Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Permintaan Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Desakan

Bere : olo tulang, hu bahen pe kopi asa las tulang ya tulang, ku buat pun kopi supaya hangat tulang Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa tuturan 11 menyatakan maksud bertanya ditandai pertikal bah- yang terletak dibelakang kalimat dan di dalam kalimat interogatif BBT dapat berfungsi sebagai pemerhalus tuturan. Dengan kata lain, partikel bah- dapat dianggap sebagai salah satu penanda kesantunan. Namun , mitra tutur menanggapinya sebagai sebuah perintah yang bermakna suruhan, agar mitra tutur melakukan sesuatu kepada si penutur untuk menghangatkan badanya. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif suruhan dapat dibentuk dengan dua cara yaitu dengan cara konstruksi imperatif ditandai penanda kesantunan soba dan pemakaian tutur sapa tulang, dan dapat dibentuk dengan tuturan interogatif seperti “ehe, lam leleng tamba ngali do huta muna on bah?” yang ditandai pertikal bah- sebagai penanda kesantunan.

4.2.3 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Permintaan

Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan urupi atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan jolo seperti pada tuturan berikut ini. Tuturan 12 dituturkan seseorang ibu kepada tetangganya, supaya tetangga tersebut membantunya mencangkul sawahnya. Sedangkan tuturan 13 dituturkan seorang ibu yang jengkel kepada anak-anaknya, ketika anak-anaknya ribut di kamar. Contoh: 12. eda ,urupi ma jolo hami mangombak hauma eda, tolong T dulu kami mencangkul sawah 35 Universitas Sumatera Utara ‘eda, tolonglah dulu kami mencangkul sawah’ 13. guttur ma hamu torus ‘ribut T kalian terus ‘ributlah kalian terus’ Tuturan 12 tersebut dapat diparafrasakan atau diubahujudkan seperti tuturan-tuturan sebelumya, menjadi “au mangido tu eda asa mangurupi hami ma jolo mangombak hauma nami” saya meminta kepada eda supaya menolong kami mencangkul sawah kami dengan demikian, tuturan tersebut dapat dikatakan tuturan yang merupakan imperatif permintaan, selain itu tuturan tersebut ditandai penanda kesantunan permintaan mangurupi, jolo, dan pertikel ma- yang berfungsi sebagai pemerhalus tuturan tersebut dan menunjukkan kadar kesantunan yang tinggi. Sedangkan tuturan 13 diungkapkan dengan tuturan nonimperatif permintaan namun tuturan tersebut mengandung makna imperatif yaitu tuturan bermakna menyuruh anaknya untuk diam.

4.2.4 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Desakan

Di dalam BBT, tuturan imperatif dengan makna desakan menggunakan kata beta ’ayo’ sebagai penanda. Selain itu, kadang-kadang digunakan penanda hatop cepat dan ikkon harus secara bersamaan dan disertai partikel ba- pada awal kalimat yang berfungsi sebagai penanda kesantunan untuk memberi penekanan maksud desakan. Untuk lebih memperjelas hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Tuturan 14 dituturkan seorang kakak kepada adeknya, yang baru siap makan siang dan mau membantu orangtuanya ke ladang. Kemudian tuturan itu dapat diparafrasakan atau diubahujudkan menjadi tuturan 14b dan 14c. Contoh: 14a. tu porlak ho 36 Universitas Sumatera Utara ke ladang kau 14b. pahatop ba, ikkon ro ho tu porlak cepat T harus datang kau ke ladang ‘cepat yah, harus datang kau ke ladang’ 14c. beta ma tu porlak, asa mamutik kopi hita ayo T, ke lading biar memetik kopi kita ‘ayolah, ke lading biar memetik kopi kita’ Selain tuturan-tuturan tersebut dapat diparafrasakan, juga dapat dilihat penggunaan penanda kesantunan secara bersamaan di dalam tuturan, yaitu penanda pahatop, ba, dan ikkon pada tuturan 14b pahatop ba, ikkon ro ho tu porlak. Dari ketiga tuturan di atas, dapat juga dilihat bahwa masing-masing tuturan itu memiliki makna pragmatik imperatif desakan namun memiliki tingkat ketidaklangsungan imperatif desakan yang tidak sama. Tuturan 14c lebih halus dibandingkan tuturan 14a dan 14b karena di dalam tuturan tersebut terdapat penanda beta dan disertai pertikel -ma yang berfungsi sebagai pemerhalus tuturan itu sekaligus menunjukkan kadar kesantunan yang lebih tinggi. Sementara, tuturan 14a dan 14b memiliki kelangsungan imperatif desakan yang tinggi namun kadar kesantunan yang rendah, ditandai dengai pahatop dan ba sebagai penanda kesantunan imperatif pragmatik desakan. Selain tuturan di atas terdapat makna pragmatik imperatif desakan yang dapat juga ditunjukkan dengan tuturan konstruksi nonimperatif. Seperti pada contoh berikut. Tuturan berikut ini dituturkan anak kepada ibunya, si anak menunjukkan desakan kepada ibunya supaya secepatnya melunasi uang SPP sebelum ujian sekolah diadakan. Contoh: 15. Anak : Uma saminggu nai hami ujian, SPP hu dang lunas sabulan nai 37 Universitas Sumatera Utara ‘mama seminggu lagi kami ujian, SPP ku belum lunas sebulan lagi’ Mama : marsongot ma bayar i besok T bayar itu ‘besoklah bayar itu’ Tuturan di atas, tampak menjelaskan bahwa tuturan konstruksi nonimperatif, terdapat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Tuturan 15 Uma saminggu nai hami ujian, SPP hu dang lunas sabulan nai, merupakan kalimat deklaratif berita, namun mitra tutur menanggapinya sebagai imperatif desakan karena tuturan tersebut ditandai penanda sabulan nai yang berfungsi sebagai penekan desakan.

4.2.5 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Permohonan