Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Berfikir

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi berbagai masalah yang terkait dengan hubungan komunikasi yang dilakukan guru kepada para siswanya dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS, yaitu : 1. Bentuk komunikasi yang dilakukan guru dengan para siswanya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS masih bersifat searah 2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS 3. Metode pembelajaran guru pada mata pelajaran IPS masih bersifat konvensional ceramah 4. Hubungan Komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah diidentifikasi, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya pada Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MAN 15 Jakarta

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan : “ Adakah Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS D i MAN 15 Jakarta ” ?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Peneliti, sebagai bahan untuk menambah wawasan dibidang pendidikan secara aplikatif 2. Guru, sebagai informasi perlunya pembinaan dalam rangka meningkatkan komunikasi dengan para siswa dengan bentuk komunikasi yang efektif 3. Kepala sekolah, dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembinaan guru untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dengan para siswa 4. Siswa, dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi dala m Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. 11 Sedangkan menurut Sunartombs, prestasi adalah “hasil yang telah dicapai sesorang dalam melakukan kegiatan”. 12 Dari pengertian di atas jelas bahwa prestasi diperoleh seseorang setelah ia melakukan sebuah pekerjaan. Dalam proses pembelajaran, seorang siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang optimal setelah ia mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sedangkan “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing. ” 13 Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, cet ke-3, h. 895 12 Sunartombs, Pengertian Prestasi Belajar, diakses dari http:sunartombs.wordpress.com20090105pengertian-prestasi-belajar , pada 14 Januari 2010 13 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet.ke-4, h.27 mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami dan menimbulkan perubahan pada perilaku. Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengalami secara langsung proses pembelajaran, sehingga ilmu yang diperoleh akan membekas dalam dirinya. Menurut Skinner, seperti dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya „Psikologi Belajar’, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.” 14 Berdasarkan pendapat Skinner, maka senada dengan Oemar Hamalik, belajar juga merupakan sebuah proses yang diperoleh oleh seseorang yang berlangsung secara progresif sebagai hasil dari penyesuaian dirinya terhadap lingkungan dimana ia berada. Maka seorang siswa harus mulai belajar bagaimana ia beradaptasi dengan teman-teman maupun gurunya di kelas. Selanjutnya, Zikri Neni Iska menambahkan bahwa “belajar adalah aktivitas individu dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, menyangkut aspek kognitif intelektual, afektif sikap, keyakinan, kebiasaan, konatif motif, minat, cita-cita, dan psikomotorik keterampilan melalui interaksi dengan lingkungan. ” 15 Jadi, proses belajar yang progresif tersebut menyangkut seluruh aspek kehidupan seseorang, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan motoriknya. Seorang guru menjadi fasilitator bagi pengembangan potensi siswa pada semua ranah. Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip oleh Yatim Riyanto, “belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. ” 16 14 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 64 15 Zikri Neni Iska, Bimbingan Dan Konseling , Jakarta: Kizi Brother’s, 2008, h. 89 16 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, Cet.pertama, h.5 Lebih lanjut, Degeng menambahkan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. 17 Jadi, dari kedua pendapat dia atas, dengan belajar siswa akan mengalami kemajuan atau perkembangan pada dirinya. Dalam belajar siswa pun harus merasakan proses belajar dan terdapat perubahan pada dirinya sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Siswa yang belajar namun tidak mengalami perubahan pada dirinya, maka ia dikatakan tidak belajar atau stagnan karena perubahan ini bersifat progres dan berbekas serta berpengaruh terhadap performansi siswa ke arah yang lebih baik. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “proses perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu yang terjadi pada seluruh aspek, baik kognitif, afektif, konatif maupun psikomotorik siswa. Dalam belajar yang terpenting adalah proses, bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus, tidak dapat dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya didapat dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil menyontek. Juga dijelaskan bahwa belajar menghasilkan sebuah perubahan pada siswa, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bandura yang dikutip oleh Muhibbin Syah, bahwa setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi : a. Tahap perhatian attentional phase b. Tahap penyimpanan dalam ingatan retention phase c. Tahap reproduksi reproduction phase 17 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, … h.5-6 d. Tahap motivasi motivation phase 18 Yang dijelaskan oleh Bandura tersebut merupakan proses dari belajar. Dimana pada tahap perhatian, siswa umumnya memusatkan perhatian pada objek materi yang baru atau yang lebih menarik dibandingkan dengan materi yang sebelumnya telah mereka miliki. Disini peran guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran sebagai sesuatu yang menarik perhatian siswa. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi yang berupa materi ditangkap, diproses, dan diproses dalam ingatan. Hal ini akan lebih baik apabila informasi tersebut disertai dengan penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat. Pada tahap reproduksi, segala informasi yang telah tersimpan dalam memori diproduksi atau dikeluarkan kembali. Untuik mengidentifikasi tingkat penguasaan siswa, guru dapat melakukan metode tanya jawab mengenai apa-apa yang telah mereka serap. Dan pada tahap motivasi, sebagai tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement atau „penguatan’. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberikan pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang berprestasi baik. Sebaliknya memberikan motivasi bagi mereka yang belum menunjukkan prestasi yang optimal. Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki cirri-ciri perwujudan yang khas antara lain : a. Perubahan intensional b. Perubahan positif dan aktif c. Perubahan efektif dan fungsional 19 18 Muhibbin Syah, psikologi belajar , … h. 112 19 Muhibbin Syah, psikologi belajar, … h. 117-120 Perubahan intensional artinya perubahan dalam proses belajar yang terjadi karena berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan pada dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan. Perubahan positif dan aktif . Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. Perubahan efektif dan fungsional . Perubahan dikatakan efektif apabila berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Sama halnya dengan cirri-ciri belajar yang diberikan oleh Muhibbin Syah, ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto yang dikutip Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, namun lebih rinci meliputi : a. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain- lain e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian- bagian tertentu secara parsial. 20 Dengan demikian, apabila ada perubahan dalam perilaku siswa yang tidak sesuai dengan cirri khas perilaku belajar tersebut, maka hal tersebut bukanlah perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar. 20 Pupuh Fathurrohman M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.10 Setelah adanya proses belajar siswa maka terdapat suatu tujuan, yaitu prestasi dalam belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.” 