Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 perannya secara efektif. Begitu pula sebaliknya, negara yang kuat tidak akan bertahan lama jika tidak mampu menciptakan kesejahteraan rakyatnya. 1 Pentingnya penguatan negara ini terutama sangat signifikan dalam konteks kebijakan sosial. Negara adalah institusi paling absah yang memiliki kewenangan menarik pajak dari rakyat, dan karenanya paling berkewajiban menyediakan pelayanan sosial dasar bagi warganya. Dalam masyarakat yang beradab, negara tidak boleh membiarkan satu orang pun yang berada dalam posisi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Globalisasi dan kegagalan pasar sering dicatat sebagai faktor penyebab mencuatnya persaingan yang tidak sehat, monopoli dan oligopoli, kesenjangan ekonomi di tingkat global dan nasional, kemiskinan dan keterbelakangan di negara berkembang, serta ketidakmampuan dan keengganan perusahaan swasta mencukupi kebutuhan publik, seperti jaminan sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Mishra, dalam bukunya “Globalization and Welfare State” menyatakan bahwa globalisasi telah membatasi kapasitas negara-bangsa dalam melakukan perlindungan sosial. Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional IMF menjual kebijakan ekonomi dan sosial kepada negara-negara berkembang dan negara-negara Eropa Timur agar memperkecil pengeluaran pemerintah, memberikan pelayanan sosial yang selektif dan terbatas, serta menyerahkan jaminan sosial kepada pihak swasta. 2 1 Francis Fukuyama, , State-Building: Governance and World Order in the 21st Century Memperkuat Negara: Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21, Jakarta: Gramedia terjemahan 2005. h 87 2 Ramesh Mishra, Globalization and the Welfare State, London: McMillan 2000.h.75 3 Oleh karena itu, memang negara bukanlah satu-satunya aktor yang dapat menyelenggarakan pelayanan sosial. Masyarakat, dunia usaha, dan bahkan lembaga- lembaga kemanusiaan internasional, memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pelayanan sosial. Namun, sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan publik goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legitimasi publik yang dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban obligation dalam memenuhi to fulfill, melindungi to protect dan menghargai to respect hak-hak dasar, ekonomi dan budaya warganya. Mandat Negara untuk melaksanakan pelayanan sosial lebih kuat daripada masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi internasional, mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat wajib. Sedangkan, mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan sosial bersifat “tanggung jawab” responsibility. 3 Jaminan sosial sering disebut dengan istilah social security, adalah bantuan ekonomi berupa bantuan finansial yang diberikan oleh Negara bagi warganegaranya yang berada dalam kondisi-kondisi tertentu yang dipersyaratkan. Bantuan finansial atau tunjangan benefit, misalnya: tunjangan untuk orang jompo old age benefit, tunjangan untuk orang cacat disability benefit, dan sebagainya. Sebagai tanggung jawab Negara, maka jaminan sosial ini termasuk salah satu bentuk hak ekonomi rakyat, yaitu hak untuk hidup layak secara ekonomis. 3 Ramesh Mishra, Globalization and the Welfare State, London: McMillan 2000.h.145 4 Sesungguhnya, Islam memiliki landasan tersendii, ada satu sistem yang bisa dikembangkan dalam makna kesejahteraan bagi kemanusiaan, yaitu sistem yang bisa menjadi alternatif, sistem negara kesejahteraan Islam Islamic welfare state. Islam bukan hanya sekadar agama. Ia mencakup pandangan dan cara hidup secara total. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi peradaban dan harkat martabat kemanusiaan yang memadukan antara aspek material dan spiritual, keduniawian dan keukhrowian. Pada puncaknya, Islam bertujuan menciptakan sebuah sistem dimana prinsip keadilan berada di atas keuntungan segelintir atau sekelompok orang. Dalam Sistem ekonomi Islam misalnya, memiliki dua tujuan: memerangi kemiskinan dan menciptakan distribusi kekayaan yang adil secara ekonomi dan sosial. Implisit dalam pengertian ini adalah adanya pengakuan bahwa umat Islam akan dapat beribadah kepada Allah secara fokus dan total jika kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan baik. Negara melakukan hal ini melalui berbagai mekanisme sukarela maupun wajib. 4 Menurut Umer Chapra, dalam lapangan ekonomi, Islam menganjurkan kesejahteraan ekonomi melalui pemenuhan semua kebutuhan pokok manusia, menghapuskan semua sumber utama kesulitan dan ketidaknyamanan kemiskinan, pengganguran, kesempatan kerja yang rendah, dsb., meningkatkan kualitas kehidupan secara moral dan material. Bahkan, Islam menganjurkan penciptaan suatu lingkungan ekonomi yang mampu memanfaatkan waktu dan kemampuan fisik dan skill bagi pengayaan diri, keluarga, dan masyarakatnya. 4 Latif Mukhtar, Gerakan kembali ke Islam. Rosda. Bandung. 