Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta volumenya dengan aquadem sampai tanda batas, kemudian dikocok sampai homogen sehingga didapat larutan standar merkuri dengan konsentrasi 1 μgL, 5 μgL, 15 μgL, dan 20 μgL. Masing-masing larutan standar merkuri dipindahkan ke wadah sampel untuk diinjeksikan ke alat ICP-OES. Disiapkan juga larutan SnCl 2 2 dan HCl : aquadem 1:1. Larutan standar merkuri, SnCl 2 2, dan HCl : aquadem 1:1 diinjeksikan ke alat ICP-OES dalam waktu yang sama. Larutan standar merkuri 1 μgL dan 5 ppb digunakan untuk mengamati intensitas larutan merkuri pada panjang gelombang 184,950 nm dan 194,227 nm. Selanjutnya larutan standar merkuri 15 ppb dan 20 ppb digunakan untuk mengamati intensitas larutan merkuri pada panjang gelombang 194,227 nm dan 253,652 nm. Panjang gelombang untuk analisis merkuri dengan ICP-OES dipilih berdasarkan garis emisi panjang gelombang yang paling sensitif.

3.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Diambil sebanyak 0 μL, 50 μL, 250 μL; 500 μL, 750 μL, dan 1000 μL dari larutan standar merkuri 1 mgL ke dalam 6 labu ukur 50 mL, ditambahkan sebanyak 5 mL 10 campuran HCl : aquadem 1:1, dicukupkan volumenya dengan aquadem sampai tanda batas, kemudian dikocok sampai homogen sehingga didapat larutan standar merkuri dengan konsentrasi 0 μgL, 1 μgL, 5 μgL, 10 μgL, 15 μgL, dan 20 μgL. Masing-masing larutan standar merkuri dipindahkan ke wadah sampel untuk diinjeksikan ke alat ICP-OES. Disiapkan juga larutan SnCl 2 2 dan HCl : aquadem 1:1. Larutan standar merkuri, SnCl 2 2 dan HCl : aquadem 1:1 diinjeksikan ke alat ICPS dalam waktu yang sama. Setelah itu diamati intensitasnya pada panjang gelombang terpilih. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan antara konsentrasi dengan intensitas yang diperoleh. Setelah didapatkan kurva kalibrasi, ditentukan persamaan garis regresinya FSSAI, 2012 dengan modifikasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6 Validasi Metode

3.3.6.1 Uji Linearitas

Uji ini dilakukan setelah pembuatan kurva kalibrasi standar merkuri dan didapatkan persamaan garis regresi. Selanjutnya, koefisien korelasi r dihitung dari analisis regresi linier y = a + bx pada kurva kalibrasi ICH Guideline, 2005; Harmita, 2004. Keterangan : y = Intensitas yang terbaca a = Tetapan regresi dan disebut juga dengan intersep b = Koefisien regresi juga menyatakan slope = kemiringan x = Konsentrasi

3.3.6.2 Penentuan Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ

Sama seperti pada uji linearitas, penentuan LOD dan LOQ juga dilakukan setelah pembuatan kurva kalibrasi standar merkuri dan didapatkan persamaan garis regresi. Selanjutnya, LOD dan LOQ dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi berdasarkan rumus ICH Guideline, 2005; Harmita, 2004: LOD = 3Sy x Sl LOQ = 10Sy x Sl Sy x = ∑y − yi² n − 2 Keterangan : LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi Syx = Simpangan Baku Residual Sl = Slope b pada persamaan garis y = a+bx y = Intensitas yang terbaca yi = Intensitas yang sudah dimasukkan ke persamaan n = Frekuensi penentuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6.3 Uji Presisi

Uji ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel krim sarang burung walet Krim A-1 yang dipilih dari 4 sampel krim yang tersedia. Sebanyak 0,3 g sampel krim ditimbang ke dalam 6 erlenmeyer asah. Kemudian ditambahkan 1-2 butir batu didih serta 5 ml HNO 3 p dan 5 ml H 2 SO 4 p . Selanjutnya sampel didestruksi menggunakan refluks hingga sampel larut bening dan asap coklat menghilang. Setelah itu sampel diteteskan H 2 O 2 sebanyak 2 tetes lalu didinginkan. Larutan sampel hasil destruksi dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan aquadem sampai tanda batas. Dikocok sampai homogen. Larutan sampel yang keruh disaring dengan kertas saring Whatman No.42. Larutan sampel dipindahkan ke wadah sampel untuk diinjeksikan ke alat ICP- OES. Disiapkan juga larutan SnCl 2 2 dan HCl : aquadem 1:1. Larutan sampel, SnCl 2 2 dan HCl : aquadem 1:1 diinjeksikan ke alat ICP- OES dalam waktu yang sama. Setelah itu dianalisis pada panjang gelombang terpilih dan diamati konsentrasi yang didapat ICH Guideline, 2005; Wijaya, 2013 dengan modifikasi. Presisi dihitung dengan cara sebagai berikut Harmita, 2004: 1. Hasil analisis adalah x 1 , x 2 , x 3 , x 4 ...x i , maka simpangan bakunya SD adalah : SD = ∑ x − x ² n − 1 Keterangan : x = nilai dari masing-masing pengukuran x = rata-rata mean dari pengukuran n = frekuensi penentuan 2. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi KV adalah : KV = SD x x 100