Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Ajakan Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Izin

Tuturan 28 bisa saja ditafsirkan sebagai kalimat delekratif, namun bagi mitra tutur, tuturan tersebut merupakan konstruksi pragmatik imperatif yang berupa persilaan yang bermaksud supaya mitra tutur segera pulang karena penutur mau jemput mamanya.

4.2.9 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Ajakan

Imperatif ajakan adalah imperatif yang bermakna ajakan, biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan toe dan beta. Kedua penanda kesantunan tersebut sama-sama bermakna ajakan. Kedua penanda tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tuturan-tuturan di atas menunjukkan penanda kesantunan imperatif ajakan. Tuturan 29 diungkapkan isteri paman kepada keponakannya, ketika keluarga si penutur mau makan malam, sedangkan tuturan 30 diungkapkan seseorang kepada tetangganya, ketika mereka berada di sawah dan si penutur bermaksud mengajak tetangganya tersebut untuk istirahat Contoh : 29. toe mangan bere, unang maila ‘ayo makan keponakan, jangan malu’ 30. beta, maradi jolo hita mari istrahat dulu kita Dari kedua contoh di atas, dapat dilihat fungsi penanda kesantunan seperti toe pada tuturan 29 toe mangan bere, unang maila dan beta pada tuturan 30 beta, maradi jolo hita. Tetapi tuturan 29 lebih santun karena pada tuturan tersebut terdapat penanda kesantunan tutur sapa bere yang berfungsi sebagai penunjuk keakraban. Sebagaimana pada konstruksi yang berwujud tuturan imperatif, dapat juga dilihat tuturan yang bermakna pragmatik nonimperatif, seperti pada contoh berikut ini. Tuturan berikut dituturkan seorang adik kepada abangnya. Ketika 45 Universitas Sumatera Utara abangnya baru pulang kerja dan baru gajian. Secara tidak langsung si adik mengajak abangnya makan enak. Contoh : 31. bang nungnga bulan muda nuaengkan, naeng mangallang na tabo au ‘bang sudah bulan muda sekarangkan, mau makan yang enak aku’ Kalimat tersebut dapat ditafsirkan sebagai kalimat interogratif tanya, namun bagi mitra tutur tersebut sebagai imperatif, walaupun dalam tuturan tersebut tidak terdapat penanda imperatif tetapi tuturan tersebut mengandung makna imperatif ajakan.

4.2.10 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Izin

Imperatif bermakna pragmatik permintaan izin bertujuan untuk memberikan izin, biasanya ditandai dengan penggunaan penanda kesantunan boi dan buat. Kadang-kadang penanda tersebut disertai pertikel –ma. Dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tuturan-tuturan di atas sama-sama menunjukkan imperatif permintaan izin. Tuturan 32 diungkapkan tukang giling padi kepada Robet mitra tutur, sementara tuturan 33 diungkapkan seseorang kepada adeknya, ketika dia baru memasak bubur dan baru mendinginkannya . Contoh : 32. Robet, buat ma boras i sakaleng nai da Robet, ambil T beras itu sekaleng lagi yah ‘Robet, ambilah beras itu sekaleng lagi yah’ 33. Rina, nungga boi ho mangallang bubur i Rina, sudah boleh kau makan bubur itu 46 Universitas Sumatera Utara Tampak jelas pemakaian penanda kesantunan buat dan pertikel –ma pada tuturan Robet, buat ma boras i sakaleng nai da Yang berfungsi sebagai pemerkuat penanda kesantunan sekaligus pemerhalus tuturan tersebut sehingga kadar kesantunan itu lebih tinggi. Sementara penanda kesantunan boi dapat dilihat pada tuturan Rina, nungga boi ho mangallang bubur i yang berfungsi sebagai penanda imperatif izin. Di dalam BBT juga terdapat kontruksi berupa wujud pragmatik permintaan izin nonimperatif, seperti pada contoh berikut. Tuturan berikut dituturkan seseorang kepada bibinya, ketika mereka bertemu ditengah jalan. Secara tidak langsung si penutur meminta izin kepada bibinya supaya si penutur bisa datang untuk mengantarkan tunjangan orangtua si penutur. Contoh : 34. namboru, molo boi ro do au anon sore tu jabu manaruhon tumpak ni uma da bibi, kalau boleh datang aku nanti sore ke rumah mengantar tunjangan mama yah Tuturan tersebut dapat disebut sebagai kalimat delekratif namun bagi sebagian orang termasuk mitra tutur menanggapinya sebagai imperatif. Tuturan tersebut tidak menunjukkan penada kesantunan permintaan izin namun tuturan itu mengadung makna imperatif. Jadi, melalui situasi konteks tuturlah dapat mengetahui maksud atau makna yang terdapat pada tuturan itu.

4.2.11 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Mengijinkan