Sejarah Sistem Jaminan Sosial Nasional
19
federal ini dikenal dengan OASDHI Old-Age, Survivors, Disability, and Health Insurance.
Di Perancis, Jaminan Sosial atau “securite sosiale” merujuk pada
asuransi sosial seperti asuransi kesehatan dan hari tua. Tak hanya itu, Negara ini juga memiliki apa yang disebut dengan
“protection social” yang meliputi bantuan sosial, pelayanan sosial, serta sistem jaminan tingkat pendapatan
minimum guna menunjang kemandirian
3
. Di Inggris, yang menjadi tonggak sejarahnya adalah konsep Beveridge
1942 tentang jaminan sosial yang lebih bersifat makro yakni memberikan santunan minimum yang diperuntukkan bagi proteksi orang miskin termasuk
orang jompo
4
. Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa orang miskin secara hukum berhak memperoleh jaminan-jaminanlain dalam bentuk konsesi yang
pembiayaannya menjadi beban APBN karena dikaitkan dengan sistem perpajakan.
Menurut Rowntree 1941, bahwa masalahnya bukan terletak pada sistem asuransi sosial maupun program-program demogrant tetapi kemiskinan
yang terjadi di eropa di sebabkan karena rendah nya upah pekerja dan terbatasnya kemampuan keuangan Negara. Oleh karena itu, program dan
masalah ketenagakerjaan yang berhubungan dengan pengupahan harus
3
Emir Soendoro, Jaminan Sosial solusi bangsa Indonesia Berdikari, Jakarta: DInov ProGRESS Indonesia, 2009, hal 38
4
Bambang Purwoko MA PhD, Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya: Pandangan Gagasan, Jakarta : Meganet Dutatama Unggul, 1999, hal 3
20
dituntaskan. Karena upah sebagai faktor determinan terutama bagi program hari tua. Masalah itu seperti ketidakpastian ekonomi yang diwujudkan dalam
bentuk upah minimum tidak lain merupakan masalah universal. Memperhatikan rigidnya pengertian antara jaminan sosial dan asuransi
sosial, maka yang jelas bahwa antara jaminan sosial dan asuransi sosial bukan sesuatu yang dapat dibandingkan karena asuransi sosial merupakan satu
komponen jaminan sosial. Baldwin dan Fakingham pada tahun 1994 mengemukakan bahwa
sistem asuransi sosial bukanlah merupakan suatu supra sistem untuk pengentasan kemiskinan termasuk untuk penanggulangan resiko Pemutusan
Hubungan Kerja. Oleh karena itu sistem asuransi sosial lebih merupakan visi sosial yang dilandaskan pada solidaritas pembeeri kerja untuk dapat memikul
resiko secara bersama-sama. Menurut Kay dan Morris pada tahun 1984, telah mempelopori
sebelumnya bahwa asuransi sosial bukan merupakan safety net, karena keterbatasan lingkup penyertaan dan jumlah manfaat yang diberikan. Maka
perlu program penunjang guna melengkapi dari apa yang didapat melalui program dasar sistem asuransi sosial.
5
Sementara Creedy dan Disney pada tahun 1985 mengatakan bahwa santunan pada sistem asuransi sosial sangat terikat untuk hal-hal yang bersifat
5
Bambang purwoko, jaminan sosial dan sistem penyelenggaraannya pandangan dan gagasan Jakarta meganet dutatama, 1999 hal 5
21
darurat misalnya sakit, kecelakaan kerja, dan meninggal dunia. Oleh karenanya program tabungan wajib boleh jadi dikaitkan dengan santunan
kematian seperti hal nya yang telah dilaksankan oleh PT. Jamsostek Persero dalam hal THT-AK 1978-1991. Dalam hal terjadi pengangguran massal,
maka solusinya menjadi porsi program demogrant yaitu semacam unemployment benefits yang bersumber dari keuangan Negara, karena
sewaktu pekerja masi aktif bekerja dimana yang bersangkutan menjadi objek pajak. Dan sebaliknya pada saat tidak bekerja lagi sehubungan dengan
kebijaksanaan ekonomi yang terlalu ketat, maka bergantian Negara memberikan kewajibannya kepada yang bersangkutan dalam bentuk
unemployment benefit. Purwoko pada tahun 1994 mengutarakan bahwa sistem asuransi sosial
sebenarnya merupakan alat fiskal bagi pemerintah terhadap pemberi kerja yang dijadikan sebagai objek pungut melalui lembaga yang ditunjuk. Secara
filosofi dikatakan bahwa pemberi kerja dalam hal menggunakan pekerja untuk kepentingannya, maka pemberi kerja diwajibkan oleh UU untuk membayar
iuran kompensasi pekerja. PT. Jamsostek Persero merupakan salah satu institusi yang ditunjuk.
6
Berdasarkan hasil studi empirik tersebut di atas, akhirnya dapat dikemukakan bahwa antara program demogrant, bantuan sosial, dan asuransi
6
Bambang purwoko, jaminan sosial dan sistem penyelenggaraannya pandangan dan gagasan Jakarta meganet dutatama, 1999 hal 6
22
sosial pada prinsipnya saling melengkapi. Asuransi sosial adalah suatu sistem proteksi untuk dapat memenuhi atau paling tidak mampu menciptakan
demand for economics security sehubungan dengan masalah economics insecurity. Sedangkan sistem asuransi sosial dari segi aspek hukum
merupakan alat fiskal sehingga peranannya lebih bersifat sebagai tax institution. Dari segi pelembagaan, maka asuransi sosial sebagai monopoli
pemerintah dalam hal menyelenggarakan proteksi dasar. Karena program proteksi dasar harus dimonopoli oleh hanya satu badan yang ditunjuk oleh
pemerintah agar terjadi pemerataan pembagian resiko secara simultan.
7