59
sedikit.
6. Politik dan Pemerintahan Kota Solok
Di Indonesia pada saat ini partai politik sangatlah berperan dan sangat dominan dalam menentukan kebijakan negara ataupun kebijakan daerah yang
tertuang dalam Undang-undang. Salah satunya adalah dengan disahkannya revisi terhadap Undang-undang Pemerintahan Daerah Nomor 22 Tahun 1999 menjadi
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah oleh DPR-RI dan sekaligus merekomendasikan bahwa pemilhan kepala daerah pilkada secara
langsung dimulai pada bulan Juni 2005. Dalam membicarakan pemerintahan di daerah prinsip utama yang harus
diingat bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Semua wilayah Indonesia berada pada satu tangan pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
Presiden. Dan pada setiap daerah dipimpin oleh kepala daerah masing-masing yang berkoordinasi dengan pemerintah pusat, dan pemilihan kepala daerah sepenuhnya
diserahkan ketangan masing-masing masyarakat daerah tersebut.
8
Pemilihan Kepala Daerah pilkada secara langsung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian integral dari proses
perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Pelaksanaan pilkada
langsung dapat dikatakan sebagai bentuk pengukuhan terhadap otonomi rakyat
8
Muchtar Pakpahan, Potret Negara Indonesia, Jakarta: Pustaka Forum Adil Sejahtera, 1996, h. 71-72
60
daerah dalam menentukan kepala pemerintahan daerah. Idealnya pemerintah yang dipilih secara langsung akan dapat melaksanakan fungsi dan kebijakan sesuai dengan
aspirasi masyarakat, karena diadakannya pilkada secara langsung bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan pemerintah.
9
Di berbagai daerah di Sumatera Barat ramai dengan slogan pemilihan kepala daerah pilkada badunsanak. Badunsanak di sini artinya “bersaudara”. Slogan
Pilkada Badunsanak ini justru sebenarnya terjadi di Kota Solok, seluruh pasangan calon terikat dalam tali darah kekeluargaan. Dari 14 calon, 7 merupakan putra asli
kota Solok. Ketujuh calon tersebut adalah Irzal Ilyas, Yanuardi, Mon Suhendra, Sukardi, Reinier, Sabri Yusni dan Amrinof Dias. Tujuh calon lainnya meski bukan
asli Kota Solok, tapi tetap mempunyai hubungan darah keturunan dan telah lama mengabdi di Kota Solok.
Namun, banyaknya calon-calon yang saling bersaudara tersebut, menjadikan suara sulit diprediksi. Bahkan, hal tersebut berdampak, hingga saat ini tak satupun
pasangan yang diprediksi bias mendominasi suara. Menanggapi fenomena “Badunsanak Sejati” di Kota Solok ini, Divisi Teknis dan Penyelenggaraan Pemilu
KPU Kota Solok Triati mengaku cukup gembira. Ia menilai, hingga kini potensi konflik antar calon sama sekali tidak terlihat. Triati mengharapkan dengan
9
Erlita Rachman, Coblos Kumisnya; Lika-Liku Menuju DKI 1, Jakarta: Fauzi Bowo Center, 2008, h. 152
61
persaudaraan yang dimiliki tersebut, masyarakat tidak terpecah karena perbedaan pilihan.
10
Tabel 04: Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2009
KecamatanKelurahan Banyaknya
Pemilih Banyaknya
Suara yang Sah I.
Lubuk Sikarah 1.
Tanah Garam 2.
VI Suku 3.
Sinapa Piliang 4.
IX Korong 5.
K T K 6.
Aro IV Korong 7.
Simpang Rumbio
7.866 4.056
992 1.313
1.428 1.984
4.901 3.965
2.105 491
676 716
998
2.449
II. Tanjung Harapan
1. Koto Panjang
2. P P A
3. Tanjung Paku
4. Nan Balimo
5. Kampung Jawa
6. Laing
1.738 4.585
4.043 5.246
4.047
967 844
2.293 2.027
2.636 2.088
382
Jumlah 43.166
21.670 Sumber: Kota Solok dalam Angka 2010
Tabel 03: Hasil Pemilu Presiden Tahun 2009
KecamatanKelurahan Banyaknya
Pemilih Banyaknya
Suara yang Sah III.
Lubuk Sikarah 8.
Tanah Garam 9.
VI Suku 10.
Sinapa Piliang
8.204 4.604
946 5.031
2.350 580
10
http:padang-today.com, diakses Senin, 29 November 2010