Tinjauan Pustaka KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtuanya atau gurunya, bila dibandingkan berbicara terhadap teman-temannya. Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruangan pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara. Namun, para partisipan dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Keys, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Bentuk ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register. Norm or interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. Berdasarkan keterangan diatas, peneliti dapat melihat kompleksnya suatu peristiwa tuturan yang telah terlihat, atau dialami sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut: 15 Universitas Sumatera Utara Hasibuan 2005 mengkaji tentang perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan bahasa dalam bahasa Mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak tutur versi Searle, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Juga membahas jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung. Rahardi 2005 dalam bukunya yang berjudul Kesantunan Imperatif Dalam Bahasa Indonesia yang mengungkapkan tentang kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan si penutur. Selain itu dalam buku ini juga dibahas wujud formal dan wujud pragmatik. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau formalnya sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut makna pragmatiknya. Ida Luthfiyanti 2007 dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Imperatif dalam Interaksi antara Santri Putri Pompes Sunan Drajat Banjarnyar Paciran Lamongan Jawa Timur. Membahas tentang wujud pemakaian kesantunan imperatif dan makna dasar imperatif yang digunakan dalam interaksi antarsantri putri pondok pesantren sunan drajat banjarnyar paciran Lamongan. Terdapat dua wujud pemakaian kesantunan imperatif pada pesantren tersebut menjadi wujud imperatif dan kesantunan imperatif. Bentuk imperatif santri terhadap ustadzah dan pengurus dipastikan tidak ada. Salah satu faktornya adalah norma-norma di santri untuk selalu hormat kepada ustadzah dan pengurus mengingat status mereka yang lebih tinggi. Lasmaina Simarmata 2009 dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Imperatif dalam Bahasa Simalungun yang membicarakan tentang kesantunan nilai imperatif dan wujud imperatif bahasa Simalungun. Dalam bahasa Simalungun terdapat lima bagian nilai komunikatif yaitu; kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat 16 Universitas Sumatera Utara imperatif ajakan, kalimat imperatif suruhan. Terdapat dua wujud imperatif dalam bahasa Simalungun yaitu wujud formal imperatif dan wujud pragmatik. Khairina Nasution 2008 dalam jurnal ilmiah ilmu bahasa yang berjudul Tindak Tutur dan Kesantunan dalam Bahasa Mandailing. Menyimpulkan bahwa dalam bertindak tutur masyarakat Mandailing tetap menjaga kesantunannya sesuai dengan budaya yang ditanamkan kepada masyarakatnya. Untuk mendukung kesantunan tersebut, terdapat dua prinsip umum kesantunan dalam berinteraksi sosial yaitu; 1 kesantunan positif dan 2 kesantunan negatif. Seseorang yang dikaitkan memiliki kesantunan positif apabila ia memiliki siasat bertutur yang menggambarkan adanya solidaritas dengan pendengarnya dan kesantunan negatif merujuk kepada tuturan yang orientasinya menyelamatkan muka negatif orang lain. Berdasarkan beberapa sumber di atas, maka dapat dijadikan sebagai sumber sejumlah data yang relevan dan berhubungan dengan penelitian kesantunan imperatif BBT karena hasil penelitian sebelumya dapat menjadi informasi bagi peneliti untuk memperoleh analisis yang lebih lengkap dengan menggunakan teori tindak tutur, kesantunan berbahasa, konteks situasi, dan kalimat imperatif. Oleh karena itu, Kesantunan Imperatif dalam BBT sama sekali belum pernah diteliti, dan pada kesempatan ini akan diteliti tentang bagaimanakah wujud formal kesantunan imperatif dalam BBT dan bagaimanakah wujud pragmatik kesantunan imperatif dalam BBT. 17 Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Silaga-laga, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan pada tanggal 09-15 Agustus 2010.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah keseluruhan pemakaian bahasa yang tidak diketahui batas- batasnya akibat luasnya daerah Humbang dan banyaknya orang yang memakai bahasa tersebut Sudaryanto, 1990:36. Populasi penelitian ini adalah penutur BBT di Kecamatan Doloksanggul, Desa Silaga-laga. Sampel adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mewakili dari satu populasi Sudaryanto, 1990:30. Dalam penelitian ini penulis mengabil sampel sebanyak 10 informan. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan bersifat purposive sampling yang berarti bahwa unit sampel yang diambil akan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan agar mengarah kepada pencapaian peneliti Nawawi dan Martini, 1993:157. Dalam penelitian ini unit sampel yang akan diambil harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu yaitu: 1. Berjenis kelamin pria atau wanita; 2. Berusia antara 8-50; 3. Merupakan warga setempat; 4. Berpendidikan maksimal tamatan pendidikan dasar SD-SLTP; 18 Universitas Sumatera Utara