hubungannya dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakangi munculnya tuturan imperatif itu. Konteks tersebut mencakup banyak hal, seperti lingkungan tutur, nada tutur, peserta tutur,
dan aspek-aspek konteks situasi tutur masyarakat Batak Toba. Keberagaman bentuk tuturan imperatif ini dapat menunjukkan adanya perbedaan antara imperatif formal dengan imperatif
pragmatik.
4.1 Analisis Wujud Formal Kesantunan Imperatif dalam Bahasa Batak Toba
Telah dijelaskan di atas bahwa ciri formal atau struktural imperatif adalah realisasi maksud imperatif bila dikaitkan dengan ciri formal atau strukturalnya. Adapun wujud formal
kesantunan imperatif tersebut meliputi; imperatif aktif dan imperatif pasif. Kedua macam wujud tersebut akan diuraikan pada bagian berikut.
4.1.1 Imperatif Aktif
Imperatif aktif dalam BBT dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya menjadi dua macam, yaitu; imperatif aktif yang berciri transitif dan imperatif aktif yang berciri tidak transitif.
Pada uraian berikut kedua macam wujud imperatif aktif tersebut akan dijabarkan dengan menggunakan contoh-contoh tuturan.
A Imperatif Aktif Tidak Transitif
Rahardi 2005:88 menjelaskan bahwa kalimat tidak transitif atau tak transitif adalah kalimat yang tidak menghendaki berobjek dan tak berpelengkap. Imperatif aktif berciri tidak
transitif dalam BBT dapat dibentuk dengan melihat contoh berikut ini. Tuturan 1 dituturkan seseorang kepada temannya pada saat berdebat karena ada salah paham dan akan berkelahi, dan
tuturan 2 dituturkan seseorang kepada teman sekelasnya pada saat pulang dari sekolah. Teman yang satu berjalan kaki, sedangkan yang satunya mengendarai sepeda motor.
24
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 1a.
ro son molo berani kemari, kalau berani
1b. ho ro son molo berani
kau kemari kalau berani 1c .
ro son ma molo berani kemari T kalau berani
‘kemarilah kalau berani’ Dari contoh di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa tuturan diatas menunjukkan wujud
kesantunan imperatif aktif tidak transitif. Pemakaian tutur sapa ho pada tuturan 1b ‘ho ro son molo berani’ berfungsi sebagai penanda kesantunan. Selain itu, tuturan tersebut lebih santun
dibandingkan 1a ‘ro son molo berani’ karena tuturan tersebut menunjukkan kadar imperatif yang lebih tinggi dan kadar kesantunannya lebih rendah, sedangkan tuturan 1c ro son ma molo
berani memiliki tingkat kesantunan yang lebih tinggi dibandingkan tuturan 1a dan 1b karena tuturan tersebut ditandai pertikel ma- yang berfungsi sebagai penekan penanda kesantunan dan
menunjukkan tuturan 1c lebih halus dibandingkan tuturan 1a dan 1b. Jadi, dari tuturan-tuturan itu dapat ditentukan bahwa tuturan yang lebih santun ialah tuturan 1c, sedangkan penanda
verba imperatif aktif tidak transitif pada tuturan tersebut ditandai kata dasar ro son kemari pada setiap tuturan 1.
Bentuk imperatif tidak transitif dalam contoh tersebut ditentukan dengan ketentuan: pertama, menghilangkan subjek yang lazimnya berupa persona kedua seperti ho pada tuturan 1b
dan 1c. Kedua, mempertahankan bentuk verba apa adanya, ro so kemari. Ketiga, menambah
25
Universitas Sumatera Utara
partikel ma- pada bagian tertentu tuturan untuk memperhalus maksud imperatif aktif tersebut pada tuturan 1c.
B Imperatif Aktif Transitif
Kalimat transitif adalah kalimat yang menuntut kehadiran objek atau pelengkap. Oleh karena itu, untuk membentuk tuturan imperatif aktif transitif, berlaku ketentuan yang telah
diuraikan dalam membentuk tuturan aktif tidak transitif, dan yang membedakan keduanya adalah bahwa untuk membentuk kalimat imperatif aktif transitif verbanya disertakan atau dibuat tanpa
menggunakan awalan ma-. Seperti pada contoh tuturan berikut, tuturan 2 dituturan seseorang kepada adeknya, ketika adeknya bangun kesiangan dan si penutur sudah capek membersihkan
rumah. Tuturan 3 dituturkan seseorang kepada isteri saudara laki-lakinya, ketika datang berkunjung kerumahnya.
Contoh: 2a. sunsi baju i
cuci baju itu 2b. ho manunsi baju i
kamu mencuci baju itu 2c. Sunsi ma baju i
cuci T baju itu ‘cucilah baju itu’
3a. loppa kue tu pesta i masak kue ke pesta itu
3b. eda mangaloppa kue tu pesta i da eda memasak kue ke pesta itu da
26
Universitas Sumatera Utara
3c. loppa ma kue tu pesta i da Masak T kue ke pesta itu ya
‘masaklah kue ke pesta itu ya’ Telah dijelaskan di atas, untuk membentuk imperatif aktif transitif dalam bahasa Batak
Toba, verbanya harus dibuat atau disertakan dalam tuturan tanpa menggunakan awalan prefiks ma-, seperti pada contoh tuturan 2a sunsi baju i dan 2c sunsi ma baju i, Jadi, sunsi termasuk
kedalam imperatif aktif. Dari contoh tersebut, dapat juga dilihat penanda kesantunan yaitu; pada tuturan 2b “ho manunsi baju i” disebut lebih santun dibandingkan tuturan 2a sunsi baju i,
karena kata ho termasuk penanda kesantunan dan menunjukkan kadar imperatif yang lebih rendah serta kadar kesantunan tinggi. Tetapi, dari tuturan-turan tersebut kesantunan yang lebih
tinggi ditunjukkan pada tuturan 2c Sunsi ma baju i karena tuturan tersebut disertai pertikal ma- yang berfungsi sebagai penanda kesantunan yang lebih halus dan sopan. Demikian juga, pada
tuturan 3b eda mangaloppa kue tu pesta i da lebih santun dibandingkan 3a loppa kue tu pesta i, tetapi akan semakin santun, apabila tuturan tersebut disertai pertikel ma- pada tuturan 3c
loppa ma kue tu pesta i da.
4.1.2 Imperatif Pasif