Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Batak Toba

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009. lapisan-lapisan baru yang selama ini berada di kelas bawah menjadi lapisan atas. Demikian pula sebaliknya. Perubahan dan inovasi telah berlangsung di daerah Tapanuli umumnya dan daerah Tanah Batak Toba pada khususnya. Hal ini sangat berpengaruh bagi masyarakat, sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat terhadap inovasi yang dibawa oleh bangsa Belanda iu. Dengan demikian di Tanah Batak terjadi penggolongan masyarakat setelah terjadinya inovasi itu menjadi tiga golongan . Golongan yang pertama, masyarakat yang mau menerima inovasi yang dibawa oleh Belanda. Pada umumnya golongan pertama ini adalah orang-orang yang tidak memperoleh kedudukan semasa belum berkuasanya pihak pemerintah Belanda. Masuknya Belanda ke daerah Batak Toba menumbangkan dominasi yang selama ini dipegang oleh kekuasaan tradisional, sehingga beralihlah kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang mempunyai pendidikan cukup memadai. Golongan kedua, golongan yang menolak inovasi yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Golongan ini adalah pengikut setia dari Si Singamangaraja yang dianggap mereka masih hidup sepanjang aman sebagai pelindung mereka dalam suka dan duka. Terakhir, golongan ketiga yaitu masyarakat yang melihat situasi di daerah tanah Batak tidak mungkin lagi dipertahankan dari pengaruh dominasi bangsa asing, mau tidak mau harus menerima keadaan ini. Golongan inilah yang dimaksud dengan golongan ketiga yaitu orang- orang yang beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung di daerah Batak Toba.

2.5 Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Batak Toba

Secara filosofis tanah bagi masyarakat Batak meliputi, bumi, air, dan segala yang ada di atasnya. Ditinjau dari seluruh keruangan secara horizontal, tanah dapat Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009. diklasifikasikan sebagai ruang pemukiman, ruang produksi, serta ruang cadangan dan pelestarian. Ruang pemukiman terdiri dari tanah yang diperuntukkan sebagai pertapakan rumah, pekarangan, jalan, perladangan, tepian untuk membersihkan tubuh dan keperluan hidup, parit dan pagar, tumbuhan dan lumbung. Juga tanah diperuntukkan sebagai tempat pemujaan, tempat bermusyawarah, tempat menumbuk padi, menjemur kayu dan keperluan rumah tangga. Juga untuk keperluan sosial dan kehidupan, antara lain sebagai tempat bertenun, menganyam, melaksanakan berbagai upacara, peternakan, pertukangan, serta tempat bermain para remaja dan anak-anak. Ruang produksi adalah tanah untuk lahan pertanian berupa sawah dan ladang. Kedua jenis lahan tersebut diharapkan akan menghasilkan kebutuhan sandang pangan dan kperluan untuk upacara sepanjang daur hidup. Di samping itu ruang produksi juga dicadangkan sebagai ruang perluasan dan pemekaran pemukiman. Hutan adalah tempat pengambilan perkayuan untuk rumah dan bangunan lainnya, peralatan rumah tangga, tempat berburu dan menangkap ikan. Juga sebagai ruang untuk memperoleh bahan ramuan bagi kehidupan seperti minuman, makanan, obat-obatan, bumbu, buah- buahan, keperluan sandang, hiasan dan berbagai keperluan upacara. Di samping itu hutan juga berfungsi sebagai ruang pengembangan dan pemekaran ruang produksi, pemukiman dan hutan produksi. Pembagian ruang tersebut bila diklasifikasikan dari segi pemilikan, akan terlihat bahwa milik perorangan pada ruang pemukiman adalah pertapakan rumah, pekarangan, perladangan sekitar pemukiman. Sedangkan jalan, pekarangan desa, pekuburan, tempat bermuasyawarah, tepian pemandian, pagar, serta parit adalah milik bersama dan dikelola secara bersama. Ruang cadangan dan pelestarian adalah milik Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009. bersama warga desa dan dimanfaatkan, diatur dan dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Milik perorangan diurus, dimanfaatkan dan dialihkan oleh perorangan atau keluarga batih. Akan tetapi jalan, pekarangan desa, pekuburan, tempat bermusyawarah, tepian untuk mandi, parit, pagar, tempat pemujaan, tidak dapat diwariskan atau dialihkan kepada perorangan atau kepada orang lain oleh seseorang. Hal yang menyangkut tempat-tempat tersebut harus dikelola secara musyawarah, karena berkaitan dengan identitas dan kelengkapan desa sebagai milik bersama. Sawah atau ladang sebagai lahan produksi umumnya dimiliki oleh keluarga- keluarga. Lahan ini dimiliki sebagai warisan dari orang tua atau sebagai pemberian dari hula-hula kepada puterinya atau borunya dalam bentuk pauseang dan indahan arian. Pauseang adalah sawah yang diberikan oleh ayah seorang gadis yang telah kawin. Pemberian ini dapat dilakukan pada saat pesta perkawinan berlangsung atau selang beberapa lama setelah pesta. Pauseang diberikan dengan tujuan agar puterinya yang baru menikah itu tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh makanan, agar mendapat penghargaan kehormatan dari keluarga suaminya. Seorang anak laki-laki yang telah menikah diharapkan dapat memisahkan diri dari orang tuanya untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Untuk itu ia berhak meminta panjaean yakni sebidang sawah dari orang tuanya, sebagai bagian atau warisan. Selain sawah sering juga diberikan sebidang perladangan atau kebun untuk menanam ubi, sayuran dan buah-buahan. Pada masyarakat Batak toba yang berhak mendapat warisan sawah dan perladangan adalah anak laki-laki, sedangkan anak perempuan tidak berhak memperolehnya. Jika ada anak perempuan yang mendapat sawah dari orang tuanya, maka ini dinamakan silehon-lehon pemberian dan bukan sebagai warisan. Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009. Hubungan manusia dengan tanah amat erat, karena di atasnya manusia dilahirkan, dibesarkan, disosialisasikan, beranak atau berketurunan serta pada akhir hayatnya dikuburkan ke dalam tanah. Hubungan itu mutlak dan tidak dapat dipisahkan. Disinilah pula ditemukan kehidupan dan perkembangan unsur kebudayaan universal yakni sistem bahasa sebagai lambang komunikasi, sistem mata pencaharian hidup, sistem organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem keberanian dan religi atau kepercayaan. Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.

BAB III LATAR BELAKANG BERDIRINYA KSPPM

Dokumen yang terkait

Studi Tumbuhan Anggrek Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

11 132 149

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 84 129

Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

4 67 149

Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Penggunaan Pembayaran Non Tunai

3 55 95

Peranan Lundu Panjaitan Dalam Pembangunan Di Tapanuli Utara Tahun (1989-1994).

0 2 16

Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius di Kabupaten Indragiri Hilir

0 0 9

FAKTOR RISIKO KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN BATANG TORU, KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014 RISK FACTORS OF CHIKUNGUNYA FEVER OUTBREAK IN BATANG TORU SUB-DISTRICT, SOUTH TAPANULI DISTRICT, NORTH SUMATERA, 2014

0 0 8

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

PERAN OPINION LEADER DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT (Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 10

KATA PENGANTAR - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 4 18