4. Membangun Komunikasi
Efektif Guru-Siswa
Dalam Proses
Pembelajaran
Sebelum membahas tentang bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, maka terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai komunikasi yang efektif dan tidak efektif serta peran komunikasi guru dan siswa.
a. Komunikasi Efektif dan Tidak efektif Seperti dikatakan oleh Ashley Montagu yang dikutip oleh
Roudhonah, bahwa “kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi, manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi oleh
caranya menerjemahkan
pesan-pesan lingkungan
yang diterimanya”.
43
Komunikasi dijalankan dalam rangka membentuk kepribadian manusia dan kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Agar
komunikasi mencapai hasil yang diinginkan, maka harus dilakukan secara efektif.
Pengertian efektif secara bahasa adalah antara lain : a. untuk obat, berarti mujarabmanjur. b. untuk pajak, berarti berlaku. c.
untuk yang formal, berarti dapat mendatangkan hasil yang baik. Dan d. untuk lawan bicara, berarti mengesankan.
44
Kaitannya dengan prinsip komunikasi yang efektif adalah, bila terjadi komunikasi dengan orang lain, maka komunikasinya dapat
membuat orang lain terkesan dan dapat diterima serta dapat dimengerti. Menurut Cultip dan Center, komunikasi yang efektif itu
harus melalui empat tahapan, yakni :
45
1 Fact Finding , yaitu mencarimengumpulkan fakta-fakta data- data sebelum seseorang melakukan sesuatu kegiatan atau
43
Roudhonah, Ilmu Komunikas ,…h. 56-57
44
Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 57
45
Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 57-59
tindakan. Seperti apa yang diperlukan, siapa yang akan diajak berkomunikasi, bagaimana keadaan komunikan dll.
2 Planning, setelah mendapat data, maka dibuatlah rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi problema-problema
tersebut. Planning ini sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan.
3 Tahap Komunikasi, bagaimana mengkomunikasikan dan apa yang akan dikomunikasikan, yang sebenarnya tidak terlepas dari
tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu kegiatan berkomunikasi
4 Tahap Evaluasi,
setelah komunikasi
sesuai rencana
dilaksanakan, maka untuk mengetahui akibat dan pengaruh- pengaruhnya terhadap public, dilaksanakan melalui evaluasi,
seperti riset khalayak Sementara menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Moss,
komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu : 1 Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli
seperti yang dimaksudkan oleh komunikator 2 Kesenangan, artinya komunikasi disampaikan hanya untuk
kesenangan, seperti ketika kita mengucapkan “selamat pagi” atau tegur sapa antara orang yang sudah saling kenal
3 Mempengaruhi sikap, artinya komunikasi disampaikan untuk mempengaruhi sikap orang lain. Contohnya guru ingin mengajak
muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan 4 Hubungan sosial yang baik, komunikasi juga ditujukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri
5 Tindakan, komunikasi dilakukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki
Jadi, komunikasi yang efektif akan terjadi apabila tahapan- tahapan di atas terjadi dan menimbulkan lima tindakan di atas. Pada
dasarnya komunikasi yang efektif dapat terjadi manakala tiga unsur
komunikasi yang penting, yakni komunikator, pesan, dan komunikan benar-benar
diperhatikan dan
masing-masing memperhatikan
karakteristiknya masing-masing. Selanjutnya, Schram sebagaimana dikutip oleh Effendy dalam
bukun ya „Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi’, menekankan bahwa
field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jika
pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain
perkataan situasi menjadi tidak komunikatif atau dengan rumusan lain terjadi miscommunication miskomunikasi.
46
Menurut Schram, bidang pengalaman atau dapat juga dikatakan sebagai latar belakang seseorang baik latar belakang pendidikan,
status sosial, agama, suku dan usia cukup menentukan terjadinya keselarasan dalam berkomunikasi sehingga tercipta komunikasi yang
efektif antara komunikator dan komunikan. Sebaliknya jika bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan tidak sama, maka
akan terjadi miscommunication miskomunikasi. Sedangkan yang dikatakan dengan komunikasi yang tidak
efektif adalah penghambat atau gangguan dalam komunikasi. Berikut ini adalah macam-macam gangguan dalam komunikasi :
1 Gangguan “Gangguan adalah hal-hal yang merintangi atau menghambat
komunikasi dan merusak konsentrasi sehingga penerima pesan salah menafsirkannya. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses
46
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, Cet. Ke-3, h.30
komunikasi, tetapi
mempunyai pengaruh
terhadap proses
komunikasi ”.
47
a Gangguan Mekanik mechanical, channel noise Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan
yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Contoh : bunyi mengaung pada pengeras suara,gambar
meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, huruf yang tidak jelas.
b Gangguan Semantik semantic noise Semantik adalah pengetahuan mengenai kata-kata yang
sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-
orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata : ada yang mempunyai pengertian denotatif
dan ada yang mempunyai pengertian konotatif. Contoh : secara denotatif semua orang akan setuju bahwa
anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif, banyak orang yang menganggap anjing sebagai binatang piaraan
yang setia, bersahabat,dan panjang ingatan. Namun untuk yang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang
menakutkan dan berbahaya. 2 Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya
memperhatikan perangsang
yang ada
hubungannya dengan
kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku kita serta merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu
kepentingan.
