UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan secara luas dalam produk obat pencahar, obat cacing, dan serbuk gigi. Sejak saat itu telah digantikan oleh agen yang lebih aman dan lebih
efektif. Bahan kimia lainnya yang mengandung merkuri masih digunakan sebagai antibakteri. Produk tersebut termasuk mercurochrome mengandung
sejumlah kecil merkuri, 2, timerosal dan fenilmerkuri nitrat, yang digunakan dalam jumlah kecil sebagai pengawet dalam beberapa obat resep
dan obat bebas ATSDR, 1999. Timerosal digunakan sebagai pengawet dalam larutan lensa kontak lunak sedangkan fenilmerkuri nitrat digunakan
sebagai pengawet dalam sediaan tetes mata Rowe, Sheskey Owen, 2006.
2.4.4 Persyaratan Kadar
United States Food and Drug Administration US FDA pada tahun
1992 menetapkan kadar maksimum merkuri dalam kosmetik yang dapat diterima yaitu 1
μgg Amponsah, 2010. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 445MENKESPERV1998
tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetika, raksa dan senyawanya dilarang digunakan dalam kosmetika
kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal sebagai pengawet dalam sediaan sekitar mata, maksimum 0,007, dihitung sebagai Hg.
2.4.5 Toksisitas
Pajanan akut terhadap uap merkuri bisa menyebabkan gejala dalam beberapa jam berupa rasa lemah, menggigil, rasa logam, mual, muntah,
diare, batuk dan sesak napas. Pajanan kronis terhadap uap merkuri menyebabkan toksisitas yang timbul lambat terutama gejala neurologis yang
disebut sindrom vegetatif astenik. Sindrom ini terdiri dari gejala neurastenik ditambah tiga atau lebih gejala berikut : peningkatan ambilan yodium
radioaktif oleh kelenjar tiroid, takikardia, nadi labil, gingivitis, dermografia dan peningkatan merkuri dalam urin. Pajanan yang terus-menerus
menimbulkan tremor dan perubahan psikologis misalnya depresi, iritabilitas, rasa malu berlebihan, insomnia, emosi labil, pelupa, bingung dan gangguan
vasomotor perspirasi berlebihan dan kemerahan di wajah keseluruhan gejala ini disebut eretism Gunawan, 2009.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Merkuri anorganik dan ionik misalnya, merkuri klorida dapat menyebabkan toksisitas akut berat. Pengendapan protein selaput lendir
akibat garam merkuri mengakibatkan warna mulut, faring dan saluran cerna keabu-abuan disertai nyeri hebat dan muntah. Efek korosif Hg anorganik
pada mukosa usus menyebabkan hematoschezia yang ditandai dengan mukosa lepas dalam tinja. Efek sistemik paling serius dan paling sering
terjadi akibat Hg anorganik ialah toksisitas renal. Terjadi nekrosis tubuli ginjal disertai oliguria atau anuria; namun kerusakan glomerular lebih
menonjol Gunawan, 2009. Sindrom akrodinia pink disease umumnya juga akibat pajanan kronis
terhadap ion merkuri anorganik. Sindrom akrodinia berupa eritem ekstremitas, dada dan wajah, dengan fotofobia, diaforesis, mual, takikardia,
dan sembelit atau diare. Kompleks gejala ini terlihat secara eksklusif akibat termakannya merkuri dan diduga merupakan reaksi hipersensitivitas
terhadap merkuri Gunawan, 2009. Kebanyakan data toksikologi Hg organik pada manusia menyangkut
metilmerkuri sebagai akibat pajanan tidak sengaja. Gejala pajanan metilmerkuri sebagian besar bersifat neurologis seperti gangguan
penglihatan skotoma atau penyempitan medan penglihatan, ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan pendengaran, disartri, kemunduran
mental, tremor, gangguan motorik, paralisis dan kematian. Efek metilmerkuri pada fetus dapat terjadi walaupun ibunya asimtomatik, yaitu
berupa kemunduran mental dan gangguan neuromuskular Gunawan, 2009.
2.4.6 Merkuri dalam Produk Pemutih Kulit
Senyawa merkuri telah digunakan dengan berbagai keberhasilan dalam mencerahkan pigmen kulit. Ion-ion merkuri diduga menghambat
sintesis melanin, pigmen hitam yang bertanggung jawab untuk penggelapan kulit Giunta et al., 1983 dalam Amponsah, 2010.
Sediaan kosmetik yang mengandung senyawa merkuri seringkali digunakan dengan keteraturan serta frekuensi untuk jangka waktu lama.
Penggunaan kronis sediaan pemutih kulit yang mengandung merkuri ini mengakibatkan akumulasi merkuri di dalam tubuh setelah menyerap melalui
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kulit; khususnya di ginjal terutama menumpuk di wilayah tubular, sehingga menyebabkan terjadinya reaksi parah Giunta et al., 1983 dalam Amponsah,
2010. Merkuri yang diaplikasikan pada kulit akan bereaksi dengan sinar