Latar Belakang Masalah Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk suatu perkembangan dan kemajuan. Salah satu upaya untuk membangun SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS pasal 1 menyebutkan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Fungsi dari pendidikan tersebut termaktub di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi : 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Si stem Pendidikan Nasional, hal. 5 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi siswa didik agar menjadi peserta didik yang beriman, bertakwa pada Tuhan, berakhlak mulia, sehat berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab” 2 Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan wadah yang sengaja dibuat untuk generasi muda agar dapat mengembangkan potensi apapun yang ada dalam dirinya dan tujuan pendidikan tidak hanya menginginkan generasi muda yang cerdas dan berintelektual yang tinggi dari segi kognitif, namun diharapkan juga menjadi generasi muda yang memiliki sikap dan akhlak yang baik yang semua itu tercipta setelah melalui proses pendidikan. Ketika suatu proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka yang diharapkan suatu Negara terhadap generasi mudanya akan tercapai. Oleh karena itu proses pendidikan yang baik tergantung dari komunikasi guru dan siswa yang baik pula di sekolah. Everett M. Rogers mengemukakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka ”. 3 Lebih lanjut Karlfried Knapp menyatakan bahwa “komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal kata-kata dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsungtatap muka atau melalui media lain tulisan, oral, dan visual ”. 4 Dalam dunia pendidikan terutama di sekolah tidak terlepas dari adanya interaksi antara guru dan siswa. Kadangkala interaksi ini bisa bersifat satu arah atau dari guru ke siswa maupun interaksi yang bersifat dua arah yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru atau pun antara siswa 2 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 7 3 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, h. 21 4 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi, Yogyakarta: MedPress, 2009, h. 6 dengan siswa. Dalam melakukan komunikasi, seorang guru sering menggunakan simbol verbal maupun non verbal. Interaksi yang dilakukan oleh guru ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi siswa ke arah yang lebih baik, dengan demikian seorang guru diharapkan mampu membina komunikasi yang baik dengan murid-muridnya. Menurut Karti Soeharto, kemampuan berkomunikasi di dalam kelas yaitu “kemampuan guru dalam menciptakan iklim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran ”. 5 Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dan siswa. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan atau materi yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang positif dalam belajar memacu kondisi belajar siswa yang positif sehingga siswa dapat berprestasi. Pentingnya komunikasi dalam proses pembelajaran tidaklah dapat dipungkiri, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi komunikasi, yaitu mass education, yaitu untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan. Dalam lembaga sekolah, siswa yang berprestasi tidak terlepas dari peran guru yang aktif dalam berkomunikasi kepada siswanya, guru selalu berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, memperhatikan siswa, memantau siswa dalam melakukan kegiatanaktifitas di lingkungan sekolah dan lain- lain. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan 5 Nadala, Kemampuan Guru Berkomunikasi diakses dari http:3Aofficialchannel=shl=idsource=hpq=kemampuan+guru+berkomunikasimeta pada 14 Januari 2010 perubahan dalam diri individ u sebagai hasil dari aktivitas belajar.” 6 Dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang diperoleh siswa akibat dari proses atau kegiatan belajar, sehingga menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, daya analisis sintesis dan evaluasi. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Pada hakikatnya guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai “dwi tunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak dan waktu. Tidak pula dapat dicerai beraikan oleh lautan, daratan dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik. 7 Berdasarkan pendapat Syaiful di atas, jelaslah bahwa seorang guru memiliki ikatan yang cukup kuat dengan siswanya sehingga diibaratkan sebagai satu jiwa. Hal ini tentunya akan membuat komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan baik, karena guru akan memahami siswanya dan permasalahannya. Dengan dwi tunggalnya, seorang guru dapat merasakan apa yang dirasakan siswanya sehingga ia dapat menjadi tempat memecahkan persoalan siswa. Jika sudah seperti ini, maka seorang guru akan lebih mudah untuk mengarahkan siswa pada kondisi pembelajaran yang diharapkan guru. Dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Akan tetapi pada kenyataannya, masih terdapat berbagai kendala yang terjadi di dalam komunikasi guru dan siswa di sekolah. Seringkali siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar dalam kesehariannya di sekolah mengalami masalah dalam berkomunikasi terutama dalam proses belajar mengajar. Siswa kadangkala tidak memahami apa yang dibicarakan guru