1998, hal 127 5 Oleh karena itu, kesejahteraan sosial dalam sistem ketatanegaraan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas baik menyangkut pelayanan publik public service maupun pelayanan privat privat service dan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan mekanisme, seperti misalnya, zakat, wakaf, infak, shadaqah, pajak, qardh al hasan, jaminan sosial, dan lain sebagainya sebagai bentuk memelihara manusia Pengertian memelihara manusia dalam hal ini adalah bayi Musa. Yakfulu dapat juga diartikan menjamin seperti dalam firman Allah                          Artinya: Barangsiapa yang memberikan syafaat yang baik[325], niscaya ia akan memperoleh bahagian pahala dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafaat yang buruk[326], niscaya ia akan memikul bahagian dosa dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [325] Syafaat yang baik Ialah: Setiap syafaat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang Muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan. [326] Syafaat yang buruk ialah kebalikan syafaat yang baik. Secara istilah, menurut Latif Mukhtar mungkin istilah Takaful berasal dari fikrah atau konsep Abu Zahra, seorang faqih di Mesir yang menulis buku al-Takaful al-Ijtimaa`i fi al-Islam social security in Islam atau jaminan sosial dalam Islam. 5 5 Juhaya S Praja. Asuransi Takaful. Pranata, Edisi I, 1994 hal 26 6 Dasar pijak Takaful dalam asuransi mewujudkan hubungan manusia yang Islami diantara para pesertanya yang sepakat untuk menangung bersama antara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta sebagai akibat dari kebakaran, kecelakaan, kehilangan, sakit dan sebagainya. Semangat asuransi Takaful adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk: persaudaraan berdasarkan kesamaan keyakinan ukhuwah islamiayah dan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek dinilai berpeluang menjadi lokomotif perubahan dalam penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Jamsostek dianggap kaya pengalaman menyelenggarakan program jaminan sosial. Direktur SDM dan Umum PT Jamsostek Joko Sungkono mengaku empat dari lima program SJSN sudah dilaksanakan BUMN itu dan hanya jaminan pensiun yang belum. Menurut Joko, PT Jamsostek sudah sangat siap melaksanakan amanat SJSN. PT Jamsostek tidak hanya unggul dalam pelayanan bagi pesertanya, tetapi juga memiliki segudang pengalaman dalam mengumpul iuran dari perusahaan sektor swasta yang prosesnya jauh lebih rumit dari pada pengelolaan dana APBN. Sembilan prinsip pelaksanaan SJSN seperti kegotong royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, dan lainnya, menambah keyakinan, kami akan mampu menjadi leader, kata Joko. BUMN itu juga sudah menggunakan model Managed Care yang memberikan proteksi atas risiko finansial akibat sakit secara 7 menyeluruh dengan pelayanan kesehatan berjenjang, serta pelibatan dokter keluarga sebagai pemberi layanan pertama hingga layanan lanjutan. 6 Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran bagaimana peluang penerapan sistem jaminan sosial nasional di PT Jamsostek dalam perspektif Takaful Al Ijtima’i, sehingga penulis tertarik mengambil judul tentang : “Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional Dalam Perspektif Takaful Al ijtima’i Studi Kasus di PT Jamsostek”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai di antaranya: 1. Bagaimana Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek terutama dalam jaminan sosial kepada Masyarakat yang membutuhkan? 2. Apa program-program dan kendala–kendala penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT Jamsostek? 3. Apa relasi Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan takaful al- ijtima’i? 6 Diakses di : www.jamsostek.co.id pada tanggal 10 Oktober 2010 8 Agar masalah yang di kaji tidak melebar dan lebih terfokus, penulis membatasi dalam hal penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional PT Jamsostek dan hubungannya dengan takaful al- ijtima’i.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

Tujuan Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai, diantaranya: 1. Untuk mengetahui Peluang Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek terutama dalam jaminan sosial kepada Masyarakat yang membutuhkan. 2. untuk mengetahui apa saja program-program dan Kendala – Kendala Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh PT Jamsostek. 3. Untuk mengetahui hubungan antara penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan takaful al- ijtima’i.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian yang dilakukan ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai Peluang Penerapan SJSN ditinjau dalam takaful al- ijtima’i Studi Kasus di PT Jamsostek .

Dokumen yang terkait

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Kedudukan PT. Jamsostek Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setelah Adanya UU No.40 Tahun 2004

5 74 101

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Di Luar Hubungan Kerja (Jamsos TK-LHK) oleh PT.Jamsostek cabang Tanjung Morawa Medan, Tahun 2010

0 60 94

Tinjauan Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Bagi Pekerja PT. Sihitang Raya Baru Padangsidempuan Tahun 2004-2008

0 50 96

Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek (Persero) Medan

0 46 121

Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Pada Perusahaan Swasta Di Kota Medan

0 38 170

Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

1 55 89

Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) (Studi Kasus pada PT Batik Keris Sukoharjo)

0 4 8

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

0 0 9

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 A. Sistem Jaminan Sosial Nasional - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 24