47
Husaini Usman, Manajemen; Teori, praktik, dan riset pendidikan, …h.390
3 Motivasi Terpendam Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat
sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi
seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan
akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Dalam pada itu seringkali pula terjadi seorang
komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusu’ attentive menanggapinya, sungguhpun pesan
komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya. Tanggapan semu
dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. 4 Prasangka
48
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang
yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.
Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun. Oleh karena prasangka itu sudah
mencekam, maka seseorang tak akan dapat lagi berpikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara
subjektif. Sesuatu yang positif pun akan dinilai negatif. Dalam komunikasi pun dikenal hambatan psikologis seperti
minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan. Hambatan fisik misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan panca indera
atau cacat tubuh. Peserta didik yang menyenangi mata pelajaran, topik, dan gurunya, cenderung lebih berprestasi dibandingkan dengan
peserta didik yang membenci mata pelajaran, topik, dan gurunya. Komunikasi juga dapat dihambat oleh kultur seperti perbedaan
adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai
48
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi ,…h.49
panutan. Tanda setuju di Indonesia dengan menganggukkan kepala. Sebaliknya, di India menganggukkan kepala berarti tidak setuju.
Keadaan lingkungan yang bising, panas, berdesak-desakan juga dapat menghambat komunikasi.
Hambatan-hambatan komunikasi lainnya ialah 1 komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, 2
perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, 3 terjemahan yang salah, 4 kegaduhan, 5 reaksi emosional
seperti terlalu bertahan defensif atau terlalu menyerang agresif, 5 gangguan fisik gagap, tuli, buta, 6 semantic
yaitu pesan bermakna ganda, 7 belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam, 8 kecurigaan, 9 teknik bertanya
yang buruk, 10 teknik menjawab yang buruk, 11 tidak jujur, 12 tertutup, 13 destruktif, 14 kurang dewasa 15 kurang
respect, 16 kurang menguasai materi, 17 kurang persiapan, dan 18 kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang
buruk.
49
Dapat disimpulkan, terdapat banyak hambatan dalam melakukan komunikasi yang efektif, baik secara psikologi, fisik, ataupun budaya.
Dengan demikian, guru dalam melakukan komunikasi kepada para siswanya
dalam rangka
proses pembelajaran
hendaknya memperhatikan hambatan-hambatan tersebut di atas agar tercipta
komunikasi yang efektif sehingga terwujud aktifitas pembelajaran yang kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Komunikasi Guru-Siswa Yang Efektif Salah satu tujuan komunikasi adalah attitude change atau
perubahan sikap pada diri komunikan. Begitu pula seorang guru yang mengadakan komunikasi dengan siswanya, mengharapkan adanya
perubahan sikap pada diri siswa secara menyeluruh kearah kedewasaan. Oleh sebab itu, peran komunikasi guru kepada siswa
haruslah jelas. Maka penulis akan membahas apa saja yang
49
Husaini Usman, Manajemen; Teori, praktik, dan riset pendidikan,...h.396
seharusnya dilakukan oleh guru untuk melakukan komunikasi kepada siswa agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif.
1 Komunikasi Guru Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, terdapat tujuan
yaitu terjadinya perubahan sikap pada diri siswa. Setidaknya terdapat dua hal yang dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi
antara guru dan siswa dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu : a
Profesionalisme Guru Menurut Syaiful Bahri Djamarah, sikap professional
guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional
bukanlah mengajar apa adanya dengan pola DDCH duduk, dengar, catat dan hapal, tetapi ia berusaha membelajarkan
siswa dengan segala keaktifannya. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mencapai hasil yang
optimal.
50
b Tanggung Jawab Guru
Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki tanggung jawab terhadap siswanya, yaitu dengan
merencanakan dan menuntun siswa melakukan kegiatan- kegiatan
belajar guna
mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang diinginkannya.
Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut Wens Tanlain dan kawan-
kawan seperti dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, yaitu : 1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai
kemanusiaan 2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani,
gembira tugas bukan menjadi beban baginya
50
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 354
3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul
4. Mengahrgai orang lain, termasuk anak didik 5. Bijaksana dan hati-hati
6. Takwa terhadap Tuhan Yang maha Esa
51
Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa
dan watak anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi
orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat tidak sembarang, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan,
seperti :
52
a Takwa Kepada Allah swt guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam,
tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah swt, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-
Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya, sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi
umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh
itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik
dan mulia. b Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemilikinya telah mempunyai ilmu
51
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,…h. 36
52
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,…h. 32-34
pengetahuan dan
kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus
memiliki ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. c Sehat jasmani
Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat untuk menjadi guru. Guru yang mengidap
penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didik. Di samping itu guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. d Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena
anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada
diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin dapat dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.
