal karena adanya pengaruh deformasi geser. Akan tetapi, perlu diingat bahwa struktur yang dapat dimodelkan dengan element 2D jika ketebalannya relatif kecil dibanding dimensi bidang struktur secara keseluruhan, misal struktur dinding, balok tinggi, pelat baja. Jika rasio tebal dibanding luas n = bidang yang ditinjau hampir sama, perlu dipikirkan menggunakan element 3D seperti element Solid.

2.3.1.3. Parameter Model Element Shell

Penyusunan element Shell ditentukan dari titik nodal yang dihubungkan. Jika dipakai empat nodal j1, j2, j3, dan j4, jadilah element Quadrilateral segiempat. Sedangkan jika tiga titik nodal j1, j2, dan j3, maka jadilah element Triangular segi-tiga. Adanya dua bentuk element tadi akan memungkinkan element-element yang digunakan dalam pembuatan model struktur 2D dapat saling kontinu saling terhubung pada nodal-nodalnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.10 Kemungkinan Bentuk Elemen Shell Richard-Uang, 2005 dalam Dewobroto, 2007: 416 Sumbu 3 lokal selalu tegak lurus normal terhadap element Shell. Jika tidak nodal penghubung j1-j2-j3 dalam arah terbalik. Quadrilateral adalah berbentuk bujur sangkar. Meskipun bisa berbentuk sembarang segi- empat, tetapi untuk menghindari error berlebih, maka perbandingan sisi panjang dibagi sisi pendek 4 dan sudutnya antara 45 ˚ ~ 135˚, sedangkan sudut ideaalnya 90 ˚. Oleh karena kinerja element Shell dapat dipilih sebagai element pelat saja, atau sebagai element membran saja, atau keduanya element Shell penuh, maka penempatan nodal pada element Quadrilateral perlu mendapat perhatian. Jika digunakan sebagai element Shell, maka penempatan ke-4 nodal pada element Quadrilateral tidak harus membentuk bidang datar. Sedangkan jika digunakan sebagai element membran yang berbentuk segi- empat, maka ke-4 titik nodal penghubung harus ditempatkan dalam satu bidang datar. Dan element Triangular untuk tiap-tiap element pasti terletak pada satu bidang datar. Universitas Sumatera Utara Formulasi element Triangular cukup baik, tetapi dalam menampilkan gayategangan internalnya relatif kurang akurat dibanding element Quadrilateral.

2.4. Desain Tangki berdasarkan Peraturan API Standar 650

Dokumen yang terkait

Analisa Kekakuan Sambungan Pada Konsole Dengan Baut Mutu Tinggi dibandingkan dengan Baut Mutu Biasa pada Struktur Baja

3 106 94

Perencanaan Portal Baja 4 Lantai Dengan Metode Plastisitas Dan Dibandingkan Dengan Metode LRFD

6 66 354

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

5 58 150

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 18

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 1

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 7

Analisa Balok Prategang Jembatan Jl. Sudirman dan Dibandingkan Menggunakan Balok Komposit Baja- Beton (Studi Kasus)

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah singkat Kelapa Sawit - Perubahan Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Dari CPO Pada Tangki CST Dibandingkan Dengan CPO Setelah Mengalami Pemurnian Melalui Oil Purifier dan Vakum Drier Pada Tangki Minyak

0 1 29

PERUBAHAN KANDUNGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR DARI CPO PADA TANGKI CST DIBANDINGKAN DENGAN CPO SETELAH MENGALAMI PEMURNIAN MELALUI OIL PURIFIER DAN VAKUM DRIER PADA TANGKI MINYAK PRODUKSI DI PABRIK PKS PTP.NUSANTARA IV PABATU TEBING TINGG

0 0 13

ANALISA KEKAKUAN SAMBUNGAN PADA KONSOLE DENGAN BAUT MUTU TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN BAUT MUTU BIASA PADA STRUKTUR BAJA

0 0 20