21 Dapat dijelaskan kembali bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dengan sengaja atau sudah terencana. Hal ini dapat dilihat dari pengertian di atas bahwa prestasi belajar muncul karena adanya proses pembelajaran secara formal yang sudah terencana dan sistematis. Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah diharapkan untuk selalu berprestasi sebagai hasil yang ia peroleh setelah mengikuti pembelajaran, karena apabila siswa tersebut berprestasi setelah mengikuti suatu proses pembelajaran, maka akan berdampak pada perubahan yang baru terhadap dirinya juga terhadap lingkungan sekitar. Nana Syaodih mengemukakan bahwa “hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. ” 22 Dari pemaparan di atas, bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan individu baik secara formal maupun informal yang dapat memberikan suatu hal yang baru ataupun penyempurnaan dari suatu bentuk yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku pada individu baik dari penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motoriknya, dan juga dapat diketahui dengan adanya perubahan pada lingkungan sekitar. Sutratinah Tirtonegoro menambahkan, bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam 21 M. Rus’an Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Jakarta: ttp, 2010, h.13-14 22 M. Rus’an Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, … h.14 bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. ” 23 Menurut Sutratinah Tirtonegoro, prestasi belajar yang diperoleh siswa di sekolah atau lembaga pendidikan biasanya dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat sebagai pencerminan dari proses belajar yang telah diikuti oleh siswa. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian, dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak didalam kelas, apakah ia termasuk kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Yang dengan hal ini, guru dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan beberapa definisi prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa akan penguasaan pengetahuan atau keterampilannya dalam menguasai mata pelajaran yang didapat dan dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang diberikan oleh guru pada periode tertentu.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya, prestasi belajar siswa yang optimal dalam kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang itu digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri faktor internal, yang meliputi : aspek fisiologis, psikologis dan pendekatan belajar, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa faktor eksternal. 24 berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor tersebut : 23 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal Program Pendidikannya, Jakarta: Bina Aksara, tth, h. 43 24 Muhibbin Syah, psikologi belajar ,… h. 145-155 a. Faktor Internal Siswa 1 Aspek Fisiologis Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh. Organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengaran, penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses belajar. Sebaliknya, dalam kondisi sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh, akan mengganggu kebugaran tubuh sehingga siswa mengalami kesulitan belajar. 2 Aspek Psikologis a Intelegensi Menurut Claparede dan Stern, “intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru ”. K. Buhler mendefinisikan “intelegensi sebagai perbuatan yang disertai dengan pemahaman dan pengertian ”. Sedangkan menurut David Wechsler, “intelegensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif ”. 25 Menurut Helbert intelegensi adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Sedangkan secara morfologi menurut Hornby, intelligence berarti “the power of learning, understanding, and reasoning, mental ability ”. Inteligensi adalah kemampuan belajar, memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan kemampuan mental. 26 Jadi, intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan 25 Zikri Neni Iska, Psikolog; Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, h. 86 26 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran ,… h.219-220 normal atau di atas normal, maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, apabila seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan di bawah normal, maka sangatlah sukar baginya untuk bersaing dalam pencapaian prestasi tinggi seperti murid-murid yang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal. Kepada murid-murid yang demikian harus diberi pertolongan khusus atau pendidikan khusus. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mencapai prestasi yang tinggi sesuai dengan keadaan masing-masing. b Bakat “Bakat atau aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang ”. 27 Dengan demikian, sebetuknya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Setiap siswa memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Siswa yang mempunyai bakat pada salah satu bidang akan mudah menguasai bidang tersebut sehingga akan mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut. c Minat Secara sederhana, “minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. 28 Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Guru dalam hal ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif siswa. 27 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ,… h. 150 28 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ,… h. 151 d Motivasi “Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu. Motivasi merupakan keinginan yang tedapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. 29 Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar, akan berperilaku ulet, suka bekerja keras, rajin mengerjakan tugas tepat waktu, dan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semuanya itu akan berpengaruh dalam proses pencapaian prestasi belajarnya di sekolah. Namun sebaliknya, bila siswa tidak memiliki motivasi maka prestasi belajarnya pun kurang optimal. b. Faktor Eksternal Siswa 1 Lingkungan Keluarga Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa. Apabila keluarga, khususnya orang tua mendukung, memotivasi, dan membimbing terhadap aktivitas belajar anaknya, hal ini memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Namun sebaliknya, apabila orang tua tidak mendukung aktivitas anak, maka kemungkinan anak akan kurang atau tidak memiliki semangat belajar, sehingga sulit untuk mencapai prestasi yang tinggi. 2 Lingkungan Sekolah Hubungan guru dengan murid yang kurang baik karena sesuatu pengalaman, hubungan murid dengan murid yang tidak menyenangkan, tujuan pelajaran yang ditetapkan ada diatas kemampuan murid, semuanya dapat mempengaruhi belajar dan hasil belajar murid. Disamping itu guru yang kurang atau tidak 29 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2008, h. 245 menyadari peranannya di dalam membantu proses belajar mengajar, dapat mempengaruhi hasil belajar murid-muridnya. Oleh sebab itu kepada guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar 3 Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan berbeda antara satu dengan lainnya, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber- sumber belajar di dalamnya yang juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajar generasi muda. c. Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada ketika ia menggunakan pendekatan belajar surface atau achieving approach. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa tidak saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri faktor internal, tetapi juga dipengaruhi pula oleh faktor- faktor yang berasal dari luar dirinya faktor eksternal. Dengan demikian, jika faktor-faktor tersebut saling mendukung dan melengkapi maka dapat dipastikan siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Namun sebaliknya, jika diantara faktor yang satu dengan faktor lainnya tidak saling mendukung, maka tidak menutup kemungkinan prestasi belajar yang diperoleh siswa pun akan menunjukkan hasil yang kurang maksimal.

