Tarekat Sahwardiah Tarekat Sammaniyah Tarekat Mu’tabarrah al-Nahdliyah

xxxviii

d. Tarekat Sanusiah

Terekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Ali Sanusi. Dasar terekat ini adalah ajaran Islam dan lapangan kerjanya mendidik umat supaya dapat mengendalikan hawa nafsu untuk keselamatannya dari dunia dan akhirat. 39

e. Tarekat Rifai’iah

Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Abu Al Hasan Ar- Rifa’i. Beliau adalah kemenakan dari Abdul Qadir al-Jailani dan kelahiran tarekatnya pun hampir bersamaan dengan kelahiran Tarekat Qadiriyah. Adapun tentang ajaran Tarekat Rifa’iyah ini, Sayyid Mahmud Abu al- Fadl al-Manufi menerangkan bahwa Tarekatnya dibina atas tiga dasar yaitu : 1 Tidak meminta sesuatu 2 Tidak menolak dan 3 Tidak menunggu. Al-Sya’rani meriwayatkan bahwasanya ajaran Tarekat Rifa’iyah tentang asketisme. Ini adalah landasan hal egnosis yang diridhai dan maqam yang disunnahkan. 40

f. Tarekat Sahwardiah

Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Hasan bin Al Sahrawardi 490- 563 H dan anak saudaranya Syihabudin Abu Hafidz al-Shuhwardi al-Bagdadi 536-632. 39 Ibid, h. 93 40 Ibid, h. 94 xxxix Shuhrawardi adalah seorang penganut aliran Sunni, sehingga pandangannya berbeda dengan tasawuf falsafi. Baginya ma’rifah adalah menaruh kebenaran kepada perbuatan Allah. Ia diawali dengan menaruh amalan-amalan kemudian meningkat ke ahwal, dapat meningkatkan kecintaan kepada Allah Swt. Suatu cinta yang bergerak tiap detik dan hidupnya sepanjang masa. Jiwa dan badan bergerak dan berdiri dengan Allah dan sujud dihadapan-Nya. Jika hati sudah bersujud dan jiwa sudah tesungkar, maka terjadilah Mahabbah kecintaan antara Allah dengan manusia. Seluruh bagian badannya, tergetar dan hidup merasakan kelezatannya dengan berzikir kepada Allah. 41

g. Tarekat Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Syekh Muhammad Samman atau dikenal dengan nama Syekh Siddiq al-Madani 1189-1720 di Madinah. Tentang ajaran Sammaniyah ini oleh Abu Bakar Atjeh disebutkan diantaranya : 1. Memperbanyak shalat dan zikir 2. Berlemah lembut kepada fakir miskin 3. Jangan mencintai dunia 4. Menukarkan akal Basyariyah kemanusian dengan akal Rabbaniyah ketuhanan 41 Ibid, h. 95 xl 5. Bertauhid kepada Allah dalam Dzat, Sifat, dan Af’al perbuatanya. 42

h. Tarekat Mu’tabarrah al-Nahdliyah

Terekat ini pada dasarnya bukanlah nama sebuah aliran tarekat sebagaimana institusi-institusi tarekat lainnya. Ia merupakan nama sebuah badan fedarasi di bawah organisasi massa Indonesia bernama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Mengingat berdirinya badan federasi tersebut pada dasarnya adalah atas prakarsa para ulama pimpinan tarekat, terutama yang duduk dalam kepemimpinan NU, maka menjadi sebuah kebiasaan bahwa pimpinan tertinggi badan federasi itu selalu para kiyai ternama selain menjadi Mursyid tarakat tertentu, juga memimpin pesantren besar ternama pula. Pada waktu itu mereka yang duduk dalam pimpinan tertinggi badan federasi antara lain : 1. K.H. Baidlawi 2. K.H. Ma’sum 3. K.H. Hafidh Ketiganya adalah pemimpin pesantren Lasem, Rembang, Jawa Tengah 4. K.H. Muslih Mranggen, Semarang 5. K.H. Adlan Ali Tebuireng, Jombang Jawa Tengah 6. K.H. Arwani Kudus, Jawa Tengah.43 42 Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Solo, Ramadhani, 1998 , h. 7 43 Noer Iskandar Al-Basrany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, h. 97 xli Sekarang ini, ketua umum badan federasi tersebut diduduki oleh Habib Luthfi, Pekalongan, Jawa Barat.

i. Tarekat Naqsabandiyah