f. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah nyata daripada belajar tentang ketuhanan. Mereka mulai mengerti terhadap
surga dan neraka sehingga cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan karena takut masuk neraka. Pada masa ini anak masih sulit mengerti
tentang simbol-simbol supranatural sehingga konsep religius harus disajikan secara nyata Suprajitno, 2003.
g. Perkembangan Emosional
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir Hurlock, 2005. Ketika usia sekolah, anak mulai
menyadari bahwa penggunaan emosi secara kasar tidak diterima di masyarakat Yusuf, 2012. Emosi yang secara umum dialami anak usia
sekolah adalah takut, marah, kasih sayang, cemburu atau sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain terutama
saudaranya, rasa ingin tahu, kegembiraan Hurlock, 2005. Selain itu, anak pada masa ini menyukai persaingan Wong, 2008. Perasaan
cemburu, iri hati rasa persaingan antar saudara kandung disebut juga dengan sibling rivalry Woolfson, 2005.
B. AdaptasiPenyesuaian Anak terhadap Adanya Saudara Kandung
Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan Heerdjan, 1987 dalam Sunaryo,
2002. Adaptasi merupakan kemampuan mempertahankan fungsi optimal yang melibatkan refleks, mekanisme perlindungan terhadap yang mengarah pada
penyesuaian dan penguasaan situasi Selye, 1976 dalam Potter Perry, 2005.
Teori tentang adaptasi ini dikembangkan oleh Sister Calista Roy yang dikenal dengan model adaptasi dalam keperawatan pertama kali tahun 1964.
Asumsi-asumsi dasar yang dianut dalam model adaptasi menurut Roy Asmadi, 2005, antara lain:
1. Individu adalah mahluk bio-psiko-sosial yang merupakan kesatuan yang
utuh. 2.
Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negatif, untuk dapat beradaptasi. Kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu penyebab utama perubahan kondisi dan situasi, keyakinan, dan pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
konsep diri positif, kemandirian, serta kemampuan melakukan peran secara optimal guna memelihara integritas diri. Kebutuhan fisiologis, menurut Roy,
meliputi oksigenasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan istirahat, pengaturan suhu dan hormon, dan fungsi
tambahan. Kebutuhan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, normal, etika, dan keyakinan seseorang.
Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan
fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.
4. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit yang berhubungan erat
dengan kefektifan koping guna mempertahankan kemampuan adaptasi.
Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan kemunduruan, menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada stimulus yang
masuk dan tingkat kemampuan adaptasi orang. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal, yaitu masukan input, proses
kontrol dan efektor dan keluaran output Nursalam, 2008. Ada tiga komponen input, yaitu stimulus fokal stimulus yang langsung
berhadapan dengan individu, stimulus kontekstual stimulus yang diterima individu baik internal atau eksternal seperti lingkungan, keluarga, teman,
masyarakat, petugas kesehatan yang mempengaruhi stimulus fokal dan dapat diobservasi, dan stimulus residual ciri-ciri tambahan dan relevan dengan
situasi yang ada, namun sukar untuk diobservasi seperti keyakinan, sikap dan sifat individu yang berkembang Asmadi, 2005; Nursalam, 2008. Perubahan
yang terjadi pada anak yaitu adanya saudara kandung sibling yang menjadi stresor normal yang menuntut anak untuk mampu beradaptasi terhadap
perubahan baru dalam hidupnya. Selain itu, sikap orang tua yang suka membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain juga merupakan
stimulusstressor yang dialami anak dalam keluarga yang dapat menimbulkan ketegangan dalam keluarga Hurlock, 2006.
Proses dalam tingkatan adaptasi merupakan suatu cara untuk mengahadapi suatu perubahan atau stressor yang terjadi dalam individu
Nursalam, 2008. Kemampuan adaptasi adalah mekanisme kontrol atau koping regulator dan kognator Asmadi, 2005. Empat efektor atau model
adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan interdependen Nusalam, 2008. Anak usia sekolah yang memiliki saudara
kandung sering terjadi persaingan misalnya anak yang lebih besar sering iri karena perhatian yang diberikan pada saudara kandung yang lebih kecil Potter
Perry, 2005. Hal ini mengakibatkan perasaan cemburu terhadap saudara kandung tersebut Anderson, 20060.
Aspek terakhir pada teori Adaptasi Roy adalah output. Output dari sistem adaptasi adalah perilaku yang dapat diamati, diukur, atau dikemukakan
secara subjektif. Output ini berupa respons adaptif ataupun maladaptif Asmadi, 2005. Anak yang dapat beradaptasi secara adaptif dengan adanya
saudara kandung meliputi meningkatnya kemandirian, meningkatnya prestasi, saling menyayangi antar saudara kandung, mampu bertanggung jawab yang
mengarah ke konsep diri yang positif Anderson, 2006; Gunarsa, 2004. Sedangkan respon yang maladaptif pada anak yang memiliki saudara kandung
dalam keluarga ini ditunjukkan dengan mencederai saudaranya, kesulitan melakukan penyesuaian sosial baik dirumah maupun diluar rumah, perilaku
agresif di luar rumah dan lain-lain Gichara, 2006; Gunarsa, 2004, Havnes, 2010.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal Nursalam, 2008.
Bagan 2.1 Diagram Model Adaptasi Roy
Sumber: Nursalam, 2008
C. Sibling Rivalry
1. Definisi sibling rivalry
Menurut Kamus Dorland 2012 menyatakan “sibling adalah salah satu atau lebih dari dua anak dari orang tua yang sama baik saudara laki-laki
atau perempuan; rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme dan Sibling rivalry adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta,
kasih sayang atau perhatian salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan lainnya”. Sibling rivalry
merupakan kompetisipersaingan, kecemburuan serta kemarahan antar saudara yang sering dimulai saat saudara laki-laki atau perempuan lahir dan
terjadi antara dua atau lebih saudara kandung Shaffer, 2009. Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry
adalah persaingan antar saudara kandung yang biasanya diakibatkan oleh ketakutan kehilangan kasih sayang orang tua atau perasaan cemburu karena