Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
tidak ia peroleh maka ia semakin berani untuk menuntut dan merebut apa yang menjadi haknya.
49
Pada prinsipnya, KSPPM mengupayakan setiap kasus yang dialami petani diselesaikan dengan menggunakan hukum adat atau musyawarah desa. Tetapi kalau
sudah terpaksa harus diselesaikan di meja pengadilan biasanya pihak lawan bertikailah yang lebih duluan membawanya ke pengadilan maka KSPPM tetap
mendampingi kasus petani terebut baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Karena dengan pertimbangan dan pengalaman bahwa setiap kasus yang dialami petani
setelah di bawa ke meja pengadilan selalu merugikan pihak petani.
50
Setelah perubahan KSPH menjadi KSPPM dirasakan selama bersama dengan masyarakat dapat diketahui bahwa persoalan kemiskinan di Taput tidak hanya
Semakin meningkatnya kesadaran hukum para petani di Taput, menjadikan mereka dengan gigih memperjuangkan haknya yang telah dirampas. Seperti
perjuangan petani di desa Sugapa dan korban longsor Bukit Silape yang sejak dari awal telah didampingi oleh KSPPM baik di pengadilan maupun di luar pengadilan
dengan gigihnya setelah dikalahkan di pengadilan, menuntut ke pemerintah pusat melalui menteri dalam negeri atas perampasan tanah adat Barimbing oleh PT.IIU. Hal
ini jugalah yang menjadi ketakutan pemerintah pada saat itu dimana atas program penyadaran hukum KSPPM, petani semakin berani menentang kebijakan pemerintah
yang tidak berpihak kepada petani, menyebabkan KSPPM pernah dilarang melakukan kegiatannya di Taput. Sehingga pemerintah melalui kepala Intel Sospol menyarankan
pengurus KSPPM supaya menghapuskan program penyadaran hukum.
5.2. Pengembangan Pertanian
49
Hasil wawancara dengan Kristian Manurung pada 24 September 2009.
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
disebabkan oleh kurangnya kesadaran hukum warga. Oleh karena KSPPM sejak dari awal mendampingi petani, maka direncanakanlah program untuk mengembangkan
pertanian tetap dengan tujuan untuk menumbuhkan prakarsa masyarakat. Sekaligus dengan program pengembangan pertanian ini merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan petani. Keadaan gografis Taput yang berbukit-bukit dan gersang sering dijadikan
alasan oleh masyarakat khususnya petani untuk menjawab penyebab kemiskinan petani. Seolah-olah pasrah dengan alasan tersebut. Disatu sisi pemerintah juga
terkesan tidak dapat berbuat apa-apa untuk meningkatkan pertanian di Taput dan cenderung menyalahkan petani yang dianggap terlalu malas dan dianggap bodoh. Hal
inilah salah satu yang mendorong tingkat urbanisasi di Taput ketika hasil pertanian tidak dapat mensejahterakan petani yang telah bekerja keras. Oleh karena itu para
pemuda-pemudi yang tergolong usia produktif beramai-ramai meninggalkan kampung halaman. Hal ini menyebabkan kekurangan tenaga produktif untuk mengolah lahan
pertanian di kampung sehingga tidak jarang lahan dibiarkan saja dan tidak diolah. KSPPM yang memiliki staf khusus dibidang pertanian menjadi kekuatan awal
untuk memulai program pengembangan pertanian. Datang ke tengah-tengah masyarakat dan berintegrasi menyatu dengan mereka melalui tinggal bersama-sama
dengan petani merupakan cara yang dilakukan untuk mengenali dan mengetahui serta merasakan kehidupan petani di Taput.
51
50
Hasil wawancara dengan Suryati Simanjuntak pada 9 Oktober 2009.
Dengan demikian dari proses integrasi tersebut didapatlah sejumlah pokok masalah yang menyebabkan proses pemiskinan
petani. Mulai dari terpeliharanya mitos terhadap tanaman padi dengan cara berpikir petani bahwa hanya tanaman padilah yang dapat memberikan nafkah bagi petani.
Sedangkan tanaman lain seperti kopi, pisang, kacang tanah dan yang lainnya hanya
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
sekedar ditanam dan tidak serius untuk menanamnya dengan jumlah yang lebih banyak.
52
Demikian juga dengan penggunaan pestisida dan pupuk kimia di kalangan petani tentu sangat merugikan petani. Revolusi hijau di Indonesia yang diperkenalkan
kepada petani merupakan penyebab utama dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia tersebut, karena mulai diperkenalkannya penerapan pemupukan yang tinggi dan
perlindungan tanaman yang tidak bisa dipisahkan dari produktifitas pertanian modern. Tetapi penggunaan pestisida dan pupuk kimia memberi efek negatif terhadap petani,
yaitu bertambahnya jumlah pengeluaran petani hanya untuk membeli pupuk dan pestisida. Belum lagi ancaman terhadap eksosistem khususnya dampaknya terhadap
kesehatan petani. Kemudian masalah berikutnya yang sangat melelahkan petani ialah pemasaran akhir hasil pertanian. Pemasaran hasil pertanian di desa diperankan oleh
tengkulak yang cenderung juga sebagai penentu harga sehingga bisa saja harga yang ditentukan oleh tengkulak sangat merugikan petani karena penjualan hasil pertanian
artinya produktifitas pertanian masih sangat rendah. Hal ini dapat dimaklumi sebab pengolahannya masih tradisional. Sehingga penghasilan mereka
tidak mencukupi untuk kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.