dalam memberikan materi pelajaran di kelas. Hal ini diperkuat oleh 6 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 2 7 Ibid Husaini Usman. Menurutnya terdapat 18 hambatan komunikasi di kelas, yaitu : 1 komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, 2 perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, 3 terjemahan yang salah, 4 kegaduhan, 5 reaksi emosional seperti terlalu bertahan defensif atau terlalu menyerang agresif, 5 gangguan fisik gagap, tuli, buta, 6 semantic yaitu pesan bermakna ganda, 7 belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam, 8 kecurigaan, 9 teknik bertanya yang buruk, 10 teknik menjawab yang buruk, 11 tidak jujur, 12 tertutup, 13 destruktif, 14 kurang dewasa 15 kurang respect, 16 kurang menguasai materi, 17 kurang persiapan, dan 18 kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk. 8 Hal-hal tersebut masih sering terjadi dalam proses belajar mengajar dimana guru masih sangat kurang dalam berkomunkasi terhadap siswanya. Biasanya guru hanya datang ke sekolah dan memberikan materi sesuai kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi dalam proses belajar mengajar, apalagi seorang guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Sehingga akan menghambat profesionalitasnya sebagai seorang guru yang menjadikan siswa menuju arah yang lebih baik karena kurangnya totalitas dalam mengajar. Selain itu materi yang diajarkan oleh guru juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa seperti mata pelajaran IPS. Menurut Beduatsuko dalam artikelnya tentang tentang konsep pendidikan IPS, dikatakan bahwa Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu 8 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2008, h. 396 diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. 9 Dari pendapat Beduatsuko tersebut, jelas bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mudah karena objek materinya adalah telaah tentang manusia dan dunianya, tentang kehidupan sehari-hari siswa. Namun pada kenyataannya, mata pelajaran sosial kurang diminati oleh siswa. Hal lni disebabkan oleh bagaimana guru melakukan komunikasi dengan para siswanya. Hal ini yang terjadi di Madrasah Aliyah Negeri 15 Jakarta. Sedikit akan penulis paparkan tentang kondisi komunikasi guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di sekolah tersebut. Madrasah Aliyah Negeri MAN 15 Jakarta merupakan MAN yang baru dinegerikan sendiri pada bulan Maret 2009. Awalnya MAN 15 Jakarta bernama MAN 2 Jakarta kampus KDW yang berlokasi di jln. Inayah Rt.0308 No.24 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur. Madrasah ini memiliki empat program keterampilan yaitu, otomotif, AC kulkaselektro, tata busana dan desain grafis. Beberapa orang guru IPS juga menjadi tenaga pengajar pada program keterampilan dan ada juga yang menjabat sebagai ketua jurusan program keterampilan. Adanya suatu komunikasi yang baik adalah terjadinya proses belajar mengajar yang baik pula, proses belajar mengajar yang baik terletak pada komunikasi yang efektif artinya adalah suatu proses komunikasi yang membutuhkan aktifitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif. Beberapa guru IPS MAN 15 Jakarta juga mengajar program keterampilan. Dapat dibayangkan bagaimana seorang guru mengatur konsenterasinya untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswa- siswinya. Mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa tidak fokus sehingga guru harus membagi konsenterasinya dalam mengajar, belum 9 Beduatsuko, Kosnep Pendidikan IPS diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010 lagi guru IPS yang selain mengajar program keterampilan, juga menjabat sebagai ketua jurusan program keterampilan. Selain itu ada beberapa dari mereka yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tentunya semua itu menyita waktu dan perhatian guru kepada siswa- siswinya di sekolah. Mereka sudah merasa lelah ketika berada di dalam kelas, yang tentunya akan berpengaruh terhadap proses komunikasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Sehingga metode yang digunakan dalam mengajar IPS pun adalah metode pembelajaran yang menjenuhkan, yaitu ceramah. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan. Hal ini dapat diindikasikan dari seringnya siswa-siswi yang meminta ijin keluar kelas, siswa yang mengobrol dengan siswa lainnya, mendengarkan musik dengan headset, bahkan ada pula siswa yang tidur-tiduran sampai yang tertidur ketika pembelajaran berlangsung. Padahal seorang guru harus senantiasa tampil bersemangat di depan siswanya, hal ini dimaksudkan untuk menularkan energi positif pada diri siswa sehingga siswa termotivasi dalam belajar, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa MAN 15 Jakarta seperti dapat dilihat dari hasil try out UN kelas XII tahun pelajaran 20092010 dimana nilai rata-rata yang diperoleh untuk bidang studi sosial ialah 5,3. Nilai ini masih berada di bawah nilai rata-rata try out UN untuk bidang studi bahasa Indonesia, yaitu 5,52. 10 Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat judul “ Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MAN 15 Jakarta “ 10 Dokumen data nilai try out UN siswa-siswi MAN 15 Jakarta tahun pelajaran 20092010 yang diperoleh dari Bpk. Irwan Susanto selaku staf bidang kurikulum MAN 15 Jakarta

B. Identifikasi Masalah