Sistematika Penulisan Pengaruh persepsi tentang keadilan organisasi terhadap komitmen organisasi karyawan PT. Garuda Indonesia (Persero)

BAB V: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Mencangkup kesimpulan, diskusi, dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Komitmen Organisasi 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Setiap organisasi memerlukan keberadaan karyawan, karena mereka merupakan salah satu modal yang sangat berperan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Komitmen individu terhadap organisasi sangat diperlukan demi kelangsungan keberadaan organisasi yang bersangkutan. Allen dan Meyer 1990. menyimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keberadaan psikologis yang mencirikan hubungan antara karyawan dan organisasi dan berimplikasi pada keputusan untuk melanjutkan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Di sini ditekankan adanya keikatan yang kuat antara individu dengtan organisasinya, yang ditunjukkan dengan keterlibatannya dengan tugas-tugas organisasi. Menurut Steers 1985 komitmen organisasi merupakan peristiwa dimana individu sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran dari organisasi tersebut. Jadi, komitmen lebih dari sekedar keanggotaan, karena meliputi kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi, demi memperlancar pencapaian tujuan organisasi tersebut. 12 Selanjutnya, Robbins dalam Sjabadhyni, Graito Wutun 2001 memandang komitmen terhadap organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia merefleksikan perasaan sesorang suka atau tidak suka terhadap organisasi di tempat ia bekerja. Apabila karyawan menyukai organisasi tersebut, ia akan berupaya untuk tetap bekerja di organisasi atau perusahaan tersebut. Robbins 2001 mendefinisikan sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencangkup; loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan. Jadi, komitmen terhadap organisasi mendefinisikan unsur orientasi hubungan aktif antara individu dan organisasinya. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu pekerja atas kehendak sendiri bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi. Pada tingkatan yang demikian, individu memiliki tanggung jawab dan memiliki perasaan yang tinggi terhadap organisasinya. Mereka secara sadar memberikan kontribusinya kepada organisasi karena keyakinan bahwa pencapaian tujuan organsasi secara langsung atau tidak merupakan pencapaian tujuan pribadi. Secara singkat pada intinya beberapa definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli di atas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan dan tujuan organisasi. Di samping itu, komitmen organisasi menyiratkan hubungan karyawan atau pekerja dengan perusahaan secara aktif. Karena karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam mencapai keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.

2.1.2 Komponen Komitmen Organisasi

Mowday, Porter dan Steers 1982 menyebutkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki belief yang kuat serta menerima tujuan dan nilai organisasi, memiliki kesiapan untuk bekerja keras, serta memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Pendapat Mowday, Porter dan Steers 1982 yang didasarkan pada pendekatan afektif ini melihat pentingnya kongruensi antara nilai dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi. Oleh karena itu, semakin organisasi mampu menimbulkan keyakinan kepada karyawan bahwa apa yang menjadi nilai dan tujuan orgnisasi maka semakin tingggi pula komitmen karyawan pada organisasi tempat ia bekerja. Allen dan Meyer dalam Jewell, 2008 tidak hanya melihat komitmen organisasi dari segi afektif, tetapi juga dari segi perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilai yang terdapat di dalam organisasi. Berdasarkan pendapat Becker dalam Greenberg Baron: 1995 mengenai taruhan sampingan