4. Penyesuaian yang Gagal Maladjustment
Individu tidak selamanya mampu menyesuaikan diri, karena kadang- kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian Sunarto Hartono, 2008. Ketidakberhasilan melakukan penyesuaian biasa disebut dengan istilah mal-adjusment. Kegagalan dalam
melakukan penyesuaian ini akan mengakibatkan ketegangan, tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif,
dan sebagainya Sunarto Hartono, 2008. Kegagalan penyesuaian sosial social maladjustment berkaitan
dengan kesulitan dalam bersosial dan emosi yang berhubungan dengan tingkah laku yang didapatkan dari situasi atau pengalaman LeComer,
2006. Selain itu, kegagalan penyesuaian sosial merupakan masalah tingkah laku yang berkaitan dengan aturan dalam keluarga, sosial, danatau sekolah
Whitcomb Merrel, 2013. Individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan penyesuaian
ini biasanya akibat dari kesulitan dalam melakukannya. Melakukan penyesuaian sosial yang baik bukanlah hal yang mudah. Akibatnya, banyak
anak yang kurang dapat menyesuaikan diri, baik secara sosial maupun pribadi. Masa kanak-kanak mereka tidak menyenangkan, dan bila mereka
tidak belajar mengatasi kesulitan mereka, mereka akan tumbuh menjadi orang yang malsesuai maladjust, yang tidak bahagia Hurlock, 2005.
Hurlock 2005 mengemukakan ada 4 kondisi yang paling penting yang dapat menimbulkan kesulitan melakukan penyesuaian sosial pada
anak, yaitu:
a. Bila perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan
menemui kesulitan melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah, meskipun ia diberi motivasi kuat untuk melakukannya
b. Bila anggota keluarga dirumah kurang memberikan model perilaku untuk
ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam penyesuaian sosialnya di luar rumah
c. Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering
timbul dari pengalaman sosial yang tidak menyenangkan di rumah atau di luar rumah
d. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian
sosial yang baik, namun anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar ini.
E. Penelitian Terkait
Pike, Coldwe and Dunn 2005 tentang “Sibling Relationships in EarlyMiddle Childhood: Li
nks with Individual Adjustment” pada 101 orang tua di UK yang memiliki anak 4 tahun sampai 6 tahun dan saudara
kandungnya berusia 8 tahun rata-rata 7,4 tahun menyatakan bahwa hubungan antar saudara kandung memiliki pengaruh terhadap kemampuan
penyesuaian sosial anak dan penyesuaian yang baik mempengaruhi kualitas hubungan tersebut.
Penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier 2002 tentan g “Sibling
Relationships and Social-Emotional Adjustment In Different Family Contexts
” pada 192 keluarga di UK yang memiliki anak berusia 5 tahun dan saudara kandung rata-rata 9 tahun menyebutkan bahwa hubungan antar
saudara kandung yang tidak harmonis atau buruk berhubungan dengan kegagalan penyesuaian anak child maladjustment dan proses perkembangan
anak tersebut yang mendasari kualitas hubungan saudara dan kemampuan penyesuaian anak.
Penelitian Ensi dan Winarianti 2009 te ntang “Hubungan Sibling
Rivalry dengan Kejadian Cedera pada Saudara Sekandungnya di RW 12 Kelurahan Ke
miri Muka Kecamatan Kota Depok”. Analisis data dengan menggunakan uji chi square pada 69 ibu yang memiliki anak usia toodler dan
memiliki adik. Hasil penelitian ditemukan sekitar 89,9 terjadi cedera pada saudara yang lebih muda akibat perlakuan sang kakak dan sebesar 10,1
tidak terjadi cedera pada saudara kandungnya. Penelitian Yati 2008 yang berjudul “Hubungan Sibling Rivalry
dengan Motivasi Berprestasi pada Anak Kembar” pada anak pra remaja umur 11 tahun sampai 22 tahun. Parstisipan dalam penelitian ini yaitu 16 laki-aki
dan 16 perempuan. Analisis data dengan menggunakan Korelasi Pearson Product Moment. Hasil korelasi sebesar 0,078. Hasil penelitian menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan motivasi berprestasi. Penelitian Nuswantari
2011 tentang “Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Perilaku Asertif Pada Remaja
” pada 207 siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nganjuk yang berusia 12-15 tahun. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Spearman Rank dari Spearman. Hasil korelasi antara sibling rivalry dengan perilaku asertif sebesar -0,255, dengan p sebesar
0,000. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin tinggi sibling rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja.
Penyebab sibling rivalry -
Faktor internal temperamental, mencari
perhatian orang tua, perbedaan umur,jenis
kelamin, keinginan menang dari saudaranya
-
Faktor eksternal sikap membanding-
bandingkan, adanya anak emas.
Priyatna dan Yulia 2006 dalam Setiawati Zulkaida,
2007
F. Kerangka Teori
Input Proses
Output
Bagan 2.2 Kerangka Teori Modifikasi dari teori Hockenberry Wilson 2007, Suprajitno 2003,
Priyatna dan Yulia 2006 dalam Setiawati Zulkaida 2007, Shaffer 2009, Dunn dalam Havnes 2010, Gichara 2006, Gunarsa 2004, Anderson
2006, Schneider 1964 dalam Yusuf 2012, dan Hurlock 2005.
Tiga reaksi
sibling rivalry
1. Perilaku agresif atau
resentment 2.
Kompetisi atau
persaingan, 3.
Perasaan iri atau cemburu
dengan mencari perhatian
Shaffer, 2009
Kemampuan penyesuaian sosial
Anak usia sekolah 6-12 tahun mengalami:
- Perkembangan fisik
- Perkembangan
psikososial -
Perkembangan sosial bekerja
sama dan
bersosial dengan
keluarga dan
kelompoknya -
Perkembangan emosi adanya
perasaan cemburu serta iri hati
serta menyukai
persaingan atau
Sibling rivalry. -
Perkembangan kognitif -
Perkembangan moral -
Perkembangan spiritual
Hockenberry Wilson 2007; Suprajitno 2003
Penyesuaian sosial di keluarga, sekolah, dan
masyarakat meliputi: 1.
Penampilan nyata 2.
Penyesuaian terhadap kelompok
3. Sikap sosial
4. Kepuasan pribadi
Schneider 1964 dalam Yusuf
2012, dan
Hurlock 2005.
Dampak sibling rivalry -
Mandiri -
Prestasi meningkat -
Cedera salah satu anak -
Perilaku agresif anak -
Masalah penyesuaian
sosial.
Anderson 2006; Dunn dalam Havnes
2010; Gichara
2006; Gunarsa 2004
Sibling rivalry
penyesuaian sosial rendah
Penyesuaian sosial tinggi
43
BAB III KERANGKA KONSEP,
HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat dalam bab sebelumnya, bahwa adanya sibling rivalry akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian
sosial anak. Hal ini sesuai pendapat Hurlock 2006 yang menyatakan bahwa perselisihan antar saudara sibling rivalry akan mempegaruhi semua hubungan
antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah. Bank, Patterson,
Reid, 1996 dalam Pope, 2006 menambahkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan
mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka variabel yang ingin diteliti adalah
sibling rivalry sebagai variabel independen dan kemampuan penyesuaian sosial sebagai variabel dependen. Adapun kerangka konsep dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel independen
Variabel dependen
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Sibling rivalry Kemampuan
penyesuaian sosial