xxix tertentu supaya terwujud suatu pengamalan ajaran-ajaran Islam dengan baik
dan benar agar mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akherat.
2. Unsur-unsur Dakwah
Berbicara tentang dakwah tidak akan lepas dengan apa yang disebut dengan unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah terdiri dari:
a. Da’i
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah.
18
Atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain
mad’u. Seorang dapat dikatakan da’i apabila secara keilmuan ia sudah menguasai tentang ajaran-ajaran Islam. Dari segi wawasan, intelektual,
pengamalan spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut da’i biasanya akan terlebih matang ilmunya dibandingkan dengan
mad’unya.
19
Menurut Siti Muriah, da’i dibedakan menjadi dua bagian yaiu : a.
Da’i dalam pengertian umum yakni seluruh pribadi muslim menjadi da’i dalam dakwah Islamiyah.
b. Da’i dalam pengertian khusus yakni seseorang atau sekelompok
orang yang menekuni ajaran Islam kemudian menyampaikan ajaran tersebut dalam bentuk penerangan, pendidikan serta
peringatan-peringatan dengan tujuan agar orang yang menerima mad’u benar-benar dapat berbuat atau bertingkah laku sesuai
dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
20
18
Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: PT Ikhtiar Bar Van ouve, 1992, jilid. 2, h. 137
19
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka setia, 2002 h. 125
20
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000, Cet. Ke-1, h. 24
xxx
b. Mad’u
Mad’u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang
da’i.. Menurut A. Hasanuddin objek dakwah atau mad’u adalah orang
yang diseru, dipanggil, diundang, atau diajak.
21
Sedangkan menurut Mashyur Amin objek dakwah terfokus hanya pada perorangan, keluarga,
masyarakat, dan umat manusia seluruhnya.
22
Seorang da’i akan menjadikan mad’u sebagai objek bagi transpormasi keilmuan yang
dimilikinya.
c. Metode dakwah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yakni “Methodus yang mengandung arti cara atau jalan”.
23
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya, cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
24
21
A. Hasanudin, Rhetorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, h. 38
22
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta : al-Amin Press, 1997, h. 11
23
Prent, Kamus Latin-Indonesia, Jogjakarta: Kanisius, 1969, h. 232
24
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1986, Cet. Ke-9, h.649
xxxi Methode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Adapun metode dakwah yang sering dilakukan da’i dalam berdakwah anatara lain :
1 Dakwah bi al-Hikmah
Metode Hikmah mengadung makna yang sangat luas. Kata al- Hikmah
sendiri di dalam al-Qur’an dalam berbagai bentuk ditemukan sebanyak 208 kali. Secara harifyah kata hikmah mengandung makna
“kebijaksanaan yang sedemikian rupa”, sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, atas kemauan sendiri tidak
ada paksaan, konflik, maupun rasa tertekan”.
25
Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni “Mengenal Strata
Mad’u, kapan harus berbicara, kapan harus diam, mencari titik temu, toleran tanpa kehilangan shibghah, memilih kata yang tepat, cara berpisah,
uswatun hasanah , dan lisanul hal.”
26
Dakwah dengan metode bil hikmah dapat memancing seseorang untuk mau mengikuti. Setiap mad’u akan terlena karena kebijaksanaan
seorang da’i dalam menyampaikan ajaran Islam dan mengajak kepada kebenaran.
2 Dakwah bi al-Mau’idzoh hasanah atau Nasehat yang baik.
Berdakwah dengan
memberikan nasehat-nasehat
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga
25
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983, h. 321
26
M. Yunan Yusuf , Dalam Seminar dan Launching Buku Optimalisasi Dakwah dalam Meningkatkan Reguinitas Umat
, Jakarta : Rahmat Semesta, Februari 2004, h.7
xxxii nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati
mad’u .
27
Nasehat-nasehat dakwah yang disampaikan kepada mad’u harus dapat dirasakan bukan atas paksaan dari orang lain, akan tetapi lahir dari
keinginan diri untuk mau berubah ke arah yang lebih baik. 3
Dakwah bi al-Mujaddalah Mujaddalah yaitu “bertukar pikiran untuk mendorong agar berpikir
secara tepat dan benar dengan cara yang lebih baik”.
28
Beberapa bentuk metode mujadalah antara lain dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bil-
hal. Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, symposium, diskusi,
khutbah, saresehan, dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamplet, dan lain-lain.
d. Media dakwah