Jadi, guru
yang professional
menjadikan komunikasi sebagai wadah untuk membentuk siswa
yang cerdas. Bagaimanapun perilaku siswa akan dapat diatasi apabila guru memiliki tata cara komunikasi yang
baik. Tidak diharuskan seorang guru haruslah tampan atau pun mapan untuk dapat membimbing siswanya,
namun keterampilan seorang guru yang baik akan melahirkan siswa-siswa yang berprestasi dan berakhlak
baik. 2 Komunikasi Siswa
Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam
proses belajar mengajar. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan siswa terjalin dengan baik.
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana para siswa berkomunikasi kepada gurunya, disinilah para guru dapat
menggunakan perannya sebagai seorang komunikator. a Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi belajarnya. Namun hal ini tidak selamanya
disebabkan karena tingkat inteligensi siswa yang rendah, namun dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi.
Dibawah ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan kesuilitan belajar siswa :
53
1. Faktor internal a. Yang bersifat kognitif ranah cipta, antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektualinteligensi siswa b. Yang bersifat afektif ranah rasa, antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap c. Yang bersifat psikomotorik ranah karsa, antara lain
seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran
2. Faktor eksternal a. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan antara
ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga b. Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan
yang kumuh dan teman sepermainan yang nakal c. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat belajar yang berkualitas rendah
Dari pernyataan di atas, dapat dibayangkan betapa mudahnya siswa mengalami kesulitan dalam belajar, disinilah
peran guru, orang tua dan lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh positif kepada siswa agar
53
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, …h. 183
mereka mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya dalam belajar. Khusunya kepada guru, dimana lebih banyak
melakukan komunikasi terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan cara memberikan nasihat, motivasi dan
saran ketika proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru sangat berperan bagi siswa-siswanya,
bagaimanapun sikap yang mereka tunjukkan. Seorang guru harus dapat memahami bahwa setiap siswa itu berbeda dan
tugas guru adalah membantu mereka dalam menemukan jati diri mereka. Sehingga mereka dapat mengembangkan segala
potensi yang mereka miliki. b Perihal Anak Bermasalah
Tolok ukur
keberhasilan seorang
guru dapat
diindentifikasikan dengan sikap dan perilaku yang baik yang ditunjukkan oleh anak didiknya. Sebagai pendidik, seorang
guru akan merasa berhasil apabila anak-anak didiknya dapat diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran. Makna
kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran, namun adakalanya sikap dan perilaku
anak-anak didiknya menyebabkan seorang guru tidak bertahan lama berada dalam kelas dan ingin segera menyelesaikan
pembelajaran. Sebenarnya sikap dan tingkah laku siswa yang tidak mau
bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar alasan yang menyebabkan
mereka tidak mau diajak bekerjasama oleh guru dalam pembelajaran dikarenakan mereka memiliki masalah. Seorang
siswa dikatakan sebagai siswa yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang
lazim dilakukan oleh siswa pada umumnya.
Siswa yang bermasalah tidak dapat diatasi hanya dengan sebatas komunikasi saja, namun diperlukan perhatian yang
lebih dari seorang guru seperti pemberian nasihat dan motivasi, mengontrol kondisi siswa dengan bertanya kepada orang tua
siswa atau keluarganya perihal dirinya. Secara garis besar, masalah siswa dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. 1 Internal, masalah internal biasanya lebih disebabkan dari
kondisi siswa tersebut yang biasanya berhhubungan dengan keadaan fisik dan kondisi psikis
2 Eksternal, masalah ekternal adalah yang berasal dari luar diri siswa seperti masalah yang berasal dari keluarga dan
masyarakat yang tidak menyenangkan bagi siswa Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa siswa tidaklah
sempurna. Seorang peserta didik memiliki kekurangannya masing-masing
dalam berkomunikasi,
disinilah peran
komunikasi guru berfungsi. Guru yang pandai berkomunikasi dengan siswanya adalah guru yang memahami kondisi dari
siswa tersebut, guru dituntut dapat menerapkan semua bentuk komunikasi pada setiap siswa dengan karakteristik mereka
masing-masing. Menurut Olailani, terdapat tujuh opsi yang bermanfaat
dan efektif yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa yang bermasalah di sekolah, yaitu :
1 Memberi penjelasan apabila adala masalah atau kejadian insidentil di kelas
2 Berperan sebagai seorang informan 3 Memberikan pilihanopsi
4 Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata 5 Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh
6 Mengungkapkan perasaan anda 7 Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan
54
54
M. Rus’an Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
, … h.14
Ketujuh opsi tersebut akan membuat siswa merasa dekat dengan gurunya, dengan begitu ia akan menumbuhkan sikap
percaya kepada sang guru dan menjadikan gurunya sebagai tempat ia berbagi dan memecahkan permasalahnnya. Dengan
mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, guru akan lebih mudah dan tepat dalam memberikan masukan-
masukan dan motivasi kepada siswa dan dapat lebih mudah menuntun mereka hingga mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama dalam proses pembelajaran yaitu prestasi belajar.
C. Mata Pelajaran IPS 1. Hakikat Mata Pelajaran IPS