14
F. Sistematika Penulisan
Untuk  mendapatkan  gambaran  jelas  mengenai  materi  yang  menjadi  pokok penulisan  skripsi  ini  dan  agar  memudahkan  para  pembaca  dalam  mempelajari  tata
urutan  penulisan  ini,  maka  penulis  menyusun  sistematika  penulisan  ini  sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada  bab  ini  penulis  akan  membahas  Latar  Belakang  Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat  Penelitian,
Review  Studi  Terdahulu,  Metode  Penelitian,  dan  Sistematika Penelitian.
BAB II Syariah Islam, Taqnin Al-Ahkam dan Otonomi Daerah
Pada  Bab  II  ini  penulis  akan  membahas  Pengertian  Syariat  Islam, Sumber-Sumber  Syariat  Islam,  Sejarah  Perjuangan  Syariat  Islam  di
Indonesia,  Pengertian  Taqnin  Al-Ahkam,  Sejarah  Awal  Taqnin  Al- Ahkam,  Dasar  Pemikiran  Taqnin  di  Kalangan  Ulama  Klasik,
Pengertian Otonomi Daerah dan Sejarah Penerapan Otonomi Daerah di Indonesia, Otonomi Daerah dan Perda Keagamaan.
BAB III Gambaran Umum Kota Solok
Pada  bab  III  ini  penulis  akan  membahas  Sejarah  Kota  Solok,  Arti Lambang Kota Solok, Geografis dan Topografi Kota Solok, Sosial dan
Ekonomi  Kota  Solok,  Sosial  Keagamaan  Kota  Solok  dan  Politik  dan Pemerintahan Kota Solok.
15
BAB IV Wewenang  Pemerintah  Kota  Solok  Dalam  Penerapan  Perda
Keagamaan Pada  bab  IV  ini  penulis  akan  membahas,  Perda-Perda  Keagamaan  di
Kota  Solok,  Strategi  dan  Kebijakan  Pemerintah  Kota  Solok  dalam Mengimplementasikan  Perda  Keagamaan,  Dampak  Perda  Keagaaman
di Kota Solok dan Analisis Terhadap Perda Keagamaan di Kota Solok. BAB V
Penutup Pada  bab  kelima  ini  penulis  akan  menguraikan  kesimpulan  dari  bab
sebelumnya  serta  memberikan  saran  mengenai  Perda  Keagaaman Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Solok-Sumatera Barat.
16
BAB II SYARIAH ISLAM,
TAQNIN AL-AHKAM DAN OTONOMI DAERAH
A. Syariah Islam
1. Pengertian Syariah Islam
Secara  etimologis  bahasa , syariah berarti “jalan ke tempat pengairan” atau
“jalan  yang  harus  diikuti”  atau  tempat  lalu  air  di  sungai”.
1
Secara  terminologis istilah,  syariah  menurut  Syaikh  Mahmud  Syaltut,  mengandung  arti  hukum-hukum
dan  tata  aturan  yang  Allah  syariatkan  bagi  hambanya  untuk  diikuti.  Menurut  Faruq Nabhan secara istilah syariah berarti “segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada
hamba- hambanya.  Sedangkan  menurut  Manna’  al-Qathan,  syariah  berarti  “segala
ketentuan  Allah  yang  disyariatkan  bagi  hamba-hambanya,  baik  menyangkut  akidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
2
Kata  syariah  muncul  dalam  beberapa  ayat  al-Quran  seperti  pada  surat  al- Maidah  5:  48;  al-Syura  42:  13;  dan  al-Jatsiyah  45:  18,  yang  mengandung  arti
“jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan”. Dalam hal ini, agama yang ditetapkan  Allah  untuk  manusia  disebut  syariah,  dalam  artian  bahasa,  karena  umat
Islam  selalu  melaluinya  dalam  kehidupannya  di  dunia.  Kesamaan  syariah  Islam dengan  jalan  air  adalah  dari  segi  bahwa  siapa  yang  mengikuti  syariah  ia  akan
1
Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. I, h. 1
2
Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A, Filsafat Hukum Islam; Bagian Pertama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, h. 7