xli Sekarang ini, ketua umum badan federasi tersebut diduduki oleh Habib
Luthfi, Pekalongan, Jawa Barat.
i. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Bahauddin an-Naqsabandy. Dasar tarekat ini adalah :
1 Memegang teguh I’tiqad Ahlusunnah
2 Membiasakan rukhsah dan membiasakan kesungguhan
3 Senantiasa muqorabah
4 Meninggalkan kebimbangan dunia dari selain Allah
5 Hudur terhadap Allah
6 Mengisi diri tahalli dengan segala sifat-sifat yang berfaedah dari ilmu
agama 7
Mengihlaskan zikir 8
Menghilangkan kealfaan terhadap Allah 9
Berakhlak seperti Nabi Muhammad Syarat-syarat untuk memasuki tarekat ini adalah :
1 I’tiqad yang sah
2 Taubat yang sungguh-sungguh
3 Menunuaikan hak orang
4 Memperbaiki kezaliman
5 Mengalah dalam perselisihan
6 Teliti dalam beradab dan sunnah
7 Memilih amal menurut syariat yang sah
xlii 8
Menjauhakan diri dari yang munkar dan bid’ah
44
j. Tarekat Haddadiah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdullah Ba’lawi Haddad. Ia lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadramaut 1044. Ia pengarang Ratib
Haddad dan dianggap sah sebagai seorang wali qutub dan Arifin dalam ilmu tasawuf. Ia juga banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf, di
antaranya adalah kitab yang berjudul Nasahidud Diniyah Naseha-nasehat Agama, dan Mu’awanah fi suluk Thariq Akhirah Panduan Mencapai Hidup
Akhirat
45
k. Tarekat Idirisiyah
Tarekat ini adalah salah satu organisasi tarekat yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1930. Orang yang pertama
memperkenalkanya adalah Syekh Akbar Abdul Fatah 1884-1947, satu- satunya murid asal Indonesia yang mendapatkan bimbingan langsung dari
Syekh Akbar Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Tarekat Idrisiyah pertama kali di dirikan oleh Syarif Ahmad bin
Idris’ Ali al-Mashishi al-Yamkhi al-Hasmi 1760-1837 M pada awal abad 19 M. Tidak sebagaimana lazimnya, penamaan Idrisiyah bukanlah disandarkan
pada nama pendirinya, melainkan pada nama ayah dari pendirinya. Bahkan bila dirunut lebih jauh lagi, Tarekat Idrisiyah sudah tumbuh sejak abad ke-18
M dengan peletak dasarnya adalah Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh 1717 M.
44
Ibid, h. 84
45
Ibid, h. 99
xliii Sebelum dinamakan Tarekat Idrisiyah, Tarekat Idrisiyah bernama
Tarekat Sanusiah yang didirikan oleh Muhammad Ali As-Sanusi. Dari beliau, tongkat kepemimpinan Tarekat Sanusiah kemudian dilimpahkan kepada
putranya yang bernama Muhammad Al-Mahdi. Pada periode berikutnya, Muhammad Al-Mahdi menyerahkan mandat kepada keponakanya yang
bernama Syekh Akbar Syarif As-Sanusi. Dari beliaulah Syekh Akbar Syekh Abdul Fatah menerima pengajaran sekaligus mandat ”Khalifah” Tarekat
Sanusiah kemudian di bawa ke Indonesia oleh Abdul Fatah tahun 1930. dikarenakan dan mengingat kondisi politik Indonesia pada saat itu tidak
kondusif untuk pengembangan dakwah Tarekat Sanusiah yaitu adanya kecurigaan dari penjajah Belanda pada nama Sanusiah oleh karena
kesamaanya dengan gerakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa barat Prancis di Al-Jazair. Kemudian K.H. Abdul Fatah mengganti nama Tarekat
Sanusiah menjadi Tarekat Idrisiyah. Selanjutnya Bendera Tarekat Idrisiyah inilah yang kemudian dikibarkan Syekh Abdul Fatah di Indonesia.
46
46
Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat Idrisiyah, Sejarah dan Ajarannya, Jakarta : Al-Idirsiyah, 2003, h. 90
xliv
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH
A. Majlis Taklim Al-Idrisiyah
1. Latar belakang Berdirinya Masjid Taklim Al-Idrisiyah
Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini adalah salah satu cabang Zawiyah dari Tarekat Idrisiyah yang paling besar dan paling tua di antara Zawiyah-zawiyah
yang lainya, dan sebagai Sekertariat Pusat Tarekat Idrisiyah di wilayah Jabodetabek. Karena majlis taklim ini dirintis dan didirikan oleh Syekh Akbar
Abdul Fattah sebagai pembawa Tarekat Idrisiyah yang di bawah dari Jabal Abi Gubais Mekkah Pada Tahun 1930. Majlis Taklim Al-Idrisiyah terletak di
wilayah Jakarta Pusat, tepatnya di Jln. Batutulis XIV, No 4-5, Juanda 3, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Sedangkan pusat
dari Tarekat Idrisiyah itu sendiri bertempat di Pondok Pesantren Fathiyyah Al-