Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Anjuran Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”

Di dalam komunikasi keseharian, imperatif yang bermakna pragmatik pengucapan selamat juga banyak ditemukan pada wujud tuturan nonimperatif. Seperti pada contoh berikut. Tuturan yang disampaikan seorang anak kepada ibunya, ketika dia mendapat juara I di sekolahnya. Contoh : 47. Anak : “uma juara I au di kelas nami” ‘ibu, juara I aku di kelas kami’ Ibu : “bah…. Malo nai anaki” ‘wah…. Pintar kali anaku ini’ Di dalam tuturan itu tidak terdapat kalimat imperatif tetapi dapat dikatakan sebagai kalimat berita. Namun bagi mitra tutur, tuturan tersebut sebuah imperatif yang menyatakan pemberian selamat. Jadi, di dalam pragmatik tuturan berupa kalimat berita bias saja mengandung makna imperatif.

4.2.16 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Anjuran

Imperatif yang mengandung makna anjuran di dalam BBT biasanya ditandai dengan penanda kesantunan dengganna sebaiknya. Seperti pada contoh berikut ini. Tuturan berikut disampaikan seorang ayah kepada anaknya yang baru gajian. Dia bingung mau menyimpan uangnya. Contoh : 48. dengganna, hepeng i tabungma tu bank ‘sebaiknya, uang itu tabunglah ke bank’ 55 Universitas Sumatera Utara Penanda “dengganna” sebaiknya menunjukkan kesantunan pada tuturan itu sekaligus berfungsi sebagai penunjuk makna anjuran. Selain itu, tuturan tersebut disertai pertikel –ma yang berfungsi sebagai penghalus tuturan yang disampaikan si penutur. Imperatif yang bermakna pragmatik anjuran mudah ditemukan di dalam komunikasi keseharian. Maksud atau makna pragmatik imperatif itu dapat juga diwujudkan dengan tuturan- tuturan nonimperatif seperti pada contoh berikut. Tuturan berikut disampaikan kepala desa kepada warganya di dalam sebuah rapat desa. Contoh : 49. adong dope keluarga di huta ta on na so mangurus KTP? ‘masih ada keluarga di kampung kita ini yang belum mengurus KTP?’ Tuturan yang disampaikan kepala desa tersebut dapat ditafsirkan sebagai kalimat tanya, namun bagi mitra tutur menaggapinya sebagai imperatif bermakna anjuran karena tuturan tersebut mengandung makna pragmatik anjuran, supaya mitra tutur memberitahukan warga yang belum mempunyai KTP melapor kepada kepala desa.

4.2.17 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”

Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Dalam tuturan BBT makna imperatif melarang, lazimnya diungkapkan dengan penanda kesantunan “unang” jangan, namun pada imperatif “ngelulu” penanda tersebut tidak digunakan melainkan menggunakan tuturan biasa. Untuk memperjelas pernyataan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tuturan 50 disampaikan isteri kepada suaminya yang pulang 56 Universitas Sumatera Utara larut malam dari kedei. Si isteri marah melihat suaminya yang selalu berada di kedei. Tuturan 51 disampaikan ibu pada anaknya yang selalu berada di depan tv, seolah-olah anak sekolah liburan. Contoh : 50. pak ucok, di lapoima ho torus, alana boi do hita mangolu sian i ‘pak ucok, di kedei itulah kau terus, karena bisa kita hidup dari situ’ 51. torushon manonton, asa dapot putten 100 ho ujian marsogot ‘teruskan menonton, biar dapat nilai 100 kau ujian besok’ Tampak jelas pada contoh di atas, bahwa imperatif pragmatik menyatakan “ngelulu” tidak diungkapkan dengan penanda kesantunan jangan atau yang menyatakan larangan tetapi diungkapkan dengan tuturan imperatif biasa.

4.3 Wujud Formal Kesantunan Imperatif dan Wujud Pragmatik Kesantunan Imperatif