Sistematika Penulisan Perda keagamaan dalam pelaksanaan otonomi daerah di kota Solok Sumatera Barat

16 BAB II SYARIAH ISLAM, TAQNIN AL-AHKAM DAN OTONOMI DAERAH

A. Syariah Islam

1. Pengertian Syariah Islam

Secara etimologis bahasa , syariah berarti “jalan ke tempat pengairan” atau “jalan yang harus diikuti” atau tempat lalu air di sungai”. 1 Secara terminologis istilah, syariah menurut Syaikh Mahmud Syaltut, mengandung arti hukum-hukum dan tata aturan yang Allah syariatkan bagi hambanya untuk diikuti. Menurut Faruq Nabhan secara istilah syariah berarti “segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba- hambanya. Sedangkan menurut Manna’ al-Qathan, syariah berarti “segala ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-hambanya, baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. 2 Kata syariah muncul dalam beberapa ayat al-Quran seperti pada surat al- Maidah 5: 48; al-Syura 42: 13; dan al-Jatsiyah 45: 18, yang mengandung arti “jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan”. Dalam hal ini, agama yang ditetapkan Allah untuk manusia disebut syariah, dalam artian bahasa, karena umat Islam selalu melaluinya dalam kehidupannya di dunia. Kesamaan syariah Islam dengan jalan air adalah dari segi bahwa siapa yang mengikuti syariah ia akan 1 Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. I, h. 1 2 Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A, Filsafat Hukum Islam; Bagian Pertama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, h. 7 17 mengalir dan bersih jiwanya. Allah menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagaimana Dia menjadikan syariah sebagai penyebab kehidupan jiwa insani. 3 Walaupun pada mulanya syariah itu diartikan “agama” sebagaimana yang disinggung Allah dalam surat al-Syura 42: 13, namun kemudian dikhususkan penggunaannya untuk hukum amaliah. Pengkhususan ini dimaksudkan karena agama pada dasarnya adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan syariah berlaku untuk masing-masing umat yang berbeda dengan umat sebelumnya. Dengan demikian kata syariah lebih khusus dari agama. 4 Pembahasan tentang syariah sesungguhnya berbicara tentang nilai, norma, hukum, aturan atau yang lebih tepat disebut ajaran atau doktrin Islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadits Nabi, sejarah Muhammad SAW, dan sejarah Islam secara keseluruhan. Karena ajaran atau doktrin yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini masih membutuhkan penjabaran yang lebih luas, maka oleh para mufasir dilakukan penafsiran terhadap teks kitab suci untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya agar dapat dimengerti dan dipahami oleh umat Islam. Segala sesuatu yang dihasilkan dari proses penafsiran yang mencakup seluruh ruang lingkup hukum atau aturan yang tertulis dalam al-Quran dan Hadits ataupun produk hukum yang telah ditetapkan oleh para ulama berdasarkan penafsiran 3 Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I....., h. 1 4 Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I ....., h. 2 18 terhadap doktrin dan sejarah Islam yang telah ditetapkan dengan „ijma konsensus ulama dan qiyas inilah yang kemudian disebut dengan syariah. Menurut Yusuf Qardhawi, Syariat Islam itu terdiri atas: 5 1. Hukum-hukum yang telah ditetapkan langsung oleh nash al-Quran dan Sunnah secara jelas. Porsi bagian ini lebih sedikit, tetapi urgensinya sangat besar. Ia merupakan dasar yang kokoh untuk bangunan syariat seluruhnya. 2. Hukum yang telah ditetapkan melalui jalan ijtihad oleh para ulama ahli fikih fuqaha dengan merujuk pada ketentuan al-Quran, Sunnah, atau merujuk pada hukum-hukum yang tidak ada nashnya, misalnya melalui qiyas, istihsan, istishab, maslahatul murslah dan lain-lain. Porsi pembagian yang kedua inilah yang paling banyak pembahasan hukum Islamnya. Ia merupakan kawasan kajian ilmu fikih dan bidang garapan para fuqaha. Apabila berbicara tentang syariah, maka tidak bisa dipisahkan dari fiqh, hal ini dikarenakan hubungan antara keduanya sangat erat. Fiqh adalah pemahaman tentang syariah, syariah merupakan landasan fiqh. Adapun fiqh dalam bahasa Arab adalah Fiqh yang artinya faham atau pengertian. Adapun secara istilah disebut ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum Islam. 6 5 Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997, Cet, I, hal. 18 6 M. Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. 12, h. 51.