Perbedaan Tawarruq dengan ‘Inah
tersebut. Sehingga menurut jumhur ulama pendapat yang shahih adalah yang membolehkan.
44
Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjutnya. Para ulama klasik dari Mazhab Hanafi, Syafi’i dan Hanbali memandang
tawarruq sebagai transaksi yang diperbolehkan secara legal. Para ulama kotemporermodern juga memandang transaksi tawarruq diperbolehkan. Di
antara para ulama itu adalah Abdul Aziz Ibn Baz dan Muhammad ibn Salih al – Uthaymin. Dewan Pengawas Syariah DPS dari bank-bank syariah juga
mengizinkan transaksi tawarruq ini, termasuk DPS dari Al-Rajhi Bank dan Kuwait Finance House. Islamic Fiqh Academy yang beranggotakan negara
negara Islam yang tergabung dalam OKI pada konferensi tahunannya sesi ke 15 di kota Mekkah telah mengeluarkan resolusi yang mendukung
diperbolehkannya transaksi tawarruq dengan syarat pembeli tidak menjual kembali barang yang telah dibelinya kepada penjual pertama dengan harga
yang lebih rendah, langsung atau tidak langsung, karena jika itu terjadi, maka akan menyebabkan transaksi tersebut mengandung unsur riba.
45
Para ulama dari Mazhab Maliki tidak setuju dengan penjualan barang dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar, dan jika hal tersebut dilakukan
oleh seseorang yang mengambil keuntungan pinjaman, maka cara tersebut termasuk dalam kategori riba. Sebagian dari para ulama Mazhab Maliki
44
Ahmad bin Abdurrazaq al- Duwaisy, Fatwa-Fatwa Jual Beli. Penerjemah M. Abdul Ghoffar Bogor: Pustaka Imam As-Syafi’i, 2005, h.170.
45
Nibra Hosen,”Tawarruq”
diakses pada
7 Desember
2010 dari
http:nibrahosen.multiply.comjournalitem21.
menyatakan tidak setuju apabila si penjual itu memperaktekan transaksi ‘inah. Indikasi ini tampaknya membuat tawarruq adalah transaksi yang tidak
diperkenankan oleh Mazhab Maliki. Umar Ibn Abdul ‘Aziz and Muhammad Ibn–al Hasan tidak setuju dengan tawarruq. Ibnu Taimiyah dari Mazhab
Hanbali dan murid nya Ibn al-Qayim sangat tidak setuju dengan tawarruq dan menyamakan dengan katagori ‘inah. Sebagian dari ulama Hanafi telah
melarang transaksi ini dan menyamakannya dengan ‘inah, namun sebagian lagi seperti Ibn al-Humam mengatakan kalau tawarruq tidak terlalu disenangi atau
khilaf al –awla .
46