B. Komunikasi Guru-Siswa 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang berarti „pemberitahuan’ atau „pertukaran pikiran’. Secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator penyebar pesan dan komunikan penerima pesan. Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 30 Dari pengertian ini, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Adapun definisi komunikasi menurut para pakar diantaranya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Laswell yang dikutip oleh Tommy Suprapto bahwa “komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa, dan dengan efek apa ”. 31 Selanjutnya, Everett M. Rogers mengemukakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka ”. 32 Senada dengan itu Carl I. Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah “The process by which an individuals the communicator transmits stimuli usually verbal symbols to modify the behavior of other individuals communicant ” yang berarti proses dimana seseorang komunikator menyampaikan perangsang- perangsang biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku orang-orang lain komunikan. 33 Komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell memperlihatkan proses dari komunikasi seperti subjek komunikasi, sasarannya, tujuan, dan media serta perubahan yang diharapkan terjadi pada diri komunikan. Hal ini 30 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi, Yogyakarta: MedPress, 2009, h. 6 31 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi ,…h.5 32 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, h. 21 33 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 20 senada pula dari pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers dan Carl I. Hovland dimana diharapkan adanya perubahan pada diri orang yang menjadi komunikan dalam proses komunikasi. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru melakukan komunikasi kepada siswa dalam bentuk penyampaian materi pembelajaran dan diharapkan siswa mengerti dengan apa yang telah disampaikan oleh guru, hal ini dapat diindikasikan dengan perubahan pada perilaku siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Secara komprehensif, Karlfried Knapp mendefinisikan “komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal kata-kata dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsungtatap muka atau melalui media lain tulisan, oral, dan visual ”. 34 Sebagaimana menurut Berelson dan Steiner yang dikutip oleh Dani Vardiansyah dalam bukunya „Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar’, bahwa “komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka- angka dan lain- lain”. 35 Dari pengertian komunikasi yang diberikan oleh Karlfried Knapp, dikatakan bahwa komunikai adalah interaksi antar pribadi, dalam istilah psikologi komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi interpersonal. Dalam proses pembelajaran, hal ini dapat berlangsung antara guru dengan siswa. Seperti halnya menurut Berelson dan Steiner, dalam komunikasi terdapat proses transfer ilmu disertai dengan transfer segi-segi emosi dari guru kepada siswa. Misalnya, terhadap siswanya yang kurang berprestasi, ia akan memberikan motivasi-motivasi disamping pemberian materi pelajaran. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari 34 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi ,…h.6 35 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks, 2005, h. 25 satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal. Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang komunikatif adalah orang yang mampu menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal sehingga orang lain dapat menerima informasi pesan sesuai dengan harapan si pemberi informasi pesan. Sebaliknya, ia mampu menerima informasi atau pesan orang lain yang disampaikan kepadanya, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal. 36 Jadi, komunikasi dapat berlangsung secara tatap muka ataupun dengan media sebagai sarananya dan dengan bahasa lisan ataupun tulisan. Seseorang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif, artinya ia mampu mengkomunikasikan atau menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain, dan sebaliknya ia mampu menangkap dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan orang lain kepadanya dengan baik, yaitu apa yang diinterpretasikannya sama dengan apa yang dimaksud oleh komunikator. Dari beberapa definisi diatas, maka yang dimaksud dengan komunikasi adalah bentuk penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, maka komunikasi antara guru dan siswa dapat diartikan sebagai proses penyampaian isi materi pembelajaran dari guru kepada siswa dengan menggunakan media pembelajaraan agar terjadi perubahan pada diri siswa kearah yang positif, baik kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotoriknya sebagai hasil dari proses belajar mengajar. 36 Husaini Usman, Manajemen; Teori, praktik, dan riset pendidikan ,… h.389

