Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Permohonan

‘mama seminggu lagi kami ujian, SPP ku belum lunas sebulan lagi’ Mama : marsongot ma bayar i besok T bayar itu ‘besoklah bayar itu’ Tuturan di atas, tampak menjelaskan bahwa tuturan konstruksi nonimperatif, terdapat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Tuturan 15 Uma saminggu nai hami ujian, SPP hu dang lunas sabulan nai, merupakan kalimat deklaratif berita, namun mitra tutur menanggapinya sebagai imperatif desakan karena tuturan tersebut ditandai penanda sabulan nai yang berfungsi sebagai penekan desakan.

4.2.5 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Permohonan

Secara struktural, di dalam BBT imperatif yang mengandung makna permohonan biasanya ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan “mangido”. Selain itu, partikel ma- juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tutur imperatif permohonan. Seperti tuturan di bawah ini. Tuturan 16 dituturkan seseorang ketika berdoa. Dalam doa, dia memohon ampun buat segala dosanya. Permohonan tersebut ditandai dengan kata “mangido” mohon. Contoh : 16. mangido ampun tu sude dosa nami Tuhan mohon ampuni segala dosa kami Tuhan Tuturan tersebut dapat diparafrasakan atau diubahujudkan menjadi, seperti tuturan berikut ini. Contoh : 38 Universitas Sumatera Utara 17. hu pangido asa Tuhan ma mangampuni sude dosa na di bahen hami, asa unang tarhalang holongmu tu hami”. aku memohon supaya Tuhan T mengampuni segala dosa yang kami buat supaya tidak terhalang kasih-Mu. ‘aku memohon supaya Tuhanlah mengampuni segala dosa yang kami buat supaya tidak terhalang kasih-Mu’. Melihat tuturan 17 hu pangido asa Tuhan ma mangampuni sude dosa na di bahen hami, asa unang tarhalang holongmu tu hami, tampak bahwa tuturan tersebut lebih santun dan halus dibandingkan tuturan 16 mangido ampun tu sude dosa nami Tuhan, karena tuturan tersebut disertai unsur-unsur lingual lain yaitu pertikal ma- dan penanda pangido yang berfungsi sebagai pemerhalus tuturan imperatif pragmatik yang bermakna permohonan, sehingga tuturan tersebut memiliki kadar kesantunan yang tinggi sedangkan tuturan 16 memiliki kadar kesantunan yang lebih rendah. Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk imperatif lainnya, dalam kegiatan bertutur sesungguhnya, makna pragmatik imperatif permohonan tidak selalu diungkapkan dalam konstruksi imperatif melainkan dapat dilihat melalui konstruksi nonimperatif, seperti pada contoh berikut. Tuturan seseorang ibu kepada tetangganya, yang sedang membutuhkan uang untuk SPP anaknya. Si tetangga datang ke rumah mitra tutur eda dengan tujuan memohon, supaya si mitra tutur terlebih dahulu memberikan upah si tetangga penutur. Contoh : 18. tetangga : eda hami ma mangula hauma munai eda kami T mencangkul sawah kalian itu ‘eda kamilah mencangkul sawah kalian itu’ 39 Universitas Sumatera Utara Eda : olo eda, nungga denggani ale sadia ma lehononku hepengon tu eda yah eda, sudah bagus itu tetapi berapa T kuberikan uang ini kepada eda ‘yah eda, sudah bagus itu tetapi berapalah kuberikan uang ini kepada eda Dari contoh tuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif permohonan dapat dibentuk dengan dua cara yaitu dengan konstruksi imperatif ditandai dengan mangido ‘meminta’, dan tuturan berupa wujud konstruksi nonimperatif yang didalamnya tidak mengandung makna imperatif namun bagi mitra tutur, tuturan 19 termasuk perintah. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat situasi konteks tutur yang melatar belakanginya, bahwa mitra tutur terlebih dahulu memberikan uang sebagai upah bagi penutur.

4.2.6 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Bujuk