Hukum Bunga Bank Dimensi Eksoterik satu fiqih

lx 6. Melalaikan Dzikir kepada Allah Ta’ala 7. Sangat dikhawatirkan Su’ul Khatimah jelek akhir hayatnya. 71 Pada tanggal 27-30 November 1976 para ulama tarekat Idrisiyah dari Jawa dan Sumatera menyelenggarakan acara musyawarah di Pesantren Fadris Pagendingan yang menghasilkan keputusan bahwa hukum merokok adalah haram.

f. Hukum Bunga Bank

Syekh Akbar M. Daud Dahlan menyatakan bahwa bunga bank adalah halal. Hal ini bertentangan dengan fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan bahwa bungan bank itu haram, karena dianggap riba. Alasan Syekh Akbar menyatakan bahwa bunga bank adalah halal karena 3 hal: 1. Idrisiyyah sepakat bahwa riba yang berlipat ganda adalah haram. Kategori bunga bank yang didefinisikan oleh para ulama sebagai riba tidak relevan dengan kondisi ilmu perekonomian sekarang, karena uang dimasa sekarang sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan, bunga bank merupakan buah dari hasil hubungan perdaganagan, karena uang yang ada di bank dikaryakan dalam berbagai bentuk usaha yang dilakukan bank. Maka menurut beliau bunga bank masuk ke dalam kategori jual beli. 2. Nilai dan fungsi uang di zaman sekarang berbeda dengan masa dahulu zaman Nabi saw. Pada masa dahulu uang apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama tidak mengalami perubahan, sedangkan sekarang uang yang ditanam dalam bentuk modal invest akan berkembang sesuai dengan naik turunnya pendapatan yang dihasilkan dari pengembangan uang yang disimpan. 3. Pengertian riba yang diharamkan menurut al-Qur’an adalah yang berlipat ganda adha’fan mudha’afah. Kapasitas berlipat disini setara dengan 100 atau lebih. Alasan riba pada zaman Nabi Saw haram adalah karena sifatnya memberatkan. Bunga bank disatu sisi tidak memberikan perkara 71 Hukum Haramnya Merokok atau Tembakau Telah Terangkum Dalam Satu Buku “Tinjauan mengenai Haramnya Tembakau” Jakarta: Idrisiyah, 2001 lxi yang memberatkan kepada para nasabah, bahkan memberikan keuntungan. 72 Menurut kalangan jema’ah tarekat Idrisiyyah, keuntungan lebih besar yang di peroleh Bank dari Nasabahnya bukanlah dasar unsur merugikan bagi pihak nasabah. Merupakan hal yang wajar jika pihak Bank yang bertindak aktif dalam memutarkan atau mengembangkan uang itu sebagai modal usaha mempunyai peran yang lebih besar dalam menentukan persentase keuntungan fee yang di kategorikan sebagai bunga. Namun hakekat sebenarnya adalah berupa jasa investasi nasabah. Para ulama terdahulu dan sekarang memang telah sepakat bahwa yang namanya riba itu adalah haram. Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah apakah bunga Bank itu dikategorikan sebagai Riba? Nabi sebenarnya mengungkapkan kepada kita bahwa riba yang dianggap sebagai pinjaman yang mengandung pertambahan nilai itu sebenarnya diberlakukan bagi kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti makanan. Berbeda dengan aplikasi pinjaman uang modal yang bersifat Produktif untuk usaha, bukanlah di kategorikan sebagai Riba. Ekses riba sebagaimana yang dilarang oleh al-Qur’an itu memberatkan pihak yang meminjam memegang harta, namun pada kenyataanya pihak peminjam dan pemegang modal didasari oleh rasa suka sama suka yang keduanya saling menguntungkan. Tarekat Idrisiyah melihat 72 Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat, h. 109-110 lxii Bunga Bank itu diformulasikan sebagai jasa investasi bagi nasabah, sehingga istilah Bunga titak sama dengan Riba. 73

2. Dimensi Esoteris Satu Dzikir