4.2.7 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Imbauan
Tuturan yang mengandung makna imperatif imbauan dalam BBT biasanya menggunakan partikel –ma. Selain itu, imperatif jenis ini sering pula digunakan bersamaan dengan ungkapan
penanda kesantunan mangido memohon. Seperti contoh berikut ini. Tuturan 22 diungkapkan kepala sekolah saat mengadakan rapat bersama orangtua murid tentang cara belajar anak-anak,
sedangkan tuturan 23 diungkapkan kemenakan kepada pamanya ketika si paman keadaan sakit dan kemenakannya mengimbaunya periksa ke dokter.
Contoh : 22. hami mangido tu natua-tua asa rap mamparhate-hateon parsiajaran anakkon ta
kami memohon kepada orangtua supaya sama-sama memperhatikan pelajaran anak- anak kita
23 . mangido ma au tu tulang, asa hatop lao periksa tu dokter Memohon T aku pada paman, supaya cepat pergi periksa ke dokter
Memohonlah aku pada paman, supaya cepat pergi periksa ke dokter Tuturan di atas sama-sama menunjukkan pragmatik imperatif yang menyatakan makna
imbauan, yang ditandai penanda kesantunan mangido pada tuturan 22 hami mangido tu natua- tua asa rap mamparhate-hateon parsiajaran anakkon ta dan penanda mangido yang disertai
pertikel ma- pada tuturan 23 mangido ma au tu tulang, asa hatop lao periksa tu dokter. Selain tuturan yang berupa konstruksi imperatif seperti di atas, terdapat juga maksud atau
makna tuturan pragmatik jenis nonimperatif, dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tuturan tersebut dituturkan kepala desa kepada pemuda-pemudi setempat. Secara tidak langsung kepala
desa mengimbau pemuda-pemudi untuk menjaga kebersihan kampung dengan cara bekerjasama. Contoh :
42
Universitas Sumatera Utara
24. porlu kerjasama paihashon huta on perlu kerjasama bersikan kampung ini
Tuturan tersebut berupa kalimat deklaratif berita yang disampaikan si penutur, namun mitra tutur menanggapinya sebuah imperatif yang menyatakan makna imbauan.
4.2.8 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa Batak Toba, lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan beta. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba lebih sering
memakai penanda kesantunan masuk disertai pertikel -ma dalam konstruksi imperatif persilaan. Dapat dilihat pada contoh untuk memperjelas pernyataan tersebut. Tuturan 25 berikut
dituturkan seseorang kepada temannya, yang datang berkunjung ke rumahnya, sementara tuturan 26 dituturkan seorang ibu kepada keluarganya yang baru datang dari kota.
Contoh : 25.
masuk ma tu jabu, unang maila-ila masuk T ke rumah, jangan malu-malu
‘masuklah ke rumah, jangan malu-malu’ 26.
beta tu jabu, anon hu taruhon pe ho silahkan ke rumah, nanti ku antar pun kau
Tuturan 25 tersebut menggunakan penanda kesantunan pertikel –ma yang berfungsi sebagai pemerhalus tuturan dan tuturan itu lebih tinggi mengandung kadar kesantunan
dibandingkan tuturan 26 yang memiliki penanda kesantunan beta. Dalam kehidupan sehari-hari, penanda kesantunan beta dan pertikal –ma digunakan
secara bersamaan. Hal tersebut terjadi karena kesantunan yang menunjukkan persilaan yang
43
Universitas Sumatera Utara
berlebihan. Seperti pada contoh berikut ini. Tuturan berikut disampaikan seorang ibu kepada tetangga kampungnya yang akan menyebar undangan pesta. Penutur menggunakan penanda
kesantunan beta dan masuklah secara bersamaan disertai pertikel –ma yang berfungsi memperkuat tuturan bentuk persilaan.
Contoh : 27. Beta, masuk ma jolo hamu tu jabu, anon karejo i
silahkan masuk T dulu kalian ke rumah, nanti kerjakan itu ‘silahkanlah, masuk dulu kalian ke rumah, nanti kerjakan itu’
Tuturan 27 ditafsirkan sebagai imperatif pragmatik yang menyatakan persilaan berlebihan karena pada tuturan tersebut menggunakan penanda kesantunan beta yang sebenarnya
telah menunjukkan makna persilaan namun pada tuturan itu disertai pertikel –ma yang memiliki fungsi sama dengan penanda beta.
Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan nonimperatif, dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Tuturan 28 berikut diungkapkan seseorang kepada temannya, ketika temannya datang berkunjung kerumah si penutur. Secara tidak langsung si penutur mempersilahkan mitra tutur
untuk pulang atau pergi karena si penutur mau jemput mamanya. Contoh :
28. teman 1 : nungnga sore, mangalap uma jolo au da ‘sudah sore, menjemput mama dulu aku yah’
teman 2 : olo, antong lao majo au da ‘yah, kalau begitu pergi dulu aku yah’
44
Universitas Sumatera Utara
Tuturan 28 bisa saja ditafsirkan sebagai kalimat delekratif, namun bagi mitra tutur, tuturan tersebut merupakan konstruksi pragmatik imperatif yang berupa persilaan yang
bermaksud supaya mitra tutur segera pulang karena penutur mau jemput mamanya.
4.2.9 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Ajakan