Ruang lingkup Sistem Jaminan Sosial Nasional

38 7. Tunjangan persalinan 8. Tunjangan kecacatan 9. Tunjangan ahli waris Dari uraian di atas dapat kita telaah sebenarnya dalam konvensi internasonal telah di sepakati oleh negara-negara internasional mengenai pentingnya peran Negara dalam memberikan jaminan sosial bagi warga negaranya. Dalam deklarasi universal mengenai hak asasi manusia di artikel ke 22 yang menyatakan bahwa Everyone, as a member of society, has the right to social security. Dan artikel ke 25 yang menyatakan Everyone has the right to a standard of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing and medical care and necessary social services, and the right to security in the event of unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood in circumstances beyond his control Dalam hal ini siapa saja yang menerima jaminan sosial juga di bagi dalam klasifikasi menjadi delapan golongan yaitu. 16 1. Pekerja sektor formal Pegawai Negeri Sipil 2. Pekerja sektor formal pegawai swasta 3. Pekerja sektor informal 16 Achmad Subianto, Sistem Jaminan sosial nasional pilar penyangga kemandirian perekonomian bangsa Jakarta: gibbon groups publication,2010hal.71 39 4. Pengangguran 5. Orang lanjut usia 6. Anak anak 7. Orang cacat 8. Orang fakir miskin Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 28 ayat 3 mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat 2 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja. sejalan dengan ketentuan tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP Nomor XMPR2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu. Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan 40 sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharakan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun. Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tenang Jaminan Tenaga Kerja JAMSOSTEK, yang mencakup program jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Untuk Pegawai Negeri Sipil PNS, telah dikembangkan program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri TASPEN yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun1981 dan program Asuransi Kesehatan ASKES yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 yang bersifat wajib bagi PNSPenerima PensiunPerintis KemerdekaanVeteran dana anggota keluarganya. Untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia TNI, anggota Kepolisian Republik Indonesia POLRI, dan PNS Departemen PertahananTNIPOLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI sesuai dengan Peraturan Pemrintah 41 Nomor 67 Tahun 1991 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971. 17 Berbagai program tersebut diatas baru mencakup sebagian kecil masyarakat. Sebagian besar rakyat belum memperoleh perlindungan yang memadai. Disamping itu, pelaksanaan berbagai program jaminan sosial tersebut mampu memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Sehubungan dengan hal di atas, dipandang perlu menyusun Sistem Jaminan Nasional yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.

B. Tinjauan Umum Takaful Al-Ijtima’i

Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam islam dan dikenal dengan Takaful Al Ijtima’i memang belum pernah ada yang membahasnya secara baku dalam ekonomi islam, akan tetapi dapat dilihat dari studi empiris sistem perekonomian yang di lakukan dalam masa Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin 17 Emir Soendoro, jaminan sosial solusi bangsa berdikari Jakarta: dinov Progress Indonesia, 2009 hal.87 42 hingga seterusnya yang sedikit banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan jaminan sosial kepada masyarakat muslim saat itu. 18 Dalam perjalanannya, perkembangan jaminan sosial Islam mengalami pasang surut mengikuti perkembangan masyarakat islam pada waktu itu karena memberlakukan jaminan sosial juga bergantung pada tingkat kesejahteraan Negara pada saat masa pemerintahan berlangsung karena ini menyangkut juga dengan kondisi keuangan Negara pada saat itu. Sedangkan Kondisi keuangan negara pada masa awal pemerintahan Islam tergantung kepada pendapatan negara. Dan pemasukan negara pada masa Islam didapat dari berbagai instrumen pemasukan negara. Instrumen utama dalam pemasukan negara pada masa pemerintahan awal Islam adalah zakat, ghanimah, ushr dan lain-lainnya. Sedangkan alokasi dana pemasukan negara akan dimasukkan kepada pos-pos yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Islam Penerimaan Pengeluaran Jenis Regulasi Zakat Kebutuhan Dasar Kharaj Kesejahteraan Sosial Jizyah Pendidikan Penelitian Ushr Infrastruktur Fasilitas Publik 18 M syakir sula, Asuransi Syariah Live and general konsep dan operasional Jakarta: gema insane press,2004 hal33

Dokumen yang terkait

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Kedudukan PT. Jamsostek Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setelah Adanya UU No.40 Tahun 2004

5 74 101

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Di Luar Hubungan Kerja (Jamsos TK-LHK) oleh PT.Jamsostek cabang Tanjung Morawa Medan, Tahun 2010

0 60 94

Tinjauan Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Bagi Pekerja PT. Sihitang Raya Baru Padangsidempuan Tahun 2004-2008

0 50 96

Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek (Persero) Medan

0 46 121

Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Pada Perusahaan Swasta Di Kota Medan

0 38 170

Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

1 55 89

Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (Studi Kasus pada PT Batik Keris Sukoharjo)

0 4 8

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

0 0 9

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 A. Sistem Jaminan Sosial Nasional - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 24