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Fungsi komunikasi ada empat, yaitu : a. Mass Information, yakni untuk memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi b. Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan c. Mass Persuation, yakni untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang berbisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat d. Mass Entertainment, yakni untuk menghibur. Biasanya dilakukan antara lain oleh amatir radio, televisi, ataupun orang yang mempunyai profesi menghibur. 37 Dari fungsi komunikasi di atas dapat dijelaskan, mass information, maksudnya komunikasi sebagai proses informasi dimana komunikator sebagai pemberi informasi dan komunikan sebagai penerima pesan, misalnya seorang dokter yang memberikan informasi kesehatan kepada para pasien. Mass education, seperti telah dikatakan di atas, komunikasi disini lebih bersifat mendidik dimana diharapkan adanya perubahan pada komunikan setelah melakukan proses komunikasi, contohnya adalah komunikasi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa kearah kedewasaan. Namun, komunikasi ini juga dapat dilakukan oleh siapa saja yang bertujuan untuk mendidik atau mengarahkan seseorang. Mass persuation, komunikasi ini dmaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu atau pun khalayak ramai. Hal ini dapat kita lihat pada iklan-iklan yang mempromosikan suatu produk. Mereka menggunakan kata-kata yang membuat orang lain tertarik atau terpengaruh untuk membeli produk tersebut. Mass entertainment, Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa komunikasi ini berfungsi untuk menghibur, jadi siapa pun dapat 37 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 52 melakukannya. Namun biasanya komunikasi ini banyak digunakan oleh orang-orang yang berada dalam dunia hiburan. Jadi, berdasarkan fungsi-fungsi komunikasi di atas, maka komunikasi antara guru dengan siswa termasuk ke dalam fungsi komunikasi pendidikan mass education, yaitu guru dan lembaga sekolah dapat memberikan pendidikan melalui proses belajar mengajar terhadap siswa yang tujuannya agar siswa tersebut dapat berprestasi setelah melakukan komunikasi terhadap guru dan pihak sekolah. Sedangkan menurut Harold. D Laswell sebagaimana dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya, „Ilmu Komunikasi’, secara umum terdapat empat tujuan komunikasi, yaitu : a. Social change, perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi b. Attitude change, perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan sikap c. Opinion change, perubahan pendapat. Seseorang dalam berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat d. Behavior change, perubahan perilaku. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan perilaku. 38 Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tujuan komunikasi di atas. Social change, atau perubahan sosial. Tujuannya adalah agar terjadi perubahan sosial setelah seseorang melakukan komunikasi, misalnya adanya penyuluhan dari puskesmas tentang pentingnya kesetiaan antara suami dan isteri, hal ini sebagai salah satu upaya terhindar dari penyakit AIDS. Attitude change, atau perubahan sikap. Komunikasi ini untuk mengubah sikap komunikan setelah melakukan komunikasi. Contohnya seorang siswa yang tidak lagi merokok setelah mendapatkan informasi tentang bahaya rokok dari gurunya. Opinion change, atau perubahan pendapat. Yakni diharapkan adanya perubahan pebdapat setelah seseorang melakukan komunikasi. Contohnya 38 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 54 adalah seorang siswa yang awalnya menganggap belajar sebelum ujian itu tidak terlalu penting berubah pendapat menjadi belajar jauh-jauh hari sebelum ujian itu amat penting. Behavior change, atau perubahan perilaku. Tujuan komunikasi salah satunya adalah agar terjadi perubahan perilaku pada komunikan. Misalnya, seorang siswa yang berusaha tidak lagi menyontek setelah melakukan komunikasi dengan guru BK nya tentang tidak baiknya perilaku menyontek dan kerugian-kerugian yang akan diperolehnya apabila siswa tersebut terbiasa untuk menyontek. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa guru dan siswa merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai fasilitator dalam proses transfer ilmu pengetahuan harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan para siswanya agar kesulitan serta hambatan siswa dalam proses belajar dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu guru sebagai komunikator harus memberikan signal, baik verbal maupun non verbal, yang dapat dipahami oleh siswa, sehingga apa yang dikomunikasikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Dengan adanya komunikasi yang efektif antara guru dan siswa maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan diharapkan prestasi belajar yang diperoleh siswa pun optimal.

3. Bentuk-bentuk Komunikasi

Setelah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan komunikasi, maka akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk komunikasi. Bentuk-bentuk komunikasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu : a. Komunikasi Tertulis atau komunikasi tulisan Menurut Subarna y ang dikutip oleh Sihnu Bagus, adalah “suatu proses penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan kata- kata dalam bentuk tulisan”. 39 Dalam komunikasi tulisan, kita 39 Sihnu Bagus, Pengertian Komunikasi Tulisan, diakses dari http:all-about- theory.blogspot.com201010pengertian-komunikasi-tulisan.html pada 14 Januari 2010 mempunyai cukup waktu untuk merumuskan dan merancang pesan yang disampaikan. Komunikasi tertulis dilakukan baik antara individu dan bagian dalam struktur organisasi maupun dengan pihak ketiga. Menurut Bovee dan Thill sebagaimana dikutip oleh Sihnu Bagus, dalam penyampaian pesan secara tertulis mempunyai keuntungan yang sangat besar yaitu : 40 1 Adanya peluang untuk mengontrol pesan. 2 Isi pesan yang disampaikan dapat memuat informasi yang sangat kompleks dan memerlukan uraian sangat detail. 3 Pesan yang disampaikan dapat didokumentasikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk rujukan pada masa mendatang. 4 Pesan dapat disebabkan secara luas, ketika khalayak yang ingin dijangkau sangat besar dan terpisah secara geografis. b. Komunikasi Lisan Adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon. Di dalam komunikasi lisan ada dua cara dasar dalam berkomunikasi, yaitu : komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata bahasa. Sedangkan dalam komunikasi non verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh gesture, ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat. 41 c. Komunikasi Non Verbal Sedangkan menurut Nana Sujana, sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, menurutya terdapat tiga bentuk komunikasi yang dapat 40 Sihnu Bagus, Pengertian Komunikasi Tulisan, diakses dari http:all-about- theory.blogspot.com201010pengertian-komunikasi-tulisan.html pada 14 Januari 2010 41 Purnawan Kristanto, Memahami Proses Komunikasi, diakses dari http:www.sabdaspace.orgmemahami_proses_komunikasi pada 14 Januari 2010 digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu : 1 Komunikasi Sebagai Aksi Atau Komunikasi Satu Arah Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif, contohnya ceramah. Pada dasarnya ceramah adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar 2 Komunikasi Sebagai Interaksi Atau Komunikasi Dua Arah Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini terlihat adanya hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual, antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya tidak dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama 3 Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini. 42 Dalam berkomunikasi, biasanya seseorang akan menggunakan salah satu dari bentuk-bentuk komunikasi di atas. Adapun guru dalam proses pembelajaran akan menggunakan semua bentuk komunikasi di atas, namun tidak secara bersamaan melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 42 Pupuh Fathurrohman Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami ,…h. 39-41

