Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
3.4.4.1 Pemasangan Kulit Pada Kotak Resonator Boltok
Tempurung kelapa yang telah diukur dan dibentuk untuk menjadi kotak resonator kemudian dipasangkan dengan kulit yang sudah diolah menjadi penutup
resonator. Proses pemasangannya cukup rumit, dan dilakukan oleh dua orang. Pertama sekali hal yang dilakukan adalah mengeluarkan kulit yang masih direndam
dari dalam air dan meletakkannya pada tempat kering agar airnya jatuh dari kulit tersebut gambar 62. Kemudian setelah itu kawat di ukur gambar 63 dan
tempurung kelapa diletakkan keatas kulit tersebut dengan posisi bagian yang berlubang menghadap kulit, lalu kawat yang telah diukur diletakkan ke atas
tempurung kelapa gambar 64. Setelah pengukuran kawat selesai dilanjutkan dengan mengikat bagian tepi kulit yang dilipat ke kotak resonator dengan kawat gambar 65.
Pekerjaan selanjutnya adalah mengikat kulit ke kawat penahan dengan menggunakan kawat, yang telah dipotong-potong, dan mengikatnya dengan tang
gambar 66. Setelah selesai kemudian menunggu kulit kering dan agak keras, dipersiapkan rotan untuk mengikat dan rotan untuk menahan, yang direndam
sebelumnya gambar 67. Tujuan dilakukan perendaman adalah agar rotan menjadi lebih lentur dan tidak mudah pecah atau patah ketika dilakukan pengikatan. Ketika
proses pengeringan sedang berjalan, dilakukan pembuatan rotan penahan kulit. Hal ini menurut bapak Arisden Purba agar dapat menyesuaikan ukuran daripada resonator
tersebut, sebab resonator telah bertambah beberapa milimeter besarnya dikarenakan kulit tersebut, sehingga apabila rotan rotan penahan kulit tersebut dibuat terlebih
dahulu, dikhawatirkan rotan tersebut menjadi kekecilan ataupun kebesaran sehingga tidak dapat berfungsi untuk menahan kulit.
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
Untuk membuat rotan penahan kulit, rotan diukur dengan melingkarkannya pada resonator yang telah dipasang kulit, kemudian ditandai dengan pena dan setelah
itu dijalin gambar 68. Sebelumnya kawat yang menempel pada kulit tersebut dicabut terlebih dahulu. Setelah selesai dijalin, kemudian rotan dipasangkan untuk
menahan kulit pada resonator gambar 69. Akan tetapi tidak semua arbab diikat dengan rotan penahan kulit dalam pembuatannya. Proses selanjutnya adalah mengikat
kulit dengan menggunakan rotan pengikat yang telah direndam. Kulit diikat pada lubang yang telah di buat sebelumnya gambar 70. Bentuk ikatan rotan tersebut
dibuat menyilang agar ikatannya kuat dan tidak mudah lepas gambar 71
Gambar 62 : Kulit Yang dikeluarakan Gambar 63: Pengukuran Kawat Penahan
Dari Air Rendaman
Gambar 64 : Kawat yang Diletakkan Pada Tempurung Kelapa
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 65 : Mengikat Kulit Dengan Kawat Penahan
Gambar 66 : Mengikat Kulit ke Kawat Penahan Dengan Kawat Pengikat
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 67 : Rotan Penahan yang Gambar 68 : Penandaan Dan
Direndam Pengukuran Rotan Pengikat Kulit
Gambar 69 : Rotan Penahan Kulit
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 70 : Proses Pengikatan Kulit Ke Rotan Penahan
Gambar 71 : Bentuk Ikatan Menyilang Agar Tidak Mudah Lepas
3.4.4.2 Pemasangan Nahei Arbab