Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

kemampuan sosialisasi anak laki-laki lebih sering mengalami masalah dibanding anak perempuan. Karakteristik resoponden berdasarkan berdasarkan distribusi posisi anak dalam keluarga yang paling banyak adalah anak pertama sebesar 54 responden 75 . Anak pertama biasanya lebih mendekati harapan sosial dan hasilnya mereka cenderung diterima lebih baik. Namun yang perlu menjadi perhatian bahwa pengaruh lingkungan seperti sekolah, keluarga dan masyaraat juga mempunyai peran yang lebih penting daripada urutan kelahiran dalam keluarga. Semua anak dituntut memainkan peran sesuai uratan kelahirannya, jika tidak menyukai peran yang diberikan, maka akan terjadi perselisihan besar sekali biasanya yang menyebabkan kesulitan untuk bersosial baik di lingkungan keluarga bahkan di luar keluarga Hurlock, 2006. Anak pertama biasa menunjukkan kebencian terhadap saudaranya karena perhatian orang tua terbagi Franz, 2006. Pada anak tengah biasanya menunjukkan perasaan rendah diri terhadap saudara kandung yang lebih tua karena menganggap tidak memiliki kemampuan seperti saudara mereka. Namun, hal tersebut juga membuat mereka menjadi sangat kompetitif terhadap saudara mereka yang mendorong mereka berinovasi, melakukan hal yang berbeda dari saudaranya yang lebih tua yang berdampak terhadap kemampuan penyesuaian sosial anak tersebut Franz, 2006. Karakteristik responden berdasarkan jumlah saudara dalam keluarga yang paling banyak adalah jumlah saudara yang sedikit 1-3 orang sebesar 87,5. Hal ini sesuai pendapat Hurlock 2006 bahwa jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal ini dikarenakan, bila ada anak dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama jika jumlahnya besar dan orang tua mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama sehingga perselisihan sandara kandung berkurang. 2. Gambaran sibling rivalry anak usia sekolah di SDN Cireundeu III Sibling rivalry menurut Kamus Dorland 2012 adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta, kasih sayang atau perhatian salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan lainnya. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III PDGJ III juga menyebutkan bahwa rasa persainganiri hati antar saudara ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orang tuanya dan perasaan negatif yang berlebihan. Pada kasus yang berat persaingan mungkin disertai oleh rasa permusuhan yang terbuka, trauma fisik danatau sikap jahat dan upaya menjatuhkan saudaranya . Pada kasus yang ringan persainganiri hati itu dapat terlihat dari keengganan berbagi, kurangnya pandangan positif, dan langkanya interaksi yang ramah Maslim, 2003. Fenomena tentang sibling rivalry anak terbukti pada penelitian ini yaitu didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian mengalami sibling rivalry tinggi yaitu 40 responden 55,6 . Angka ini menandakan bahwa kejadian sibling rivalry pada anak usia sekolah masih tinggi. Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa sibling rivalry ini cenderung meningkat selama usia sekolah Dunlap, 2004; Berk, 2005. Sibling rivalry meningkat pada usia sekolah karena anak mulai beraktivitas dan berprestasi baik di sekolah atau di luar sekolah. Adanya aktivitas dan prestasi tersebut, orang tua mulai membandingkan anak yang satu dengan yang lain dan ketika anak yang usianya berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka perbandingan orang tua terhadap anak-anaknya semakin sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi sering bertengkar, saling bermusuhan, dan susah untuk melakukan penyesuaian sosial Berk, 2005. Hal ini serupa dengan penelitian Listiani 2010 di Jomblang pada anak usia 8-12 tahun menemukan 100 mengalami sibling rivalry. Pada penelitian ini juga melaporkan bahwa sibling rivalry disebabkan oleh faktor sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara kandung anak, hubungan anak dengan saudara kandungnya, pola asuh orang tua, dan adanya anak emas diantara anak. Penelitian Aini 2012 tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia 1-12 tahun di Kelurahan Lidah Wetan Kecamatan Lakarsantri Surabaya menemukan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian sibling rivalry p=0,009. Sibling rivalry ini ditunjukan melalui reaksi kemarahan atau perilaku agresif, semangat berkompetisi bersaing, serta kecemburuan yang terhadap saudara kandungnya Shaffer, 2009. Sebagian besar anak mengungkapkan kekesalannya terhadap saudara kandungnya sendiri dengan berperilaku agresif dengan menunjukkan rasa permusuhan yang terbuka, trauma fisik danatau sikap jahat dan upaya menjatuhkan saudaranya Maslim, 2003.