Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
3. Pesta Malas Ni Uhur yaitu acara kegembiraaan yang diadakan suatu keluarga,
yang menari bersama-sama Adapun alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal diantaranya :
JatjaululTengtung, Husapi, Hodong-hodong, Tulila, Ole-ole, Saligung, Sordam dsb. Alat-alat musik tersebut dimainkan untuk hiburan pribadi ketika lelah bekerja di
ladang, maupun setelah pulang dari pekerjaan.
2.3.2 Seni Suara Doding
Masyarakat Simalungun menyebut nanyian dengan doding. Nyanyian dalam masyarakat Simalungun sangat banyak dan memiliki fungsi masing-masing. Selain
itu masyarakat Simalungun memiliki tehnik bernyanyi yang disebut inggou. Adapun nyanyian tersebut diantaranya adalah :
1. Taur-taur yaitu nyanyian yang dilagukan oleh sepasang muda-mud secara
bergantian untuk mengungkapkan perasaan satu sama lainnya. 2.
Ilah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda dan pemudi sambil menepuk tangan sambil membentuk lingkaran
3. Doding-doding yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelmpok pemuda dan
pemudi atau orang tua untuk menyampaikan pujian ataupun sindiran. Nyanyian ini juga dapat dilagukan untuk mengungkapkan kesedihan dan
kesepian. 4.
Urdo-urdo atau Tihtah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang ibu kepada anaknya atau seorang anak permpuan kepada adiknya. Urdo-urdo
untuk menidurkan sementara Tihtah untuk bermain.
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
5. Tangis-tangis yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan seorang gadis karena
putus asa ataupun karena berpisah dengan keluarga karena akan menikah. 6.
ManalundaMangmang adalah mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu untuk menyembuhkan suaut penyakit ataupun menobatkan seorang raja pada
waktu dulu.
2.3.3 Seni Tari Tor-Tor
Seni tari dalam masyarakat Simalungun banyak mengalami penurunan dari segi pertunjukan dimana pada saat ini sudah jarang dijumpai tor-tor yang sering di
lakukan pada zaman dahulu. Tor-tor yang dapat bertahan sampai saat ini adalah Tor- tor Sombah. Adapun tortor yang sering dipertunjukkan pada zaman dahulu antara
lain: 1.
Tor-Tor Huda-Huda atau Toping-toping yaitu tarian yang dilakukan untuk menghibur orang yang meninggal sayur matua yaitu orang yang telah berusia
lanjut. Tarian ini merupakan tarian yang meniru gerakan kuda dan sebagian pemainnya memakai topeng. Pada waktu dulu tarian ini digunakan untuk
menghibur keluarga raja yang bersedih karena anaknya meninggal. 2.
Tor-tor Turahan yaitu Tor-tor yang dilakukan untuk menarik kayu untuk membangun istana atau rumah besar. Seorang mandor bergerak melompati
batang kayu yang ditarik sambil mengibaskan daun-daun yang dipegang ke batang kayu dan ke badan orang yang menarik untuk memberi semangat.
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
3. Tor-Tor Sombah yaitu tarian yang ditarikan untuk menyambut Tondong
11
Pada masyarakat Simalungun juga terdapat kesenian lain yang pada saat sekarang ini sudah sangat jarang dijumpai diantaranya adalah Seni Gorga yaitu seni ukir yang
terdapat pada dinding-dinding rumah, Seni Pahat, yaitu seni membuat patung-patung dari batu ataupun dari kayu, Seni Tenun yaitu seni membuat kain dengan
menggunakan benang-benang yang dibentuk dengan suatu keahlian, dan Seni Arsitektur yaitu seni untuk membangun rumah dengan arsitektur tradisional.
Seni banyak dari seni tersebut ditinggalkan masyarakat karena kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun meskipun begitu masih ada sebagian orang
yang tetap mempertahankan pengetahuan tersebut seperti Seni Tenun karena kain yang dihasilkan dari buatan tangan jauh lebih bagus daripada buatan pabrik.
, atau untuk menyambut tamu-tamu kehormatan yang datang berkunjung.
11
Pihak pemberi istri. Pada masyarakat Simalungun Tondong dianggap memiliki kedudukan yang tinggi. Atau dengan kata lain Tuhan yang dilihat
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
BAB III KAJIAN ORGANOLOGIS ARBAB SIMALUNGUN
3.1 Klasifikasi Arbab Simalungun
Dalam mengklasifikasikan arbab Simalungun, penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Sachs dan Hornbostel 1914 yaitu :
“sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari :
idiofon alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi, aerofon udara sebagai sumber penggetar utama bunyi, membranofon kulit sebagai sumber
penggetar utama bunyi, dan kordofon senar sebagai sumber penggetar utama bunyi”
Berdasarkan ketentuan diatas, maka arbab simalungun diklasifikasikan sebagai alat musik kordofon yang sumber suaranya berasal dari senar yang
digetarkan. Sesuai dengan bentuknya, maka arbab merupakan alat musik lutes yang memiliki leher neck, dan letak posisi dari dawainya sejajar dengan permukaan kotak
resonatornya. Melihat bentuknya, arbab dikategorikan spike lutes karena badan atau leher arbab menembus kotak resonatornya. Secara spesifik instrumen arbab ini
tergolong kedalam jenis fiddle atau bow lute, yaitu lute yang digesek. Arbab mempunyai dua senar atau dawai ganda yang terbuat dari benang. Benang yang
dipergunakan adalah benang bola. Disebut benang bola sebab bentuk gulungan dari benang tersebut menyerupai bentuk bola sehingga untuk memudahkan penyebutan
disebut benang bola. Benang ini biasa dipergunakan oleh tukang bangunan untuk