Persoalan semakin menyempitnya lahan pertanian juga turut memiskinkan petani. Hal ini sangat terasa sejak kehadiran Indorayon di Taput dimana perusahaan
ini sangat gencar melakukan perluasan lahan produksi untuk ditanami pohon eucalyptus dan pinus karena pada dasarnya perusahaan pulp dan rayon ini sangat
rakus akan bahan baku. Merebaknya pembangunan tugu kuburan nenek moyang di Taput bagaikan jamur yang terus bertambah banyak, tentunya tugu tersebut
membutuhkan lahan untuk pembangunannya.
51
Hasil wawancara dengan Eliakim Sitorus.
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani. Hal inilah yang menyebabkan petani memilih lebih baik menjadi buruh tani di lahan orang lain atau di desa lain
untuk mendapatkan uang lebih cepat daripada mengolah tanah kalau ternyata hanya cukup makan saja.
53
Oleh karena ketergantungan penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara terus-menerus, KSPPM mengadakan gerakan penyadaran melalui diskusi-diskusi
dengan petani akan bahaya pemakaian bahan kimia tersebut. Karena penggunaan bahan-bahan kimia untuk tanaman-tanaman selain mengakibatkan pencemaran, juga
mengakibatkan musnahnya mikro organisme di dalam tanah dan menurunnya populasi alami. Selain menimbulkan dilema terhadap kelestarian lingkungan juga
peningkatan pendapatan dari sektor pertanian tidak tercapai, karena biaya produktifitas yaitu pembelian pestisida dan pupuk kimia sangat besar.
Berangkat dari permasalahan-permasalahan petani tersebut, maka KSPPM membuat program Latihan Pengembangan Pertanian LPP. Didalam LPP tersebut
terlebih dahulu dibukakan kecenderungan sistem atau tata usaha tani yang terus- menerus merugikan petani. Kemudian dalam pelatihan-pelatihan juga diperkenalkan
tanaman-tanaman muda seperti cabe, kopi, jeruk, bawang merah, bawang putih, tanaman palawija, sayur-sayuran dengan tujuan supaya petani tidak hanya menanam
jenis padi saja. Dalam kesempatan-kesempatan pelatihan dan diskusi-diskusi yang diadakan di desa juga diperkenalkan pertanian organik kepada petani. Pertanian
organik bukanlah hal yang baru bagi petani. Tetapi setelah ketergantungan pemakaian pupuk kimia, ditinggalkanlah budaya petani nenak moyang dulu yang selalu
menggunakan pupuk organik atau pupuk hasil pembusukan mikro organisme dalam tanah pada lahan pertaniannya.
52
Dalam buletin Prakarsa edisi Juli-Agustus 1988
Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara 1985 – 1994, 2009.
Dari kenyataan itulah KSPPM kembali memberikan motivasi kepada petani agar beralih kepada sistm pertanian yang berwawasan lingkungan. Sistem pertanian
agraris yang dikembangkan merupakan penggalian nilai-nilai kearifan dari sistem pertanian kampung. Dengan kata lain sistem pertanian organik adalah suatu sistem
pembudidayaan pertanian yang didasarkan pada menjaga sekaligus membangun serta memperbaharui kembali hubungan manusia dengan alamnya. Artinya sistem pertanian
yang menolak teknologi pertanian yang dapat merusak lingkungan dan tidak berkesinambungan. Dalam pertanian organik diperkenalkan bagaimana pupuk
kompos yang berasal dari tumbuhan dan kotoran ternak ternyata dapat digunakan menggantikan pestisida dan pupuk kimia.
54
53
dalam Buletin prakarsa edisi Juli-agustus 1988
54
Wawancara dengan Siboro, tanggal 23 September 2009.
Untuk lebih memotivasi para petani di Taput khususnya pemuda di desa, mereka didampingi oleh KSPPM mengadakan orientasi ke daerah-daerah yang cukup
berhasil pertaniannya seperti di dataran tinggi Tanah Karo dan Simalungun. Sehingga dengan kegiatan orientasi tersebut para petani termotivasi untuk mengikuti petani
seperti di daerah-daerah orientasi yang mereka kunjungi. Keberhasilan petani akibat program orientasi tersebut dapat dirasakan oleh petani di Desa Sipultak. Kalau
sebelumnya warga Sipultak, mayoritas adalah bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain. Akan tetapi, setelah mengikuti pelatihan pertanian dan kegiatan orientasi
mereka akhirnya mengolah sendiri lahannya. Sehingga mereka pun tidak lagi menjadi buruh tani di lahan orang lain. Bagi pemuda tentunya hal ini sangat berguna karena
mereka tidak lagi pergi meninggalkan kampung untuk mencari pekerjaan.
5.3 Pembangunan Infrastruktur