BAB IV AKAD DAN ANALISA PROBLEMATIKA PADA DEPOSITO BERBASIS
KOMODITI MURABAHAH
A.  Akad-Akad Yang Digunakan Pada Deposito Berbasis Komoditi Murabahah
Setelah  penulis  menjelaskan  alur  transaksi  deposito  berbasis  komoditi murabahah  pada  bab  sebelumnya,  sekarang  penulis  akan  menganalisa  akad-akad
apa saja yang digunakan pada transaksi tersebut. Dari  gambar  alur  transaksi  deposito  berbasis  komoditi  murabahah  yang
telah  dijelaskan  pada  bab  II,  jika  seorang  nasabah  membuka  rekening  deposito yang menggunakan sistem komoditi murabahah setidaknya melakukan tiga akad
kombinasi sebagai berikut;
1.  Bai’ Musawamah Yang Dilakukan Oleh Bank Kepada Broker A
Bai’  musawamah merupakan  jual  beli  dengan  harga  jual  yang
disepakati  oleh  penjual  dan  pembeli  dimana    pihak  penjual  biasanya merahasiakan  modal  yang dikeluarkan untuk membeli  barang  yang dijualnya
tersebut.
1
Jual  beli  ini  lebih  cenderung  pada  jual  beli  tawar  menawar  atau musawamah
kalau dilihat dari segi harga asalnya
2
.
1
Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat  Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h.109.
2
Abdur-Rahman al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, Terj. Jakarta: Darul Ulum. 2001. Cet 3. Jilid 6, h. 4.
56
Adapun pada posisi ini, bank bertindak sebagai wakil dari nasabahnya untuk  membeli  suatu  komoditas  pada  bursa  komoditi  berjangka.  Jika
ditelusuri  lebih  jauh,  sebenarnya  pihak  bank  tidak  langsung  membeli komoditas  dari  broker  akan  tetapi  pihak  bank  kembali  mewakilkan  kepada
broker untuk membelikan suatu komoditas di bursa berjangka. Karena hanya
broker yang bisa melakukan transaksi di bursa.
2. Murabahah
Murabahah merupakan  jual  beli  disertai  marjin  keuntungan  yang
disepakati  kedua  belah  pihak  dimana  pihak  penjual  memberitahukan  harga pokok pembelian serta keuntungan dari  barang  yang diperjualbelikan tersebut.
Adapun  akad  murabahah  ini  terjadi  ketika  komoditi  yang  telah  dibeli  nasabah dari bursa dijual kepada bank  secara tangguh deffered kepada nasabah sesuai
kesepakatan. Atau dalam kondisi lain pihak nasabah memberikan kuasa kepada pihak  bank  untuk  menjualkannya  kembali  kepada  broker  B  dengan  sistem
murabahah.  Dan    pada  kondisi  tersebut,    kedudukan  bank  hanya  sebagai  agen untuk kedua kalinya, sehingga bank hanya mendapatkan fee  dari transaksi ini.
Dalam  Islam  jual  beli  dengan  cara  murabahah  dibolehkan  oleh syariah dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.  Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki  hak kepemilikan telah berada di tangan penjual. Artinya bahwa keuntungan dan
risiko  barang  tersebut  ada  pada  penjual  sebagai  konsekuensi  dari kepemilkan yang timbul dari akad yang sah.
b.  Adanya  kejelasan  informasi  mengenai  besarnya  harga  perolehan  yang harus  diketahui  oleh  pembeli  karena  hal  ini  merupakan  salah  satu  syarat
sah murabahah.