Dzikir dan Wirid Dimensi Esoteris Satu Dzikir

lxviii 10. Ali Nur Alim 11. Jamaluddin al-Husein 12. Syekh Jamaluddin 13. Abdullah Kamuddin 14. Abdul Malik 15. Alwi Amir Faqih 16. Muhammad 17. Ubaidillah 18. Ahmad al-Muhajir 19. Isa al-Basri 20. Muhammad Nagib Idris 21. Qasim al-Kamil 22. Ja’far Sadiq 23. Muhammad al-Bakir 24. Zainal Abidin 25. Husein as-Sabti 26. Fatimah az-Zahra Ra 27. Muhammad Saw. 82

d. Dzikir dan Wirid

Dalam agama Islam setiap orang mukmin diperintahkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya atau bahkan setiap saat wajib berdzikir kepada Allah. Dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41. Allah berfirman: C?ی ی ی0 ﻡ 6H 6H O6 P A4Dﺱ M 2 Q Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dan berdzikir dengan sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadanya diwaktu Pagi, siang, dan Malam.” Al- Ahzab : 41-42 Dzikir menurut tuntutan Syariat Islam dan Al-Qur’an menyebut namanya dan mengingat Allah dalam setiap keadaan. Tujuanya adalah untuk menjalani ikatan bathin kejiwaan antara hamba dengan Allah Hablullah, sehingga timbul jiwa muraqqobah merasa dekat dan diawasi oleh Allah swt. Maka dengan berdzikir iman seseorang menjadi hidup, terjalin rasa kedekatan 82 Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan, Hadiqah ar-Riyahin, Tasikmalaya, 2001, h. 15 lxix dengan Allah. Rasa dekat ini akan menjadi kendali yang paling kuat dan efektif untuk mengendalikan hawa nafsu sehingga tidak terjerumus ke lembah kenistaan. 83 Bagi Tarekat Idrisiyah, Dzikir menempati tempat yang paling penting. Seperti halnya setiap Tarekat memiliki ciri tertentu dalam komposisi berdzikir serta methodenya. Adapun proses Berdzikir dengan Dzikir Jahar yang dilakukan Jema’ah Tarekat Idrisiyah ketika Penulis mengikuti pengajian dan kegiatan Berdzikir setelah melaksanakan Sahalat berjamaah di Majlis taklim Al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: 1. Sebelum membaca wirid mereka membaca berbagai doa, yaitu diantaranya doa Tawashul yaitu memohon kepada allah dengan perantara guru-guru sesuai dengan silsilah keguruan Tarekat Idrisiyah, kemudian membaca Al-Fatihah 5 x, doa, membaca Ayat Kursi, disambung membaca surat Al-Ikhlas 11 x, al-Falak, Annas. Setelah itu membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar yang masing- masing 33 x. 2. Membaca Istigfar Awsat: “Astagfirullaha al-azhim waatubuilaih” 10x. 3. Membaca Istigfar Shaghir: “Astagfirullaha al-azhim waatubu ilaih” 100x 4. Membaca kalimat dzikir yang paling utama, yaitu: “ La iaha illaallah Muhammadarrosulullah fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” sebanyak 300 x. Setelah itu disambung dengan membaca Lailahaillallah, Allah. Allah. Allah, allah, allah, allah, hu, hu, hu, hu, yahu, yahu, yahu, Lahua ialhu . Dan jumlah bilanganya tidak di tentukan. Kemudian membaca Sholawat Ummiyah: “Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin an-nabiyyial- Ummiyyi wa-ala alihi wa-shahbihi wa-sallam” sebanyak 5 x. dan berbagai doa dan pujian lagi. 5. Membaca Asma-alHusna, disambung doa Asma-alHusna dan doa Ikhtitam. 84 83 Simun. Tashawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Cet. Ke 2. hal 114. 84 Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam Buku Hadiqoh ar-riyahin Tasikmalaya 2001 hal. 90 lxx Yang di maksud dengan dzikir jahri disini adalah dengan suara keras yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid khusus jama’ah Idrisiyah biasanya di Masjid al-Fatah secara berjama’ah seusai shalat shubuh, ashar, maghrib, dan isya dalam keadaan demikian jama’ah duduk melingkar dan dipimpin oleh salah seorang jama’ah atau oleh Syekh Akbar langsung. Mula- mulanya duduk untuk membaca al-Qur’an dan Istighfar. Setelah membaca dzikir semuanya Jamaah berdiri. Dan ketika berdiri itulah, seluruh