Bai’ Musawamah Yang Dilakukan Oleh Bank Kepada Broker A

c. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal ataupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah . d. Transaksi pertama antara penjual dan pembeli pertama haruslah sah, dan jika tidak sah maka tidak boleh dilakukan jual beli murabahah kepada pembeli kedua, karena murabahah merupakan jual beli dengan harga jual beli pertama disertai tambahan keuntungan tertentu. 3

3. Wakalah

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa akad wakalah ini bisa terjadi pada dua kondisi, pada kondisi pertama, akad wakalah terjadi ketika nasabah membuka rekening depositonya di bank karena pada saat tersebut pihak nasabah memberi kuasa kepada pihak bank untuk membeli komoditi seharga uang yang didepositokan ke bank. Sedangkan pada kondisi kedua, akad wakalah terjadi ketika nasabah memberi kuasa kepada pihak bank untuk menjual kembali komoditi tersebut. Dalam Hukum Islam wakalah adalah akad yang sah, yang dapat dilakukan dengan upah atau komisi atau free of chargegratis. Karena Rasulullah SAW pernah memberi komisi kepada para petugas penarik zakat, sebagaimana hadis menyebutkan dari Bisr ibn Said dari ibn al-Sa’idi berkata, “Umar ra pernah mempekerjakan aku untuk menarik zakat. Setelah pekerjaanku selesai, Umar memberiku upah, maka saya protes: “saya melakukan ini hanya karena Allah”. Umar ra menjawab, “Ambil saja apa yang 3 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat ,h. 119. diberikan kepadamu. Sungguh aku pernah dipekerjakan Rasulullah SAW dan beliau memberiku upah. 4 Dan jika akad wakalah menggunakan upah, maka bagi orang yang diberi kuasa wakil berlaku hukum pekerja pada ijarah. Sehingga ia wajib melaksanakan tugas yang diwakalahkan kepadanya. Ia tidak boleh meninggalkan pekerjaannya begitu saja tanpa ada uzur yang dapat dimaklumi. Seperti halnya wakalah terhadap broker yang biasanya mendapat fee sesuai kesepakatan setelah mereka melaksanakan tugas yang diwakalahkan kepadanya dengan tuntas. 5

4. Wa’ad

Selain akad- akad di atas, ternyata pada transaksi ini juga terdapat unsur janji sepihak wa’ad. Yaitu perjanjian sepihak oleh bank untuk membeli komoditi dari nasabah, yang masih dalam perdebatan, apakah janji tersebut mengikat secara agama dan legal formal. Adapun mayoritas fuqaha berpendapat bahwa janji hanya mengikat secara agama, dan tidak mengikat secara legal formal. Karena janji merupakan akad tabarru’, sedangkan akad tabarru’ tidaklah mengikat secara legal formal. 6 Sedangkan pendapat terkuat ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa janji mengikat secara hukum 4 Abu Daud, Sunan Abu Daud Mesir: Daar al- Fikr, Vol III, t.th, h. 134. 5 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 172-173. 6 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 62-63.