Pemenuhan Rukun dan Syarat akad jual beli musawamah
Ma’qud alaih barang dan
harga
ada. Yang ada adalah underlying asset
sebagai acuan penentuan harga dan spesifikasi lainnya.
Dapat dimanfaatkan
secara syara’
Barang dan harga tidak bisa dimanfaatkan secara syara’ karena
keduanya tidak pernah mengalami perpindahan kepemilikan dan tidak
pernah ada
Barang yang dijual itu
milik penjual ketika dijual
Barang yang dijual milik penjual dan
kadang penjual
tidak memilikinya
Dapat diserah terimakan Tidak pernah ada serah terima
barang ataupun harga. Kalaupun ada hanya sekitar 2 saja.
Barang dan harga harus diketahui dengan jelas
untuk mencegah
terjadinya perselisihan
Dalam perjanjian tertulis jelas spesifikasi harga dan barang.
Akadnya tidak dibatasi
dengan waktu
Dalam jual beli dibursa tidak ada batasan waktu yang ada batasan
kapan akad akan dilaksanakan.
Keterangan: T
= Terpenuhi TT
= Tidak terpenuhi
Sumber: Lukman Hakim Handoko. CMP dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, jual beli musawamah yang dimaksud tabel di atas adalah jual beli antara pihak bank yang mewakili
nasabah dengan broker. Adapun berdasarkan tabel di atas terdapat syarat-syarat yang tidak terpenuhi baik pada sighat, pelaku akad, dan objek akadnya. Pada
sighat , syarat yang tidak terpenuhi adalah syarat ijab dan qabul terjadi dalam
satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. Transaksi ini terjadi di bursa berjangka dimana
pembeli dan penjual tidak pernah tahu siapa lawan transaksinya. Mereka hanya melihat list pada papan elektronik. Oleh karenanya diperlukan regulasi yang
lebih syar’i terkait mekanisme jual beli pada bursa komoditi berjangka, sehingga orang-orang yang bertransaksi tahu siapa lawan transaksi mereka dan
hal tersebut bisa meminimalisir spekulasi yang terjadi. Kemudian pada rukun ma’qud ‘alaih terdapat empat syarat yang tidak
terpenuhi yaitu pertama objek dan harganya suci, karena sesungguhnya dalam bursa tidak pernah ada objek transaksi ataupun harga berdasarkan mata uang,
karena yang ada hanya underlying asset saja. Syarat kedua yang tidak terpenuhi adalah objek transaksi dapat dimanfaatkan secara syara’. Secara teknis di
lapangan barang dan harga dalam bursa tidak dapat dimanfaatkan menurut syara’ karena keduanya tersebut tidak pernah ada dan tidak pernah ada
perpindahan kepemilikan untuk dimanfaatkan oleh keduanya. Oleh karenanya dibutuhkan jiwa-jiwa ekonom rabbani yang tidak hanya menjadikan barang
sebagai justifikasi tanpa ada niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan transaksi.
Syarat ketiga adalah barang yang dijual adalah milik penjual. Di dalam bursa, komoditas ada dalam suatu tempat dan tidak pernah pindah terutama
emas di london penjual lebih banyak tidak memiliki barang karena yang mengeluarkan harga jual adalah lembaga kliring bukan penjual. Posisi jual atau
beli bisa dilakukan oleh siapa saja walaupun tidak punya barangnya. Terakhir syarat yang tidak terpenuhi adalah dapat diserahterimakan baik barang atau
harganya. Menurut survey hanya sekitar 2 terjadi serah terima barang. Kebanyakan adalah penyelesaian tunai layaknya judi zero sum game. Karena
tujuan utama transaksi ini bukanlah penyerahan barang dan harga, jadi secara umum tidak ada penyerahan barang dan harga. Padahal sebagaimana yang
penulis sampaikan sebelumnya bahwa Rasulullah SAW jelas melarang seseorang menjual sesuatu yang bukan miliknya, sebab hal tersebut akan
menimbulkan gharar. Oleh karenanya diperlukan perubahan mekanisme pada bursa komoditi berjangka, sehingga dapat meminimalisir gharar dan spekulasi
yang terjadi.