Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial

57 digunakan untuk tujuan masing-masing yang spesifik. Sebagai contoh, penerimaan zakat hanya dapat digunakan untuk: 28 1. Menyantuni fakir miskin 2. Menampung tuna wisma 3. Membayar gaji para pengumpul zakat 4. Melunasi utang orang-orang yang tidak mampu membayar utangnya 5. Menolong orang-orang yang baru masuk Islam 6. Membebaskan budak, dan 7. Melaksanakan aktivitas pekerjaan umum Khums juga digunakan untuk pengeluaran yang khusus seperti halnya zakat. Zakat atas tanah di wilayah taklukan yang diperoleh tanpa peperangan hanya digunakan untuk hal-hal yang dianggap Rasulullah paling tepat. Namun zakat atas tanah di wilayah taklukan yang jatuh ke tangan kaum muslimin melalui peperangan hanya digunakan untuk kepentingan kaum muslimin. Demikian pula, Rasulullah membagi penerimaan Baitul Mal untuk memenuhi kebutuhan harian kaum muslimin. Ketika melakukan pembagian, Rasulullah membagi setiap orang yang berhak dengan jumlah yang sama. 28 Adiwarman azwar karim, sejarah pemikiran ekonomi islam. Raja grafindo persada, Jakarta 2004. Hal. 147 58 Dalam beberapa kesempatan Rasulullah memberi hadiah kepada utusan yang datang yang ingin memeluk agama Islam. Pembagian hadiah ini adalah sebagai berikut: 29 1. Tiap anggota utusan Bani Murrah yang jumlahnya 13 orang menerima sepuluh ons perak, kecuali Harits bin Auf menerima 12 ons 2. Tiap anggota utusan Tsalabah menerima 5 ons perak 3. Bisr bin Muawiyah bin Tawr dari suku Bani Buka diberi beberapa domba betina 4. Tiap anggota utusan dari Bani Hanifa yang jumlahnya 13 sampai 19 orang diberi 5 ons perak 5. Utusan dari Tujib yang jumlahnya 16 orang, masing-masing menerima hadiah yang jumlahnya lebih besar daripada yang pernah diberikan kepada utusan lain Berbagai hadiah yang telah disebutkan diberikan melalui Bilal yang diperintahkan Rasulullah untuk menangani tugas ini. Bilal juga ditugaskan untuk membantu orang-orang miskin. Orang-orang yang membutuhkan yang datang kepada Nabi diperintahkan menemui Bilal untuk mendapatkan pakaian dan makanan. Bilal bahkan diperintahkan jika terjadi kekurangan anggaran untuk mencari pinjaman dan mencarikan makanan bagi yang membutuhkan. Oleh karena itu, setelah Rasulullah meninggal dunia, Fatimah mencari Bilal, begitu pula halnya cucu Rasulullah, Hasan. 29 Adiwarman azwar karim, sejarah pemikiran ekonomi islam. Raja grafindo persada, Jakarta 2004. Hal. 149 59 Seperti yang telah dijelaskan sebelum ini, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab pernah dilakukan sensus terhadap kaum muslimin dan dengan data tersebut Khalifah Umar menetapkan besaran pajak tanah taklukan yang dibagikan kepada setiap kaum muhajirin, Anshar, keluarga Rasul dan lainnya sebagai berikut: Untuk setiap istri Rasulullah dan pamannya, Abbas, Umar menetapkan 10.000 dirham pertahun kecuali untuk Aisyah yang ditetapkan sebesar 12.000 diham serta Juwairiyah dan Safiyah yang mesing-masing menerima 6.000 dirham, Mujahid perang Badar serta putra Ali, Hasan dan Husein, menerima 5.000 dirham, orang yang pertama masuk Islam tetapi tidak ikut berperang di Badar menerima 4.000 dirham, Abdullah bin Umar dan anak-anak Muhajirin dan Anshar tertentu menerima 2.000 dirham, setiap penduduk Mekkah 800 dirham, untuk yang lainnya antara 300 sampai 400 dirham, bagi para istri Muhajirin dan Anshar 200, 300, 400, 600, dan 1.000 dirham tergantung beberapa hal. 30 Pembagian di atas diperbaharui pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Bagian dana baitul mal dibagi secara merata pada setiap orang berdasarkan kategori yang sama yang dilakukan oleh Rasulullah. Namun pembagian seperti ini dan pertanyaan atas keadilannya menyebabkan banyak 30 Adiwarman azwar karim, sejarah pemikiran ekonomi islam. Raja grafindo persada, Jakarta 2004. Hal. 150 60 sahabat yang merasa keberatan dan menarik dukungannya kepada Ali dan bergabung dengan Muawiyah. Ali bin Abi Thalib juga membagi dana baitul mal kepada para fakir miskin nonmuslim sama halnya dengan fakir miskin muslim. Suatu hari, Khalifah Ali bertemu dengan pengemis buta lalu menanyakan keadaannya. Pengemis itu mengatakan bahwa dia seorang Nasrani. Lalu Ali memerintahkan agar biaya hidup orang tersebut ditanggung oleh Baitul Mal. Contoh di atas memperlihatkan bahwa pada masa awal pemerintahan Islam, nisab atau pendapatan minimal setiap penduduk baik muslim ataupun nonmuslim dijamin negara. Tingkat pendapatan minimal ini dicapai dengan mensinergikan kapabilitas produksi dengan partisipasi kerja. Dalam kondisi keterbatasan kapabilitas, kekurangan seseorang ditutupi dengan dana dari khums, zakat dan kharaj. Masing-masing dana ini dirancang untuk pengeluaran khusus. Khums digunakan untuk penyebaran dakwah Islam dan persediaan perang, di samping untuk menjamin pemenuhan kebutuhan bagi yang berpendapatan di bawah batas minimal. Gaji pengumpul zakat diambil dari dana zakat. Setelah menutupi seluruh pengeluaran Baitul Mal, kharaj dibagikan kepada setiap muslim. Jelasnya, pengeluaran besar dan terpenting atas setiap penerimaan yang disebutkan di atas adalah untuk menjamin kesejahteraan sosial social welfare serta penyediaan pelayanan publik. 61

BAB III GAMBARAN UMUM PT. JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERSERO

A. Sejarah Pendirian PT JAMSOSTEK PERSERO

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sejarah terbentuknya PT Jamsostek Persero mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.331947 jo UU No.21951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan PMP No.481952 jo PMP No.81956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.151957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.51964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS, diberlakukannya UU No.141969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 62 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah PP No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.341977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK. Dan melalui PP No.361995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial. 1 Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada 1 PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja PERSERO, Annual Report Laporan Tahunan 2009 Jakarta: PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja PERSERO, 2009, Hal.6.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Kedudukan PT. Jamsostek Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setelah Adanya UU No.40 Tahun 2004

5 74 101

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Di Luar Hubungan Kerja (Jamsos TK-LHK) oleh PT.Jamsostek cabang Tanjung Morawa Medan, Tahun 2010

0 60 94

Tinjauan Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Bagi Pekerja PT. Sihitang Raya Baru Padangsidempuan Tahun 2004-2008

0 50 96

Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek (Persero) Medan

0 46 121

Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Pada Perusahaan Swasta Di Kota Medan

0 38 170

Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

1 55 89

Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (Studi Kasus pada PT Batik Keris Sukoharjo)

0 4 8

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

0 0 9

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 A. Sistem Jaminan Sosial Nasional - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 24