4. Membangun Komunikasi

Efektif Guru-Siswa Dalam Proses Pembelajaran Sebelum membahas tentang bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai komunikasi yang efektif dan tidak efektif serta peran komunikasi guru dan siswa. a. Komunikasi Efektif dan Tidak efektif Seperti dikatakan oleh Ashley Montagu yang dikutip oleh Roudhonah, bahwa “kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi, manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi oleh caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya”. 43 Komunikasi dijalankan dalam rangka membentuk kepribadian manusia dan kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Agar komunikasi mencapai hasil yang diinginkan, maka harus dilakukan secara efektif. Pengertian efektif secara bahasa adalah antara lain : a. untuk obat, berarti mujarabmanjur. b. untuk pajak, berarti berlaku. c. untuk yang formal, berarti dapat mendatangkan hasil yang baik. Dan d. untuk lawan bicara, berarti mengesankan. 44 Kaitannya dengan prinsip komunikasi yang efektif adalah, bila terjadi komunikasi dengan orang lain, maka komunikasinya dapat membuat orang lain terkesan dan dapat diterima serta dapat dimengerti. Menurut Cultip dan Center, komunikasi yang efektif itu harus melalui empat tahapan, yakni : 45 1 Fact Finding , yaitu mencarimengumpulkan fakta-fakta data- data sebelum seseorang melakukan sesuatu kegiatan atau 43 Roudhonah, Ilmu Komunikas ,…h. 56-57 44 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 57 45 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ,…h. 57-59 tindakan. Seperti apa yang diperlukan, siapa yang akan diajak berkomunikasi, bagaimana keadaan komunikan dll. 2 Planning, setelah mendapat data, maka dibuatlah rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi problema-problema tersebut. Planning ini sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan. 3 Tahap Komunikasi, bagaimana mengkomunikasikan dan apa yang akan dikomunikasikan, yang sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu kegiatan berkomunikasi 4 Tahap Evaluasi, setelah komunikasi sesuai rencana dilaksanakan, maka untuk mengetahui akibat dan pengaruh- pengaruhnya terhadap public, dilaksanakan melalui evaluasi, seperti riset khalayak Sementara menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Moss, komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu : 1 Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator 2 Kesenangan, artinya komunikasi disampaikan hanya untuk kesenangan, seperti ketika kita mengucapkan “selamat pagi” atau tegur sapa antara orang yang sudah saling kenal 3 Mempengaruhi sikap, artinya komunikasi disampaikan untuk mempengaruhi sikap orang lain. Contohnya guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan 4 Hubungan sosial yang baik, komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri 5 Tindakan, komunikasi dilakukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki Jadi, komunikasi yang efektif akan terjadi apabila tahapan- tahapan di atas terjadi dan menimbulkan lima tindakan di atas. Pada dasarnya komunikasi yang efektif dapat terjadi manakala tiga unsur komunikasi yang penting, yakni komunikator, pesan, dan komunikan benar-benar diperhatikan dan masing-masing memperhatikan karakteristiknya masing-masing. Selanjutnya, Schram sebagaimana dikutip oleh Effendy dalam bukun ya „Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi’, menekankan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jika pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif atau dengan rumusan lain terjadi miscommunication miskomunikasi. 46 Menurut Schram, bidang pengalaman atau dapat juga dikatakan sebagai latar belakang seseorang baik latar belakang pendidikan, status sosial, agama, suku dan usia cukup menentukan terjadinya keselarasan dalam berkomunikasi sehingga tercipta komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan. Sebaliknya jika bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan tidak sama, maka akan terjadi miscommunication miskomunikasi. Sedangkan yang dikatakan dengan komunikasi yang tidak efektif adalah penghambat atau gangguan dalam komunikasi. Berikut ini adalah macam-macam gangguan dalam komunikasi : 1 Gangguan “Gangguan adalah hal-hal yang merintangi atau menghambat komunikasi dan merusak konsentrasi sehingga penerima pesan salah menafsirkannya. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses 46 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, Cet. Ke-3, h.30 komunikasi, tetapi mempunyai pengaruh terhadap proses komunikasi ”. 47 a Gangguan Mekanik mechanical, channel noise Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Contoh : bunyi mengaung pada pengeras suara,gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, huruf yang tidak jelas. b Gangguan Semantik semantic noise Semantik adalah pengetahuan mengenai kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang- orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata : ada yang mempunyai pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif. Contoh : secara denotatif semua orang akan setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif, banyak orang yang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat,dan panjang ingatan. Namun untuk yang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang menakutkan dan berbahaya. 2 Kepentingan Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita serta merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. 47 Husaini Usman, Manajemen; Teori, praktik, dan riset pendidikan, …h.390 3 Motivasi Terpendam Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Dalam pada itu seringkali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusu’ attentive menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya. Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. 4 Prasangka 48 Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun. Oleh karena prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat lagi berpikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara subjektif. Sesuatu yang positif pun akan dinilai negatif. Dalam komunikasi pun dikenal hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan. Hambatan fisik misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan panca indera atau cacat tubuh. Peserta didik yang menyenangi mata pelajaran, topik, dan gurunya, cenderung lebih berprestasi dibandingkan dengan peserta didik yang membenci mata pelajaran, topik, dan gurunya. Komunikasi juga dapat dihambat oleh kultur seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai 48 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi ,…h.49 panutan. Tanda setuju di Indonesia dengan menganggukkan kepala. Sebaliknya, di India menganggukkan kepala berarti tidak setuju. Keadaan lingkungan yang bising, panas, berdesak-desakan juga dapat menghambat komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasi lainnya ialah 1 komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, 2 perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, 3 terjemahan yang salah, 4 kegaduhan, 5 reaksi emosional seperti terlalu bertahan defensif atau terlalu menyerang agresif, 5 gangguan fisik gagap, tuli, buta, 6 semantic yaitu pesan bermakna ganda, 7 belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam, 8 kecurigaan, 9 teknik bertanya yang buruk, 10 teknik menjawab yang buruk, 11 tidak jujur, 12 tertutup, 13 destruktif, 14 kurang dewasa 15 kurang respect, 16 kurang menguasai materi, 17 kurang persiapan, dan 18 kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk. 49 Dapat disimpulkan, terdapat banyak hambatan dalam melakukan komunikasi yang efektif, baik secara psikologi, fisik, ataupun budaya. Dengan demikian, guru dalam melakukan komunikasi kepada para siswanya dalam rangka proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hambatan-hambatan tersebut di atas agar tercipta komunikasi yang efektif sehingga terwujud aktifitas pembelajaran yang kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. b. Komunikasi Guru-Siswa Yang Efektif Salah satu tujuan komunikasi adalah attitude change atau perubahan sikap pada diri komunikan. Begitu pula seorang guru yang mengadakan komunikasi dengan siswanya, mengharapkan adanya perubahan sikap pada diri siswa secara menyeluruh kearah kedewasaan. Oleh sebab itu, peran komunikasi guru kepada siswa haruslah jelas. Maka penulis akan membahas apa saja yang 49 Husaini Usman, Manajemen; Teori, praktik, dan riset pendidikan,...h.396 seharusnya dilakukan oleh guru untuk melakukan komunikasi kepada siswa agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif. 1 Komunikasi Guru Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, terdapat tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap pada diri siswa. Setidaknya terdapat dua hal yang dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi antara guru dan siswa dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu : a Profesionalisme Guru Menurut Syaiful Bahri Djamarah, sikap professional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional bukanlah mengajar apa adanya dengan pola DDCH duduk, dengar, catat dan hapal, tetapi ia berusaha membelajarkan siswa dengan segala keaktifannya. