Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
BAB V KONTRIBUSI KSPPM TERHADAP MASYARAKAT DI TAPUT
5.1 Penyadaran Hukum
Program pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di Taput dijawab dengan mendirikan perusahaan-perusahaan raksasa. Di satu sisi pemerintah merasa berhasil
melalui programnya mengurangi kemiskinan. Tetapi kenyataan yang terlihat di tengah-tengah masyarakat justru terjadi proses pemiskinan akibat kehadiran
perusahaan raksasa tersebut. Mulai dari pengambilalihan tanah petani melalui manipulasi adat, pembelian tanah petani secara paksa dengan harga yang sangat
murah. Karena memang perusahaan-perusahaan tersebut sangat memerlukan lahan produksi khususnya dalam hal ini PT.IIU yang sangat membutuhkan lahan untuk
ditanami pohon eucalyptus sebagai bahan baku utamanya. Dengan adanya kasus-
46
Dalam dokumen KSPPM, “ketika Kegiatan KSPPM dilarang”, Siborong-borong: Yayasan
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
kasus penyerobotan tanah petani tersebut, memaksa para petani melawan perusahaan. Perlawanan-perlawanan para petani tersebut ternyata dijadikan pihak perusahaan yang
didukung pemerintah sebagai celah untuk menggunakan hukum nasional yang tentunya akan mengalahkan petani di persidangan. Sebenarnya kasus-kasus
penyerobotan tanah oleh korporasi pada zaman Orba sangat banyak terjadi. Nasib petani di pedesaan semakin terpuruk ketika ideologi developmentaslim menjadi
pilihan paradigma pembangunan rezim Orba yang ironisnya konsep ini bukan sepenuhnya produk elite Negara, melainkan hasil konstrusi kekuatan pemodal yang
kenyataannya sangat merugikan petani. Dengan ditopang invetasi modal secara besar- besaran melalui industrialisasi yang untuk keperluan operasionalnya sangat
memerlukan ketersediaan tanah. Akibatnya, tanah menjadi komoditas dan memunculkan pasar tanah, sehingga investor lebih tertarik menanamkan modalnya
dalam bentuk tanah karena sangat menugntungkan. Proses ini tanpa disadari telah mengintegrasikan petani dengan tanahnya ke dalam sistem kapitalisme melalui
ekspansi pasar dengan fasilitas intervensi kebijakan Negara.
47
KSPPM,1991
47
Mustain, Petani vs Negara: Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, hal. 16.
Di Taput, masyarakat sejak dulu mengakui dan menggunakan hukum adat dalam menyelesaikan setiap konflik di tengah-tengah masyarakat. Sehingga apabila
ada konflik dapat diselesaikan dengan musyawarah. Di satu sisi mayarakat khususnya yang ada di desa tidak siap meninggalkan hukum adat dan beralih ke hukum nasional.
Ketidaksiapan inilah yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan terhadap masyarakat desa tersebut. Demikian juga dengan petani yang
kekurangan akses informasi tentang perkembangan hukum nasional sehingga mengakibatkan mereka buta tentang hukum nasional yang berlaku.
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
Oleh karena itulah KSPPM mengambil peran melalui programnya dibidang penyadaran hukum mengadakan Latihan Pokrol LP setiap tahunnya serta
memberikan konsultasi hokum bagi petani yang sedang berkasus. Latihan pokrol ini sebenarnya sudah dimulai sejak KSPH berdiri yang merupakan cikal bakal lahirnya
KSPPM. Peserta LP ini diikuti oleh para petani baik yang mengalami kasus maupun yang tidak memiliki kasus atau masyarakat awam yang tidak mengerti seluk-beluk
hukum. Adapun materi-materi yang sering dibawakan di LP ini adalah pengantar ilmu hukum, pengenalan hukum perdata dan pidana, hak dan kewajiban sebagai warga
Negara, pengenalan hukum pertanahan. Melalui LP tersebut diharapkan memampukan masyarakat desa atau petani
untuk mengerti akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta mampu mempertahankan dan merebut haknya tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya untuk
seorang pengacara dalam beracara di pengadilan. Demikiam juga peserta LP diharapkan mampu membantu menyelesaikan sampai tuntas persoalan hukum yang
muncul di lingkungan dimana peserta tersebut berada. Harapan-harapan tersebut mulai tercapai setelah para peserta dikumpulkan kembali dan diajak untuk
mengevaluasi apa yang diaplikasikan masing-masing peserta setelah mengikut i pelatihan. Dari evaluasi tersebut para peserta mengemukakan kegagalan dan
keberhasilan dalam mengatasi perkara-perkara di daerahnya tanpa harus diselesaikan di meja pengadilan.
48
48
Dalam bulletin Prakarsa edisi Mei-Juni 1988.
Demikian juga pengakuan Kristian Manurung, seorang petani warga Porsea yang setelah mengikuti LP ia mengerti apa yang menjadi hak dan
kewajibannya sebagai warga Negara dan bilamana haknya sebagai warga Negara
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
tidak ia peroleh maka ia semakin berani untuk menuntut dan merebut apa yang menjadi haknya.
49
Pada prinsipnya, KSPPM mengupayakan setiap kasus yang dialami petani diselesaikan dengan menggunakan hukum adat atau musyawarah desa. Tetapi kalau
sudah terpaksa harus diselesaikan di meja pengadilan biasanya pihak lawan bertikailah yang lebih duluan membawanya ke pengadilan maka KSPPM tetap
mendampingi kasus petani terebut baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Karena dengan pertimbangan dan pengalaman bahwa setiap kasus yang dialami petani
setelah di bawa ke meja pengadilan selalu merugikan pihak petani.
50
Setelah perubahan KSPH menjadi KSPPM dirasakan selama bersama dengan masyarakat dapat diketahui bahwa persoalan kemiskinan di Taput tidak hanya
Semakin meningkatnya kesadaran hukum para petani di Taput, menjadikan mereka dengan gigih memperjuangkan haknya yang telah dirampas. Seperti
perjuangan petani di desa Sugapa dan korban longsor Bukit Silape yang sejak dari awal telah didampingi oleh KSPPM baik di pengadilan maupun di luar pengadilan
dengan gigihnya setelah dikalahkan di pengadilan, menuntut ke pemerintah pusat melalui menteri dalam negeri atas perampasan tanah adat Barimbing oleh PT.IIU. Hal
ini jugalah yang menjadi ketakutan pemerintah pada saat itu dimana atas program penyadaran hukum KSPPM, petani semakin berani menentang kebijakan pemerintah
yang tidak berpihak kepada petani, menyebabkan KSPPM pernah dilarang melakukan kegiatannya di Taput. Sehingga pemerintah melalui kepala Intel Sospol menyarankan
pengurus KSPPM supaya menghapuskan program penyadaran hukum.
5.2. Pengembangan Pertanian