Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
2.2.1 Penduduk
Penduduk yang ada di Nagori Sait Buttu Saribu merupakan penduduk yang heterogen yang terdiri atas berbagai suku antara lain, Simalungun, Jawa, Batak Toba,
Karo, Mandailing, Melayu, Minangkabau dan China. Pada tahun 2008 tercatat jumlah penduduk yang ada di Nagori Sait Buttu Saribu sebanyak 4972 jiwa dengan perincian
laki-laki 2330 jiwa dan perempuan 2642 jiwa. Berikut tabel perincian penduduk menurut jenis kelamin.
Tabel 2 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin tahun 2009
NO HUTA
Laki-Laki Perempuan
Jumlah
1. Sait Buttu
997 1067
2064 2.
Maniksaribu 383
402 785
3. Gunung Mulia
103 124
224 4.
Gorbus 83
102 185
5. Afdeling B. Tobasari
266 292
558 6.
Afdeling D. Tobasari 227
252 479
7 Manik Huluan
271 403
672
TOTAL 2330
2642 4972
Sumber : Monografi Nagori Sait Buttu Saribu, 2009
Saridin Tua Sinaga : Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba Di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu Kec. Pamatang Sidamanik Kab. Simalungun, 2009.
Secara umum, masyarakat Simalungun yang tinggal di wilayah Simalungun maupun di perantauan merupakan suatu pribadi yang pendiam dan tertutup. Menurut
Hendrik Kraemer ketika berkunjung ke Tanah Batak pada bulan Februari-April tahun 1930 melaporkan bahwa jika dibandingkan dengan orang Batak Toba, orang
Simalungun merupakan orang yang berwatak halus, lebih suka menyendiri di hutan dan secara alamiah kurang bersemangat dibanding dengan orang Batak Toba
7
. Hal yang senada juga dikatakan oleh Walter Lempp tentang tabiat daripada masyarakat
Simalungun yaitu bahwa orang Simalungun lebih halus dan tingkah lakunya hormat sekali, tidak pernah keras atau meletus, meskipun sakit hati. Hal itu dimungkinkan
karena suku Simalungun satu-satunya yang pernah dijajah oleh suatu kerajaan di Jawa yang berkedudukan di Tanah Jawa
8
Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan didalam
. Masyarakat yang tinggal di Sait Buttu Saribu pada umumnya bekerja sebagai
petani kopi, namun sebagian masyarakatnya juga bekerja sebagai buruh di perkebunan teh milik PTPN 4. Menurut wawancara penulis dengan bapak Arisden
Purba, pekerjaan beliau adalah sebagai petani. Menjadi pemain musik bagi beliau merupakan pekerjaan sampingan. Membuat alat musik arbab Simalungun dilakukan
beliau apabila adanya pesanan akan alat tersebut.
2.2.2 Sistem Bahasa