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mencapai hasil yang optimal. 50 b Tanggung Jawab Guru Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki tanggung jawab terhadap siswanya, yaitu dengan merencanakan dan menuntun siswa melakukan kegiatan- kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkannya. Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan seperti dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, yaitu : 1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan 2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira tugas bukan menjadi beban baginya 50 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 354 3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul 4. Mengahrgai orang lain, termasuk anak didik 5. Bijaksana dan hati-hati 6. Takwa terhadap Tuhan Yang maha Esa 51 Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang. Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat tidak sembarang, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti : 52 a Takwa Kepada Allah swt guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah swt, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada- Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya, sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. b Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemilikinya telah mempunyai ilmu 51 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,…h. 36 52 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,…h. 32-34 pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus memiliki ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. c Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didik. Di samping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. d Berkelakuan baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin dapat dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Jadi, guru yang professional menjadikan komunikasi sebagai wadah untuk membentuk siswa yang cerdas. Bagaimanapun perilaku siswa akan dapat diatasi apabila guru memiliki tata cara komunikasi yang baik. Tidak diharuskan seorang guru haruslah tampan atau pun mapan untuk dapat membimbing siswanya, namun keterampilan seorang guru yang baik akan melahirkan siswa-siswa yang berprestasi dan berakhlak baik. 2 Komunikasi Siswa Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam proses belajar mengajar. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan siswa terjalin dengan baik. Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana para siswa berkomunikasi kepada gurunya, disinilah para guru dapat menggunakan perannya sebagai seorang komunikator. a Kesulitan Belajar Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi belajarnya. Namun hal ini tidak selamanya disebabkan karena tingkat inteligensi siswa yang rendah, namun dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan kesuilitan belajar siswa : 53 1. Faktor internal a. Yang bersifat kognitif ranah cipta, antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektualinteligensi siswa b. Yang bersifat afektif ranah rasa, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap c. Yang bersifat psikomotorik ranah karsa, antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran 2. Faktor eksternal a. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan antara ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga b. Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan yang kumuh dan teman sepermainan yang nakal c. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat belajar yang berkualitas rendah Dari pernyataan di atas, dapat dibayangkan betapa mudahnya siswa mengalami kesulitan dalam belajar, disinilah peran guru, orang tua dan lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh positif kepada siswa agar 53 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, …h. 183 mereka mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya dalam belajar. Khusunya kepada guru, dimana lebih banyak melakukan komunikasi terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan cara memberikan nasihat, motivasi dan saran ketika proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru sangat berperan bagi siswa-siswanya, bagaimanapun sikap yang mereka tunjukkan. Seorang guru harus dapat memahami bahwa setiap siswa itu berbeda dan tugas guru adalah membantu mereka dalam menemukan jati diri mereka. Sehingga mereka dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki. b Perihal Anak Bermasalah Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat diindentifikasikan dengan sikap dan perilaku yang baik yang ditunjukkan oleh anak didiknya. Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-anak didiknya dapat diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran. Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran, namun adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didiknya menyebabkan seorang guru tidak bertahan lama berada dalam kelas dan ingin segera menyelesaikan pembelajaran. Sebenarnya sikap dan tingkah laku siswa yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar alasan yang menyebabkan mereka tidak mau diajak bekerjasama oleh guru dalam pembelajaran dikarenakan mereka memiliki masalah. Seorang siswa dikatakan sebagai siswa yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh siswa pada umumnya. Siswa yang bermasalah tidak dapat diatasi hanya dengan sebatas komunikasi saja, namun diperlukan perhatian yang lebih dari seorang guru seperti pemberian nasihat dan motivasi, mengontrol kondisi siswa dengan bertanya kepada orang tua siswa atau keluarganya perihal dirinya. Secara garis besar, masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. 1 Internal, masalah internal biasanya lebih disebabkan dari kondisi siswa tersebut yang biasanya berhhubungan dengan keadaan fisik dan kondisi psikis 2 Eksternal, masalah ekternal adalah yang berasal dari luar diri siswa seperti masalah yang berasal dari keluarga dan masyarakat yang tidak menyenangkan bagi siswa Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa siswa tidaklah sempurna. Seorang peserta didik memiliki kekurangannya masing-masing dalam berkomunikasi, disinilah peran komunikasi guru berfungsi. Guru yang pandai berkomunikasi dengan siswanya adalah guru yang memahami kondisi dari siswa tersebut, guru dituntut dapat menerapkan semua bentuk komunikasi pada setiap siswa dengan karakteristik mereka masing-masing. Menurut Olailani, terdapat tujuh opsi yang bermanfaat dan efektif yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa yang bermasalah di sekolah, yaitu : 1 Memberi penjelasan apabila adala masalah atau kejadian insidentil di kelas 2 Berperan sebagai seorang informan 3 Memberikan pilihanopsi 4 Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata 5 Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh 6 Mengungkapkan perasaan anda 7 Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan 54 54 M. Rus’an Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa , … h.14 Ketujuh opsi tersebut akan membuat siswa merasa dekat dengan gurunya, dengan begitu ia akan menumbuhkan sikap percaya kepada sang guru dan menjadikan gurunya sebagai tempat ia berbagi dan memecahkan permasalahnnya. Dengan mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, guru akan lebih mudah dan tepat dalam memberikan masukan- masukan dan motivasi kepada siswa dan dapat lebih mudah menuntun mereka hingga mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam proses pembelajaran yaitu prestasi belajar.

