Ciri khas sibling rivalry

Gunarsa 2004 menyebutkan bahwa “Persaingan yang sehat dan tetap dalam pengamatan orang tua, bisa terus dipertahankan, agar semuanya terdorong untuk mencapai prestasi dan meraih hasil sebaik-baiknya. b. Dampak negatif Dampak negatifnya menurut Gichara 2006, sibling rivalry dapat menimbulkan akibat yang negatif yaitu mencederai saudaranya seperti anak akan memukul, mendorong, dan mencakar lawannya, sedangkan pada anak yang lebih besar cenderung akan memaki saudara atau menganggap saudaranya sebagai lawan. Penelitian Ensi dan Winarianti 2009 menemukan bahwa anak usia toodler dan memiliki adik ditemukan sekitar 89,9 terjadi cedera pada saudara yang lebih muda akibat perlakuan sang kaka dan sebesar 10,1 tidak terjadi cedera pada saudara kandungnya. Sibling rivalry dapat merusak kualitas persaudaraan dan menyebabkan perilaku agresif anak terutama terhadap saudaranya di rumah Havnes, 2010; Hardy et al, 2010 dan menyebabkan anak akan lebih sering berperilaku agresif di mana saja, seperti di sekolah Patterson dalam Volling Blandon, 2003. Bank, Patterson, Reid, 1996 dalam Pope 2006 menyebutkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan mengalami kesulitan melakukan peyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan menunjukkan tanda psikopatologi cemas, depresi, dan ketakutan. Gunarsa 2004 menyebutkan bahwa persaingan yang tidak sehat, apalagi dipengaruhi oleh orang tua, bisa menimbulkan keseganan belajar, tidak berani menghadapi realitas yang tidak menyenangkan, bahkan dalam intensitas yang lebih dalam, bisa menimbukan masalah penyesuaian sosial, pelarian diri, dan gejala atau gangguan fungsi kefaalan dalam tubuhnya”. Hurlock 2006 menyatakan bahwa perselisihan antar saudara sibling rivalry akan mempengaruhi semua hubungan antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah.

D. Penyesuaian

1. Definisi Penyesuaian

Adaptasi atau penyesuaian diartikan sebagai kemampuan seseorang mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, dan mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri Gerungan, 1996 dalam Sunaryo, 2002. Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan Heerdjan, 1987 dalam Sunaryo, 2002.

2. Jenis Penyesuaian

Penyesuaian terbagi menjadi dua, yaitu penyesuaian pribadi dan sosial Hurlock, 2010. Penyesuaian pribadi merupakan penyesuaian yang diarahkan kepada diri sendiri. Penyesuaian ini meliputi penyesuaian terhadap fisik dan emosi, seksual, moral dan religuisitas. Sedangkan penyesuaian sosial diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi Yusuf, 2012.

3. Definisi Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Anak-anak diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan memenuhi harapan sosial sesuai dengan usia mereka Hurlock, 2005. Penyesuaian sosial merupakan bagian dari penyesuaian diriadaptasi. Sosial adjusment atau penyesuaian sosial berarti penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial, mempelajari pola tingkah laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi satu masyarakat sosial Chaplin, 2006. Definisi lain menyebutkan bahwa penyesuaian sosial anak didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan memuaskan, untuk menghindari tekanan negatif atau egosentrisme orang lain Welsh Bierman, 1998 dalam Huang, 2007, serta kemampuan untuk mengatasi ketegangan negatif serta mencegah perilaku egosentris Huang, 2007.

4. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial

Gunarsa 2008 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial, antara lain: a. Keadaan fisik dan faktor-faktor keturunan, konstitusi fisik meliputi sistem persyarafan, kelenjar, otot-otot serta kesehatan dan penyakit; b. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, dan emosi; c. Faktor psikologis, pengalaman belajar, frustasi dan konflik, sel determination; d. Faktor lingkungan, seperti rumah, sekolah; e. Faktor kebudayaan, adat istiadat, dan agama. Sunarto dan Hartono 2008 juga menjelaskan bahwa faktor internal yang mempengaruhi penyesuaian sosial sebagai berikut : a. Faktor Fisik i. Kondisi jasmaniah Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku karena sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan pada sistem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian. Oleh karena itu, kualitas penyesuaian sosial yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara bila kondisi jasmaniah baik. ii. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri Seseorang yang mengalami pertambahan usia, perubahan dan perkembangan respon yang diperoleh, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya. Penelitian Retnasih 2009 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perkembangan emosi dan penyesuaian sosial.