Keadilan distributif Pengaruh persepsi tentang keadilan organisasi terhadap komitmen organisasi karyawan PT. Garuda Indonesia (Persero)

Menurut Equity theory dari Adams dalam Faturrochman, 2002 keadilan distributif pada dasarnya dapat tercapai bila penerimaan dan masukan antara dua orang sebanding. Untuk menilai apakah seorang karyawan digaji secara adil berdasarkan dua hal: a dari tingkat gaji yang diterimanya dan b berdasarkan perubahan gaji yang diterimanya dengan adanya kenaikan gaji. Secara umum, karyawan menilai bahwa sistem penggajian itu adil bila mereka menerima gaji yang besarnya sama dengan nilai pekerjaan yang mereka lakukan Schuler Jackson, 1996. Keadilan distributif dipahami berdasarkan jumlah dan alokasi imbalan diantara para individu misalnya, apakah saya mendapatkan gaji yang setara? Desler, 2007. Menurut Yamagishi 1984, keadilan distributif meliputi segala bentuk distribusi di antara anggota kelompok dan pertukaran antar pasangan Faturrohman, 2002. Keadilan distributif yang dimaksudkan tidak hanya berasosiasi dengan pemberian, tetapi juga meliputi pembagian, penyaluran, penempatan dan pertukaran.

b. Keadilan prosedural

Procedural Justice Keadilan prosedural adalah keadilan yang berkaitan dengan prosedur yang dipergunakan untuk membuat suatu keputusan Greenberg, 1990. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan prosedural atau kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan. Keadilan prosedural berkaitan dengan kecilnya tingkat konflik dan ketidakharmonisan dalam kelompok, organisasi, atau institusi sosial. Hal ini adalah pandangan dari sisi keadilan prosedural obyektif. Secara subyektif, prosedur dikatakan adil bila dapat mengakomodasikan kepentingan individu. Laventhal 1998 mengenai teori penilaian keadilan prosedural difokuskan pada enam kriteria yang harus memenuhi prosedur jika dianggap sebagai adil. Yaitu; a Diterapkan secara konsisten. Prosedur yang adil harus konsisten baik dari orang satu kepada orang lain maupun dari waktu ke waktu. Setiap orang memiliki hak dan diperlakukan sama dalam satu prosedur yang sama. b Minimalisasi bias. Terdapat dua sumber bias yang sering muncul, yaitu kepentingan individu dan doktrin yang memihak. Oleh karenanya, dalam upaya minimalisasi bias ini, baik kepentingan individu maupun pemihakan, harus dihindarkan. c Informasi yang akurat. Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan agar penilaian keadilan akurat harus mendasarkan pada fakta. Kalau opini sebagai dasar, hal itu harus disampaikan oleh orang yang benar-benar mengetahui permasalahan, dan informasi yang disampaikan lengkap. d Dapat diperbaiki atau dikoreksi. Upaya untuk memperbaiki kesalahan merupakan salah satu tujuan penting yang perlu ditegakkan keadilan. Oleh karena itu, prosedur yang adil juga mengandung aturan yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang ada ataupun kesalahan yang mungkin muncul. e Representatif yang berarti prosedur harus menjamin bahwa seluruh pihak yang terlibat memiliki kesempatan untuk menyatakan pendapatnya masing-masing atau ada upaya untuk melibatkan semua pihak yang bersangkutan. f Etis, Prosedur yang adil harus berdasarkan pada standar etika dan moral. Dengan demikian, meskipun berbagai hal di atas terpenuhi, bila substansinya tidak memenuhi standar etika dan moral, hal tersebut tidak bisa dikatakan adil.

c. Keadilan Informasional