C. Mata Pelajaran IPS 1. Hakikat Mata Pelajaran IPS

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. 55 Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada sekedar transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya, bukan sekedar transfer. 55 Beduatsuko, Konsep Pendidikan IPS, diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010

2. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan mata pelajaran yang membahas mengkaji kehidupan sosial yang didasarkan pada komponen-komponen mata pelajaran IPS. Menurut Syafrudin Nurdin Ilmu Pengetahuan sosial IPS adalah “salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah”. 56 IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub- disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial social science, maupun ilmu pendidikan Sumantri. 2001:89. Social Scence Education Council SSEC dan National Council for Social Studies NCSS , menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. 57 Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat dijelaskan kembali bahwa, IPS merupakan disiplin ilmu yang meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial di dalamnya yang diajarkan pada lembaga-lembagainstitusi pendidikan dari tingkat SD sampai SMA dengan memperhatikan segi-segi ilmiah dan segi-segi psikis.

3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS

Selanjutnya, untuk memahami mata pelajaran IPS maka penulis akan membahas karakteristik IPS, sebagai berikut. Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. 56 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keberagamaan Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat:Quantum Teaching, 2005, hal. 22 57 Beduatsuko, Konsep Pendidikan IPS, diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010 a. Materi IPS Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain : 1 Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas, negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya 2 Kegiatan manusia misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi 3 Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh 4 Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar 5 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga Berdasarkan karakteristik tentang mata pelajaran IPS di atas, apabila dilihat dari sumber materinya, dapat dipahami bahwa segala hal dalam kehidupan dapat dijadikan sebagai objek materi pembelajaran IPS, mulai dari setiap peristiwa yang terjadi pada masa lampau, lingkungan sekitar sampai pada aktivitas keseharian kita. Hal ini karena manusia pada dasarnya adalah zoon politicon, dimana ia tidak akan dapat hidup sendiri. Setiap manusia membutuhkan manusia lain dalam setiap aktivitasnya demi keberlangsungan kehidupannya. Rasa saling membutuhkan ini sudah dimulai sejak manusia lahir ke dunia hingga saat manusia akan meninggal dunia. Sebagai contoh, seorang bayi yang baru lahir akan membutuhkan kedua orang tua dan orang-orang di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya, bahkan untuk lahir ke dunia ini pun ia membutuhkan kerjasama yang baik dari kedua orang tuanya. Seorang bayi hanya mampu menangis untuk mendapatkan bantuan dari orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Naluri saling membutuhkan ini berlangsung ketika ia beranjak dewasa sampai ketika kematian menjemputnya. Setiap manusia membutuhkan manusia lain untuk mengurus jenazahnya dan mengantarnya sampai liang kubur. b. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak diri sendiri, keluarga, masyarakattetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Environ ment Curriculum” Mukminan, 1996:5. 58 Namun pada umumnya, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, hal ini disebabkan karena seringkali metode atau strategi pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam membelajarkan siswanya adalah metode yang tidak membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, seperti metode ceramah. Hal ini seperti hasil analisis Etin Solihatin tentang pembelajaran IPS dalam bukunya „Cooperative Learning; Analisis Model Pembelajaran IPS’, berikut : 1 Kondisi pendidikan IPS saat ini : a Model belajar konvensional ceramah b Tujuan dan peran kritismisi IPS untuk mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat sulit dicapai c Mahasiswa hanya menjadi objek pembelajaran d Teacher center e Kurang mendorong potensi siswa f Kurang merangsang siswa untuk belajar mandiri g Pelajaran IPS bersifat hapalan semata dan kurang bergairah dalam mempelajarinya h Evaluasi hanya materi yang diajarkan dan hanya menyentuh aspek kognitif, dengan tes sebagai alat evaluasi i Prestasi siswa kurang optimal j Pola interaksi searah 58 Beduatsuko, Konsep Pendidikan IPS, diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010 2 Yang seharsnya terjadi dalam pendidikan IPS : a Model cooperative learning b Tujuan dan peran kritismisi IPS, yaitu mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai c Siswa sebagai subjek pembelajaran d Student center e Pengembangan potensi diri siswa secara optimal f Siswa mampu belajar mandiri g Bergairah dalam mempelajari IPS h Evaluasi menyangkut tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, dengan alat evaluasi tes dan non-tes i Prestasi siswa harus optimal j Pola interaksi optimal 59 Dari hasil analisis Etin Solihatin di atas, dapat dijelaskan, bahwa proses pembelajaran IPS yang terjadi saat ini sangat membosankan, sehingga siswa akan mengalami kejenuhan dalam belajar yang tentunya keadaan ini akan membuat prestasi belajar mereka di sekolah tidak akan optimal.

