Wujud imperatif dalam BBT, tidak selalu berupa konstruksi imperatif. Wujud pragmatik imperatif tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, tuturan-tuturan itu dapat berupa
tuturan konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif. Artinya adalah bahwa wujud kesantunan imperatif itu dapat ditentukan konstruksi imperatif secara langsung dan
konstruksi imperatif secara tidak langsung. Selanjutnya, masing-masing wujud pragmatik kesantunan imperatif tersebut diuraikan secara terperinci.
4.2.1 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Perintah
Makna pragmatik imperatif perintah dapat diwujudkan dengan tuturan imperatif langsung dan tuturan imperatif tidak langsung atau makna pragmatiknya dapat diketahui melalui konteks
situasi tutur yang melatarbelakanginya. Untuk memperjelas hal tersebut, dapat dilihat pada contoh tuturan berikut. Tuturan 7a dituturkan seseorang kepada adiknya, ketika si penutur baru
pulang dari ladang dan memerintah dengan situasi santai. Sedangkan tuturan 7b dituturkan seorang ibu kepada anak gadisnya yang lama pulang ke rumah dengan situasi yang menegangkan
karena si ibu marah-marah. Contoh:
7a. Andi lehon panggu ni ompung on Andi berikan cangkul kakek nenek ini
‘Andi, berikan canggul nenek ini’ Untuk membuktikan kedua contoh tersebut mengandung makna kesantunan pragmatik
imperatif perintah, maka dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubahwujud seperti lazim digunakan dalam analisis linguistik struktural yaitu teknik yang selalu mengakibatkan
berubahnya wujud salah satu atau beberapa unsur satuan lingual yang bersangkutan tanpa
31
Universitas Sumatera Utara
mengubah makna yang terkandung pada lingual tersebut, dengan kata lain, kembali menguraikan tuturan-tuturan tersebut dengan bentuk yang berbeda tanpa mengubah makna dari tuturan
tersebut. Oleh karena itu, tuturan 7a Andi lehon panggu ni ompung on dapat diubahwujudkan menjadi;
7b. Andi molo boi, lehon ma jolo panggu ni ompung on, asa maridi ho Andi kalau bisa, berikan T dulu cangkul nenek ini, baru mandi kau
‘Andi kalau bisa, berikanlah dulu cangkul nenek ini, baru mandi kau’ Tampak jelas bahwa tuturan itu memiliki makna yang sama dengan tuturan sebelumnya,
tetapi mengandung kalimat imperatif yang berbeda. Tuturan Andi lehon panggu ni ompung on, memiliki makna imperatif yang menyatakan makna perintah secara langsung kepada mitra tutur
yaitu supaya mitra tutur cepat memberikan cangkul nenek mereka, sedangkan tuturan ‘Andi molo boi, jolo lehon ma panggu ni ompung on, asa maridi ho’ memiliki makna imperatif perintah
yang menyatakan makna harapan, bahwa penutur berharap mitra tutur terlebih dahulu memberikan cangkul baru mandi. Dari kedua tuturan tersebut, dapat dilihat bahwa tuturan 7a
memiliki kadar imperatif yang lebih tinggi dari pada tuturan 7b. Hal itu ditandai dengan penanda kesantunan molo boi kalau bisa dan lehon ma berikanlah pada tuturan 7b yang
berfungsi sebagai memperhalus maksud tuturan tersebut. Di dalam pemakaian BBT pada kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa makna
pragmatik imperatif perintah yang tidak saja diwujudkan dengan tuturan imperatif seperti di atas, melainkan dapat juga diwujudkan dengan tuturan nonimperatif atau disebut juga dengan
imperatif tidak langsung. Makna pragmatik nonimperatif dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatar belakanginya. Contoh tuturan berikut dapat memperjelas pernyataan tersebut.
32
Universitas Sumatera Utara
Tuturan berikut disampaikan seorang isteri kepada suaminya, ketika mereka berada di dalam rumah sedang duduk santai sambil menunggu kedatangan ibu dari isteri.
Contoh : 8. Isteri : pak ucok nga sahat halak uma di loket ate
Pak bayi laki-laki, sudah sampe orang mama di stasiun ya ‘pak sudah sampe orang mama di stasiun ya’
Suami : olo… Yah…
Tuturan di atas dapat ditafsirkan mengandung beberapa macam-macam kemungkinan makna. Secara linguistik, di dalam BBT tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai kalimat
deklaratif berita kepada mitra tutur. Namun, bagi sebagian orang yang lain tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai sebuah perintah walaupun tidak secara langsung di dalamnya
terkandung makna imperatif. Si suami mitra tutur menanggapi tuturan si penutur sebagai perintah supaya cepat menjemput mertuanya ke stasiun. Dengan demikian, jelas bahwa terdapat
tuturan di sekitar masyarakat Batak Toba yang sebenarnya mengandung makna pragmatik imperatif namun wujud konstruksinya bukan tuturan imperatif. Hanya konteks situasi tuturlah
yang dapat menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan sebagai kalimat imperatif perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan dengan makna pragmatik yang lainnya.
4.2.2 Tuturan Bermakna Pragmatik Imperatif Suruhan