jemaah mengikuti irama berdzikir yang di iringi lantunan sholawat dengan musik sambil menggerakan seluruh anggota tubuhnya, meliuk-liuk seperti penari. Pada keadaan demikian, konsentrasi benar-benar tertuju kepada Allah. Semakin lama, lantunan dzikir semakin keras dan ada sebagian jemaah dzikir yang berguling-guling sambil menjerit histeris seperti orang yang tidak sadarkan diri. Dan dzikir Jahri inilah salah satu ciri khas dzikir yang dilakukan oleh tarekat Idrisiyah yang berbeda dengan dzikir tarekat-tarekat yang lainya. Dan ketika pemimpin dzikir membacakan shalawat, maka semuanya duduk kembali. 85 Dzikir dengan jahri ini dimaksudkan untuk melatih murid terbiasa melakukan dzikir yang sesungguhnya dzikir sirri atau dzikir qalbi dan merupakan puncak dari segala bentuk dzikir. Adanya suara keras bukan karena tuhan yang disebut-sebut tidak mendengar, melainkan karena justru sesungguhnya hati manusia yang keras, yang tidak mendengar dan menyadari keagungan-Nya. Kerasnya hati manusia itu bisa lebih keras dari batu granat. 85 Penulis Pernah Mengikuti proses Berdzikir yang dilakukan Jemaah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah Jakarta 15 Juli 2007 lxxi Karena itu lafadz dzikir yang dibaca bersama-sama tersebut diharapakan dapat melunakannya dan efek tersebut dirasakan cukup menunjang semangat berdzikir, terutama bagi murid pemula. Adapun dasar melakukan Dzikir Jahar adalah sesuai dengan Firman Allah dalam surat Annisa, ayat :103 HR: S M T 6H : ﻡ I 2 ﺝ BBBB + UVW , Artinya: “Maka jika engkau telah melakukan sholat, maka berdzikirlah kepada Allah dengan keadaan berdiri, duduk, dan berbaring.” An- Nisa : 103 86 Selain melakukan dzikir jahar yang dilakukan bersama-sama, Pengikut Tarekat Idrisiyah yang telah ditalqin harus melaksanakan kewajiban wirid harian sebagai berikut: 1 Membaca al-Qur’an satu juz satu hari satu malam. Apabila tidak mampu maka boleh diganti dengan surat al-Fatihah 25 x. 2 Membaca istighfar 100 X XI KY ﺱ 3 Membaca 300 X Iﺱ ﻡ 7ZKﻥ 7 A 456 -: [ ﺱJ \ Aﻡ 9 9 4 Shalawat Ummiyah, 100 X 7 Aﻡ ﻥ4ﺱ 4Q C] 4-4ﻡ 4-Dﻥ ﺱ DAQ 5 Dilanjutkan dengan peningkatan taqwa kepada Allah. 87 86 . Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 h.45 lxxii Tambahan lafadz “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” dalam setiap tarikan nafas membilang betapa luasnya ilmu Allah merupakan ciri khas dzikir tarekat Idrisiyah, yang diterima oleh Ahmad bin Idris langsung dari rohani Nabi Muhammad Saw, yang datang bersamanya dengan Nabi Khidir As. Dzikir ini merupakan formula terbaik mengatasi segala bentuk dzikir lainnya. Di antara fadhilah dzikir “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” bagi yang mengamalkannya secara istiqamah adalah: 1 Diberi pahala sebanyak pahala makhluk yang bernafas 2 Dapat menyamai derajat amalan para sahabat periode pertama as-sabaqun al- awalun 3 Diberi kekuatan dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya 4 Dapat membukakan hijabpintu alam gaib, atau merupakan alat untuk mencapai kasyf tingkat mukasyafah. 88 Pelaksanaan wirid dan dzikir di atas waktunya sangat leluasa. Dalam sehari semalam bisa dengan menyelsaikannya sekaligus ba’da subuh, ba’da ashar, ba’da isya atau tengah malam sekaligus. Bisa juga dengan mencicilnya setiap ba’da salat sedikit demi sedikit. Karena itu cara mengerjakan Dzikir dengan cara khafi biasanya dilakukan manakala murid Idrisiyah setelah melakukan ibadah shalat wajib di masjid umum atau rumah-rumah mereka. Sedangkan dzikir sirr dilaksanakan 87 Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam Buku Hadiqoh ar-Riyahin Tasikmalaya 2001 hal. 90. 88 Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 h.45 lxxiii setiap hari pada aktivitas sehari-hari, di tempat kerja mereka, ditengah kemacetan lalu lintas atau lainnya. 89

e. Madad