4. Tujuan Pembelajaran IPS

Berdasarkan pada falsafah Pancasila, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945. 60 Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmadja adalah : 59 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta:Bumi Aksara, 2007, hal. 3 60 Beduatsuko, Konsep Pendidikan IPS, diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010 “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : 1 pengetahuan dan pemahaman, 2 sikap hidup belajar, 3 nilai-nilai sosial dan sikap, 4 keterampilan. 61 Tujuan dari pendidikan IPS menurut Etin adalah “untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi” 62 Tujuan yang dikemukakan oleh Etin tersebut di atas, mengharapkan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional dalam menanggapi kenyataan atau permasalahan serta perubahan yang tidak menentu seperti yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini, atau pun masa yang akan datang. Jadi, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk menempatkan peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Sehingga dapat dirinci sebagai berikut : a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat 61 Beduatsuko, Konsep Pendidikan IPS, diakses dari http:beduatsuko.blogspot.com200902makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010 62 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, …hal. 15 b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu social yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah social c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah social serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat Selanjutnya menurut Beduatsuko dalam artikelnya, Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat : a. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. b. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. c. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata- mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga Negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Apalagi dalam penyajiannya, pelajaran IPS diberikan berdasarkan tingkat jenjang sekolah, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan di dalam IPS berbeda- beda. Di tingkat sekolah dasar terdiri dari geografi, dan sejarah. Di tingkat sekolah lanjutan terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, dan antropologi. Di tingkat menengah atas terdiri dari geografi, sosiologi, ekonomiakuntansi, tata Negara dan pendidikan kewarganegaraan. Sedangkan di perguruan tinggi hampir seluruh bidang keilmuan sosial dilibatkan pada kerangka IPS. Oleh karena itu peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan kemampuan berpikir yang tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan bangsa dan Negara.

D. Kerangka Berfikir

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai objek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Karena apabila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Untuk mencapai prestasi yang baik di sekolah bagi siswa bukanlah hal yang mudah. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri faktor internal ataupun yang berada di luar diri siswa faktor eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa salah satunya adalah komunikasi yang dilakukan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung. Komunikasi sangatlah diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru memerlukan kesiapan yang matang agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancer. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak hanya sekedar menjalankan tugasnya, namun haruslah diiringi dengan tanggung jawab dan kemampuan berkomunikasi. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak lepas dari interaksi guru dan siswanya sedangkan proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa disebut komunikasi. Jadi, bentuk komunikasi antara guru dan siswa yang efektif akan menghasilkan sebuah pemahaman antara kedua belah pihak yang akan sangat membantu dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila diantara guru dan siswa memiliki hubungan timbal balik dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu komunikasi yang baik perlu diciptakan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai seorang siswa setelah melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai raport. Atau dapat dikatakan, prestasi belajar siswa adalah perubahan yang positif yang mengarah kepada kemajuan atau perbaikan yang terjadi pada diri individu. IPS merupakan disiplin ilmu yang meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial di dalamnya yang diajarkan pada lembaga-lembagainstitusi pendidikan dari tingkat SD sampai SMA dengan memperhatikan segi-segi ilmiah dan segi-segi psikis. Namun pada umumnya, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, hal ini disebabkan karena seringkali bentuk komunikasi yang dipakai oleh guru dalam membelajarkan siswanya adalah tidak membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, seperti komunikasi satu arah, disamping juga penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat korelasi antara komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Semakin tidak efektif komunikasi guru-siswa, maka akan semakin rendah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Sebaliknya, semakin efektif komunikasi guru-siswa, maka akan semakin baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

E. Hipotesis Penelitian