18
terhadap doktrin dan sejarah Islam yang telah ditetapkan dengan „ijma konsensus
ulama dan qiyas inilah yang kemudian disebut dengan syariah. Menurut Yusuf Qardhawi, Syariat Islam itu terdiri atas:
5
1. Hukum-hukum yang telah ditetapkan langsung oleh nash al-Quran dan Sunnah secara jelas. Porsi bagian ini lebih sedikit, tetapi urgensinya
sangat besar. Ia merupakan dasar yang kokoh untuk bangunan syariat seluruhnya.
2. Hukum yang telah ditetapkan melalui jalan ijtihad oleh para ulama ahli fikih fuqaha dengan merujuk pada ketentuan al-Quran, Sunnah, atau
merujuk pada hukum-hukum yang tidak ada nashnya, misalnya melalui qiyas, istihsan, istishab, maslahatul murslah dan lain-lain.
Porsi pembagian yang kedua inilah yang paling banyak pembahasan hukum Islamnya. Ia merupakan kawasan kajian ilmu fikih dan bidang
garapan para fuqaha. Apabila berbicara tentang syariah, maka tidak bisa dipisahkan dari fiqh, hal
ini dikarenakan hubungan antara keduanya sangat erat. Fiqh adalah pemahaman tentang syariah, syariah merupakan landasan fiqh. Adapun fiqh dalam bahasa Arab
adalah Fiqh yang artinya faham atau pengertian. Adapun secara istilah disebut ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum Islam.
6
5
Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997, Cet, I, hal. 18
6
M. Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. 12, h. 51.
19
2. Sumber-Sumber Syariah Islam
Hukum-hukum amaliyah
yang diambil
dari dalil-
dalil syar’iyyah berlandaskan pada 4 dasar pokok, 1 al-Quran, 2 as-Sunnah, 3 al-
Ijma’, dan 4 al-Qiyas. Oleh sebagian ulama keempat landasan tersebut disepakati sebagai dalil.
Sepakat pula bahwa sistem penggunaan dalil dari keempat dalil tersebut dengan susunan: pertama, al-Quran; kedua, as-Sunnah; ketiga, al-
Ijma’; dan yang keempat, al-Qiyas.
7
Alasan mengenai penggunaan empat dalil tersebut adalah firman Allah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. QS. an-Nisa {4}: 59.
Berikut adalah pembahasan dalil yang empat tersebut.
a. Al-Quran
Secara etimologis al-Quran adalah masdar kata dasar dari kata qa-ra-a. Ada dua pengertian al-Quran dalam Bahasa Arab, yaitu Quran berarti
“bacaan” dan “apa yang tertulis padanya”.
8
Al-quran adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril ke dalam kalbu Rasulullah saw. dengan menggunakan
7
Prof. Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Penj. Prof. Drs. KH. Masdar Helmy, Bandung: Gema Risalah Pers, 1996, Cet. I, h. 36
8
Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I....., h. 1
20
bahasa Arab dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah penguat dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agara dijadikan sebagai undang-undang bagi
seluruh umat manusia, disamping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al- quran itu dikompilasikan dinatas dua ujung yang dimulai dari surat al-Fatihah dan
ditutup dengan surat an-Nas, yang sampai kepada kita secara tertib dalam bentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan
pergantiannya sekaligus dibenarkan oleh Allah di dalam firman-Nya:
9
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS. Al-Hijr {15}: 9.
Al-Syaukani menyebutkan pengertian al-Qur an sebagai berikut: “Kalam Allah
yang diturunkan kepada Muhammad Rasulullah, tertulis dalam mushaf dan dinukilkan secara mutawatir”. Sementara Fazlur Rahman sebagaimana yang dikutip
Khusnul Khatimah menyebutkan bahwa Al-Qur an adalah “Dokumen keagamaan dan
etika yang bertujuan praktis, yakni untuk menciptakan masyarakat yang bermoral baik dan adil, yang terdiri dari manusia-manusia shaleh, religius, memiliki
kesepakatan dan keyakinan akan adanya satu tuhan yang memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan.
10
9
Prof. Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh....., h. 39
10
Harun Nasrun, Ushul Fiqh I, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 2001, h. 19-20.
21
Firman Allah SWT. dalam Surat Al-Jatsiyah:
Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas syari‟at peraturan
dari urusan agama itu, maka ikutilah syari‟at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui.” QS. 45: 18
Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT. kepada rasul-Nya, supaya menjadi hujjah dalil baginya, dan menjadi undang-undang dustur bagi manusia. Secara
garis besar setidaknya hukum yang dikandung oleh al-Quran ada tiga macam, yaitu: Pertama, hukum-hukum akidah keimanan, yang bersangkut paut dengan hal-hal
yang harus dipercaya oleh setiap mukallaf, mengenai malaikat-Nya, kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari kiamat doktrin Aqoid. Kedua, hukum yang bersangkut paut
dengan hal yang harus dijadikan perhiasan oleh setiap mukallaf berupa suatu keutamaan dan menghindarkan diri dari kehinaan doktrin akhlak. Dan Ketiga,
hukum amaliyah yang bersangkut paut dengan hal tindakan setiap mukallaf yang meliputi ucapan, perbuatan, akad kontrak dan pembelanjaan pengelolaan harta
benda, atau dengan istilah doktrin syariah atau fikih.
11
b. Al-Hadits
Sunnah secara etomilogi bahasa berarti “jalan yang bisa dilalui” atau “cara
yang senantiasa dilakukan”, apakah cara yang baik atau buruk. Pengertian sunnah
11
Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushul Fiqh, penj. Noer Iskandar al-Barsany, MA dan Moh. Tolchah Mansoer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002, h. 39.