Takaful Al- Ijtima’i Pada Masa Rasulullah SAW
                                                                                45
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya  :    Sesungguhnya  zakat-zakat  itu,  hanyalah  untuk  orang-orang  fakir,  orang- orang  miskin,  pengurus-pengurus  zakat,  Para  muallaf  yang  dibujuk
hatinya,  untuk  memerdekakan  budak,  orang-orang  yang  berhutang, untuk  jalan  Allah  dan  untuk  mereka  yuang  sedang  dalam  perjalanan,
sebagai  suatu  ketetapan  yang  diwajibkan  Allah,  dan  Allah  Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[647].
Praktik jaminan sosial dalam islam pada masa Rasulullah dapat kita lihat pada kebijakan ekonomi Rasulullah yang mendirikan Baitul Maal, pada masa itu
semua hasil penghimpunan kekayaan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian di keluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Sumber pemasukan
baitul maal terdiri dari : a
Kharaj b
Zakat c
Khums d
Jizyah e
Kaffarah f
Harta waris dari orang yang tidak menjadi ahli waris
21
21
Euis  Amalia,  sejarah  pemikiran  ekonomi  islam  dari  masa  klasik  hingga  kontemporer.  Gramata publishing, depok 2010 hal. 78
46
Dari  sumber  pendapatan  Negara  yang  dikumpulkan  di  baitul  maal tersebut  dialokasikan  untuk  penyebaran  islam,  pendidikan,  kebudayaan,  ilmu
pengetahuan,  infrastruktur,  armada  perang,  keamanan,  dan  penyediaan  layanan kesejahteraan sosial.
Rasulullah  SAW  juga  menetapkan  berbagai  bentuk  sedekah,  baik  yang bersifat  wajib  maupun  sukarela,  terhadap  para  individu  yang  memiliki  harta
kekayaan  yang  banyak  untuk  membantu  para  anggota  masyarakat  yang  tidak mampu.
22
Pada  masa  Rasulullah  sumber  sumber  pengeluaran  Negara  yang berubungan  dengan  jaminan  sosial  dapat  meliputi  beberapa  hal  yang  di  ambil
dari dana yang telah dikumpulkan oleh baitul maal seperti penyaluran zakat dan ushr kepada  yang berhak menerimanya sesuai ketentuan Alquran termasuk para
pemungut zakat, bantuan untuk para musafir dari daerah fadak, bantuan untuk orang yang belajar agama, pembayaran untuk kaum muslim yang menjadi budak,
pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan muslim,  pembayaran  hutang  orang  yang  meninggal  dalam  keadaan  miskin,
pembayaran  tunjangan  untuk  orang  miskin,  tunjangan  untuk  sanak  saudara Rasulullah, persediaan darurat sebagian dari pendapatan Khaibar.
22
Adiwarman  Azwar  Karim,  Sejarah  Pemikiran  Ekonomi  Islam.  Raja  Grafindo  Persada,  Jakarta 2004. Hal. 36
47
                